Arabella Brianna Catlin Hamilton saat ini tengah tersenyum sumringah dan perasaanya amat sangat bergembira.
Bagaimana tidak? Hari adalah hari anniversary kedelapan dari hubungannya dengan kekasih sekaligus teman masa kecilnya— Kenan Kelvin Narendra.
Namun, hatinya tiba-tiba hancur berkeping-keping ketika Kenan memutuskan hubungan dengannya tanpa alasan yang jelas. Kemudian, Bella mengetahui bahwa lelaki itu meninggalkannya demi wanita lain— seseorang dari keluarga kaya raya.
Karena tidak tahan dengan pengkhianatan itu, Bella menghilang tanpa jejak.
Dan enam tahun kemudian, Bella kembali sebagai seorang pengacara terkenal dan berusaha balas dendam kepada mereka yang berbuat salah padanya— keluarga si mantan.
**
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Violetta Gloretha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Berakhir
"Diantara kita, semua sudah berakhir."
Bella terbangun dari mimpi buruknya sekali lagi, jantungnya berdebar kencang.
Meski sudah berhari-hari sejak perpisahan itu, Bella masih tetap tidak percaya Kenan meminta untuk mengakhiri hubungan mereka yang telah berjalan selama delapan tahun. Lelaki itu dulu sangat mencintainya, setidaknya itulah yang selama ini dia tunjukkan padanya. Bagaimana bisa tiba-tiba dia berubah pikiran tanpa alasan?.
Memutuskan untuk menemui Kenan dan menanyakan apakah lelaki itu benar-benar serius dengan perkataannya, Bella mencoba mendatangi perusahaan Narendra Corporation. Bella merasa harus menemui Kenan dan mungkin membuatnya mengerti dengan alasannya.
Bagaimana mereka bisa membuang cinta dan komitmen yang sudah terjalin selama delapan tahun begitu saja? Apakah perpisahan itu mudah?.
Apakah itu rencana Kenan selama ini? Apakah Kenan sengaja mengulur waktu hanya untuk memanfaatkan Bella dan kemudian membuangnya seolah dia seperti sampah?.
Meskipun hati Bella merasa sakit yang tak bisa tertahankan, dia tetap pergi ke perusahaan itu. Namun, petugas keamanan menghentikan Bella saat berada di pintu masuk.
"Anda tidak di perbolehkan masuk, Nona." Kata petugas itu dengan serius. "Saya telah diperintahkan untuk tidak membiarkan anda masuk."
"Minggir! Aku ingin bertemu dengan Kenan!." Desis Bella memaksa.
"Beliau adalah seorang CEO sekarang dan anda tidak bisa menemui beliau sesuka hati." Kata petugas keamanan yang lain.
Bersamaan dengan itu, Bella mendengar tawa ejekan dari seorang wanita. Membuat Bella pun menoleh dan berbalik badan.
Dia tersentak begitu mendapati Sofia yang tersenyum padanya sembari melipat kedua tangannya di depan dada. Sofia terlihat baru saja datang dan juga hendak masuk kedalam, dia bahkan melewati Bella begitu saja. Penjaga keamanan segera menyingkir dari pintu dan mengizinkannya masuk kedalam perusahaan.
Saat itu juga, Bella merasa dirinya telah tertampar.
Sofia tampak lebih disanjung, apalagi dengan pakaiannya yang mahal, memberinya penampilan kaya dan percaya diri.
'Kenan putus denganku dan mengakhiri hubungan yang sudah kami jalani selama delapan tahun demi perempuan itu.' Batin Bella, jantungnya berdegup kencang dalam rasa sakit yang menyayat jiwa.
Sebelum Bella sempat mengatakan apa pun, Sofia yang sebelumnya hanya melewatinya, kini berbalik badan dan memandangnya remeh. "Jangan terlalu keras dengan dirimu sendiri. Tidak ada yang bisa kamu lakukan. Lihat! Aku disini untuk mendukung Kenan dengan bisnis milik keluarga ku agar penujukan nya sebagai CEO lancar. Asal kamu tau, aku lebih berguna untuk itu. Dan aku lebih daripada kamu, itu sebabnya dia membuang mu."
Kata-katanya penuh racun. Wanita ini sama berbahayanya dengan ular dan dia terus menyerang Bella di tempat yang paling menyakitkan. Sofia tidak sebaik kelihatannya. Tak ingin mengalah begitu saja, Bella melayangkan tatapan tajamnya kearah Sofia. "Aku juga bisa membantu dia."
Sofia mengangkat sebelah alisnya dan tertawa. "Apa yang mungkin bisa kamu lakukan? Kamu hanya seorang anak yatim-piatu, kamu bukan siapa-siapa. Kenan bilang kamu hanya mengincar uangnya."
"Itu tidak benar!." Desis Bella, matanya menatap tajam kearah wanita berambut pirang coklat yang berdiri didepannya itu.
Beberapa karyawan yang berlalu-lalang sengaja berhenti untuk menonton Bella dan Sofia beradu mulut.
"Aku tidak seperti itu!." Lagi, Bella kembali membela dirinya.
"Aku lebih pantas untuk Kenan, benarkan? Kami berdua berasal dari keluarga kaya, sementara kamu tidak punya apa-apa. Tidak ada latar belakang yang mengesankan atau bahkan jabatan tinggi untuk dibanggakan. Kamu sangat menyedihkan, Bella. Dan kamu juga tidak tahu malu sudah bergantung pada lelaki luar biasa seperti Kenan, padahal sudah jelas kamu bukan tipe idamannya." Sembur Sofia begitu pedasnya.
Bukannya Bella tidak ingin mengejar cita-citanya selama ini. Mimpinya adalah menjadi seorang pengacara dan menempuh pendidikan di salah satu universitas terbaik di luar negeri. Namun, Bella tidak bisa meninggalkan kota Brentwood, karena khawatir jikalau ibunya yang telah meninggalkan nya di panti akan kembali untuk menjemputnya. Selain itu, Bella juga tidak bisa meninggalkan Kenan.
Lelaki itu adalah dunianya dan yang Bella inginkan hanyalah tetap berada didekatnya. Jadi, alih-alih mengejar mimpinya, Bella justru lebih memilih fokus dengan hubungannya dan menunggu ibunya datang mencarinya.
Setelah menatap Sofia dengan penuh rasa amarah, Bella mendengus kesal dan memilih untuk pergi. Dia tidak mau menanggapi semua ejekan Sofia padanya.
Tetapi sebaliknya, Sofia tidak ingin membiarkan Bella pergi begitu saja. Dengan gerakan halus tanpa Bella sadari dengan perhitungan dari gerakannya, kaki Sofia sengaja menyandung kaki Bella dan membuat Bella jatuh ke lantai.
Sebuah rintihan kecil keluar dari bibir Bella saat dia memutar pergelangan tangannya kelantai, rasa sakit menjalar kebagian lengannya. Bella menggigit bibir bawahnya, menahan erangan kesakitan yang hampir keluar dari mulutnya.
Sofia menyeringai. "Hei.... maafkan aku, bukan salahku kalau Kenan lebih memilih ku daripada kamu. Kenapa kamu malah mencoba memukulku? Maaf, aku harus menyingkir kalau tidak wajahku akan memar karena tinjuan mu." Kata Sofia dengan suaranya yang keras, ditambah lagi dia memasang raut wajah memelas.
Bisik-bisik terdengar pelan menggema disekitar tempat itu, ketika para karyawan berkumpul untuk menyaksikan keributan itu.
Semua orang tahu bahwa Bella adalah orang spesial bagi ceo baru mereka. Tetapi, mereka juga telah mendengar kabar bahwa ceo baru mereka akan menikah dengan putri dari Adam Alferd.
Rasa malu Bella rasakan saat dia berdiri dengan susah payah. Pandangannya menatap ke sekeliling dan melihat bagaimana semua orang memperhatikannya dengan pandangan yang mencemooh.
Sofia memasukkan tangannya kedalam tas bermerek H nya itu dan mengeluarkan sebuah cek. Wanita muda itu kemudian menulis sebuah angka di cek tersebut, sebelum akhirnya meletakan cek tersebut ke tangan Bella. "Aku tidak tahu apakah ini akan cukup untuk menenangkan amarah mu. Tapi, yang terpenting kamu tidak akan menyalahkan aku kan?."
Bella menatap tajam kearah Sofia saat kebencian muncul dalam dirinya, membuat darahnya seakan mendidih. Kata-katanya terdengar sok polos, tetapi sebenarnya Sofia telah menyindir bahwa Bella memintanya membayar dengan uang karena telah mengambil Kenan darinya.
Bella hendak menanggapi semua kata-kata rendahan yang ditujukan padanya, tetapi Sofia tiba-tiba mengambil cek itu dan memasukkannya kedalam saku kemeja Bella. Sementara bibirnya melengkung membentuk senyuman jahat.
"Buang cekmu, apa menurutmu semua orang sombong seperti mu orang kaya?." Balas Bella dengan marah. Dia mengeluarkan cek itu dari saku kemejanya dan melemparkannya ke wajah Sofia.
"Aku mengerti, Bella. Kamu berusaha mendapatkan manfaat dari perpisahan kalian sebanyak mungkin. Dan kalau menurutmu cek ini saja tidak cukup, aku akan menulis cek lagi untukmu." Kata Sofia dan kembali mengeluarkan kertas cek dari dalam tas nya.
Para karyawan itu terdengar keras mulai bergosip dan terlihat jelas jika pikiran mereka mulai berpihak pada Sofia. Mereka tidak meragukan bahwa Bella, yang baru saja di tinggalkan oleh ceo mereka, sedang memeras tunangan ceo yang tengah dirumorkan.
Bella menggertakkan giginya, merasa terhina. 'apa semua orang kaya itu sombong? Apa aku yang sebenarnya kurang mengenal Kenan? Jadi, dia menyembunyikan status ku, padahal dia sudah memiliki wanita yang ingin dinikahinya?.' Batin Bella.
Dia menyesal pernah bergaul dengan orang yang tidak memiliki status sosial yang sama dengannya. Itu hanya membuang-buang waktu dan emosi. Mereka semua berpura-pura! Mereka pembohong!.
Cek yang baru saja Sofia tanda tangani jatuh ke lantai ketika Sofia mencoba memasukkannya kedalam saku kemeja Bella lagi dan Bella hanya mengabaikannya, air mata mengalir di kedua pipi Bella dan dia membuat keputusan untuk tidak pernah bertemu Kenan lagi.
'Aku tidak akan pernah mau berteman dengan orang kaya lagi!.' Janji Bella didalam hatinya sembari menyeka air matanya.
Bella sangat marah sehingga dia tidak menyadari ada seorang wanita yang diam-diam mengambil cek tersebut dari lantai, mengikutinya.
*****
"Tuan muda, kita punya masalah. Seseorang mengambil sebuah foto Nona Bella dan Nona Sofia yang sedang bertengkar di lobi. Semua orang mengira Nona Bella sedang memeras Nona Sofia dan mengambil uangnya." Kata Farel Gerviano— Asisten Kenan. Setelah masuk kedalam ruangan Kenan dan menunjukkan iPad itu padanya.
"Apa katamu? Bella memeras Sofia demi uang?." Kenan terlihat geram sembari memelototi Farel. Lalu pandangannya tertuju pada iPad dan amarahnya semakin bertambah ketika melihat berita utama yang menarik perhatiannya itu.
[Mantan kekasih dari ceo muda yang putus asa menuntut sejumlah uang tunai dari wanita yang dikabarkan menjadi tunangan ceo]
[Seberapa putus asanya seorang Arabella Brianna Caitlin Hamilton?].
Berita tersebut berisi artikel panjang tentang kejadian tersebut. Gambar yang terlampir menunjukan bagaimana Bella saat memegang cek tersebut ditangannya dan gambar yang lainnya, menunjukan ketika Bella pergi dari sana. Membuat Kenan yang melihat semua ini merasa amat sangat marah. "Siapa yang membuat berita ini?." Tanya Kenan.
"Reporter anonim, Tuan muda—"
"Selesaikan semua omong kosong ini dalam waktu lima menit. Aku tidak ingin siapapun membicarakan Bella dan menyeret nama baiknya ke seluruh media." Perintah Kenan dengan suara tegasnya yang berbahaya.
Sofia Vergara Alferd terus saja menempel pada Kenan, seolah-olah mereka benar-benar sepasang kekasih, padahal yang Kenan inginkan adalah Sofia pergi meninggalkannya sendirian.
Satu-satunya alasan mengapa Kenan mentoleransi perbuatan Sofia adalah karena dia putri dari Adam Alferd. Sementara itu, Adam Alferd adalah investor terbesar dan Kenan membutuhkan dukungannya agar semua pemegang saham dapat memberikan suara untuk mendukungnya.
"Saya sudah mengirimkan link ke tim teknologi untuk menghapus artikel tersebut. Tapi, Tuan muda—" Farel terlihat ragu-ragu untuk melanjutkan perkataannya. "Apakah menurut anda dia yang melakukannya?."
Kenan tidak menanggapinya. Sebaliknya, dia menatap asistennya dengan tatapan dingin yang mampu membuat nyali Farel langsung menciut. "Haruskah saya meneleponnya?."
"Tidak, biarkan saja." Jawab Kenan dengan nada datarnya.
Farel kembali menoleh kearah bosnya. Dia terlihat ragu-ragu sebelum menanyakan pertanyaan yang telah mengganggu pikirannya. "Maaf Tuan muda, apakah anda benar-benar serius dengan perpisahan ini? Belum terlambat untuk berubah pikiran. Anda sudah bersamanya selama delapan tahun—"
"Urus urusanmu sendiri dan jangan ikut campur!." Bentak Kenan.
***
Setelah tidak menghubungi Bella selama beberapa hari, Kenan tidak dapat menahan rasa rindunya. Lelaki itu ingin memeriksanya dan ingin tahu bagaimana keadaan Bella. Kenan memang telah menghapus berita viral itu, tetapi dia tidak tahu jika Bella masih mengalami kesulitan setelahnya.
Hari ini, Kenan akhirnya memutuskan untuk berkunjung ke apartemen Bella. Tetapi begitu sampai di sana, Kenan mendapati jika apartemen Bella gelap.
Lelaki itu mengernyitkan dahinya. "Apa dia belum pulang?." Tanya nya pada dirinya sendiri.
Saat itu jam sudah menunjukkan pukul 7 malam dan Bella tidak pernah pulang seterlambat ini sebelumnya. Jadi, mengapa lampu apartemennya mati? Bahkan bagian depannya juga mati. Kenan pun memutuskan untuk menunggu dan setelah menunggu selama dua jam, tempat itu masih tampak seperti tidak ada orang yang masuk. Kenan pun kembali mencoba mengetuk pintu dan ketika dia tidak mendapatkan respon, detak jantungnya berdegup kencang, Kenan merasa khawatir.
Kenan memutuskan untuk mengetuk pintu apartemen yang bertetanggaan dengan Bella. "Apa kau melihat Bella? Aku sama sekali tidak bisa menghubungi dia." Tanya Kenan begitu tetangga apartemen Bella membuka pintunya.
"Dia sudah pindah." Jawab tetangga apartemen Bella..
"Apa? Kemana dia pindah?." Tanya Kenan, hatinya tenggelam dan dia merasa bersalah pada Bella.
"Aku tidak tahu." Jawab tetangga itu dan langsung menutup pintu apartemennya.
Entah mengapa, Kenan merasa hancur saat itu, tetapi dia berusaha untuk tetap terlihat tegar. Lelaki itu meraih ponsel dari dalam saku jasnya untuk menghubungi asistennya. "Dimana dia? Dimana Bella? Aku tidak menemukan dia di apartemennya." Terdengar ada nada mendesak dalam nada bicaranya. Ketakutan terlihat jelas di raut wajahnya.
Kenan benar-benar merasa bersalah. Dia tidak bermaksud menyakiti Bella.
Beberapa menit kemudian, Farel menelpon Kenan untuk memberikan laporannya. "Dia tidak sedang berada di Brentwood, Tuan muda. Nona Bella telah pergi dari seminggu yang lalu."
"Pergi kemana dia?!." Bentak Kenan, jantungnya berdebar kencang tak menentu. "Dia tidak punya tempat lain untuk pergi!."
Kenan terlihat frustasi, pikirannya terbang entah kemana. 'Apa rumor itu benar? Apa Bella benar-benar sudah memeras uang Sofia?.'
"Tuan muda..."
"Periksa pengawasan di lobi perusahaan. Aku ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi." Perintah Kenan dan langsung memutuskan sambungan panggilan mereka.
Kenan tidak menyelidikinya karena dia tidak percaya bahwa Bella bisa memeras seseorang.
Jantungnya berdegup kencang, Kenan merasa kecewa, marah dan sakit hati.
Bagaimana Bella bisa pergi dengan semudah itu? Apa Bella benar-benar mencintainya? Tampaknya begitu mudah baginya untuk mengemasi barang-barangnya dan pergi. Apa jadinya memperjuangkan cinta mereka?
Kenan bisa melakukan apa pun yang bisa dirinya lakukan untuk melindungi Bella dari ancaman yang membayangi Bella dan kemudian apa yang wanita itu minta? Dia meminta uang dan pergi?
Setelah melakukan apa yang bisa dirinya lakukan untuk menjadi kuat agar bisa melindungi Bella, wanita itu hanya bisa meninggalkan nya sebelum dirinya bahkan memiliki kesempatan untuk menebus kesalahannya di pesta dansa itu.
***
Keesokan harinya di perusahaan, Farel datang ke ruangan Kenan untuk memberikan laporannya. "Tuan muda, saya sudah menonton rekaman cctv-nya. Semua ini tampaknya hanya sebuah jebakan. Nona Bella tidak menerima cek tersebut. Tapi ada seorang wanita tua yang mengambilnya."
Kenan membuang arah pandangnya. 'Jadi, dia tidak menerima uang itu. Lalu kenapa dia pergi?.'
Saat memikirkan hal itu, Kenan mengernyitkan dahinya. 'Bella tidak akan pernah pergi meninggalkan kota Brentwood tanpa alasan. Apakah mungkin seseorang menculiknya? Atau apakah dia menerima ancaman?.'
Pikirannya terus berputar, memikirkan beberapa hal yang mungkin terjadi tanpa sepengetahuan nya.
Bagaimana jika ternyata tindakannya yang membuat Bella terlibat kedalam bahaya? Akankah Kenan memaafkan dirinya sendiri jika terjadi sesuatu pada Bella?.
Kenan menoleh kearah asistennya. "Cepat temukan Bella!." Perintahnya.