NovelToon NovelToon
Lily ( From The Hill To The Valley)

Lily ( From The Hill To The Valley)

Status: sedang berlangsung
Genre:cintamanis / Selingkuh / Cinta Seiring Waktu / Office Romance / Careerlit
Popularitas:3.3k
Nilai: 5
Nama Author: Meg Yorah

Lily, gadis muda yang menjadi tulang punggung keluarga. Lily adalah anak kedua dari keluarga Brown, seorang pengusaha yang bangkrut dan meninggal dalam kecelakaan mobil bersama sang istri. Tidak ada harta yang ditinggalkan. Semua dijual untuk menutupi utang perusahaan. Nyonya Hannah, nenek Lily adalah wanita yang tidak bisa menerima keadaan. Dia tetap merasa kaya walau harus mengontrak di kawasan kumuh di pinggiran ibu kota. Begitu juga kakak Lily, Amber Rose yang tidak bisa melepaskan kehidupan hedon masa remajanya. Dia melakukan apa saja demi uang walau itu salah. Lily berjuang sendiri menghidupi keluarganya dengan cara halal. Adik Lily dan Rose, Corey yang masih SMA bisa dibilang berandalan. Tapi dia sangat menyayangi dan menghormati Lily walau sering membuat masalah yang membuat pusing keluarga itu.

Lily jatuh cinta pada Jared Watson, anak pengusaha kaya yang ternyata hanya memanfaatkan Lily sebagai bahan taruhan. Bagaimana akhir kisah Lily? Kita ikuti bersama.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Meg Yorah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Nenek

Lily meminjam sebentar hape Rose yang sepertinya sudah tidak begitu peduli dengan keadaan nenek mereka. Buktinya sejak dia protest karena Lily susah dihubungi, dia tetap asyik dengan ponselnya sambil senyum-senyum tanpa peduli omongan orang yang berbisik-bisik menggosipkannya.

Budhe Atin yang bisa melihat Lily kesal segera menegur Rose.

"Ambar, kamu ini gimana sih. Neneknya pingsan dari tadi belum sadar malah asik aja main hape."

Budhe Atin memang selalu memanggil Rose dengan Ambar. Dan Rose setengah mati benci panggilan itu. Berulang kali dia bilang namanya Amber bukan Ambar. Tapi tetap saja Budhe Atin memanggilnya Ambar. Bahkan beberapa tetangga pernah memanggilnya Ember.

"Dasar lidah kampung." umpat Rose tiap kali mendengar namanya diplesetkan seperti itu.

"Budhe nggak usah lebay deh. Nenek emang sering kik tiba-tiba lemes kayak gitu. Paling tensinya naik." jawab Rose sambil merebut kembali ponselnya dari tangan sang adik.

"Dokter Agus mau kesini. Ini udah nggak apa-apa kok, Budhe. Budhe ama ibu-ibu yang lain boleh pulang. Maaf ya, dah ngrepotin."

"Budhe mau disini dulu, Ly. Kalau ibu-ibu yang lain mau pulang silakan aja." kata Budhe Atin kepada ibu-ibu dan beberapa bapak-bapak yang berkumpul.

"Yaudah kita pulang deh. Lagian si Ambar katanya udah biasa neneknya gitu kenapa tadi teriak-teriak. Bikin orang kaget aja. Jadi heboh kan kita." ucap salah satu ibu.

"Maaf ya, Buk. Udah bikin kaget. Maaf banget udah ngrepotin semuanya." kata Lily sambil sedikit membungkukan badannya.

"Kita pulang deh. Yuk ahh Ly, Budhe Atin. Balik dulu ye kite." kata Mpok Gayoh. Penjual nasi uduk dekat rumah Lily.

"Makasih semuanya. Sekali lagi maaf ya."

"Udah nggak apa-apa, Ly. Santai. Mudah-mudahan nenek kamu cepet sembuh ya."

"Amiin. Makasih doanya, ibu-ibu."

Lily kemudian duduk di lantai rumahnya. Dia terlihat sangat kelelahan. Padahal harusnya dia sudah ada di kafe Veda saat ini. Tapi gara-gara kejadian ini dia malah sepertinya harus ijin untuk tidak masuk.

"Kak, pinjem hapenya lagi donk." pinta Lily.

"Mau ngapain?" jawab Rose cuek sambil terus memainkan ponselnya danntersenyum.

"Mau telepon Veda bilang nggak masuk hari ini."

"Udah Ly, kamu jangan khawatir. Budhe dah bilang ma Veda nenek kamu sakit. Ini dia nggak bisa kesini karena kafenya lagi rame. Ramdan sama Husna kerepotan kalau cuma berdua."

Lily merasa sangat malu pada ibu sang sahabat.

"Maafin Lily ya, Budhe."

"Minta maaf segala kamu, Ly. Namanya juga musibah siapa yang tau, siapa yang mau. Tapi kalau dah beneran dateng, mau gimana lagi. Iya kan?"

Lily mengangguk canggung.

Tidak berapa lama setelah itu, dokter Agus datang.

Setelah diperiksa ternyata benar kata Rose. Tensi nenek mereka naik. Jauh lebih tinggi dari biasanya. Dokter Agus bahkan mengungkapkan kekhawatirannya. Padahal biasanya dokter Agus selalu menenangkan mereka.

"Kamu harus bener-bener jaga nenek kamu, Ly. Alhamdulillah nenek kamu ini kuat banget saya lihat. Coba orang lain, bisa stroke. Ini juga nenek kamu kalau sering kayak gini ya bahaya. Sekarang saya kasih resepnya. Ntar kamu tebus ya. Kalau sampai 5 hari nanti Bu Hannah masih sering pusing atau kliyengan gitu, kamu bawa langsung ke rumah sakit. Nanti saya kasih rujukannya."

"Iya, Dokter. Makasih."

"Bilangin neneknya, jangan capek jangan mikir berat."

"Iya, Dok."

"Saya pamit dulu, ya. Permisi, Bu." pamit dokter Agus pada Budhe Atin dan mereka semua.

"Nenek kenapa sih, Kak? Kok ampe pingsan."

"Lahhh, mana gua tau. Orang nyampe rumah gua liat nenek udah jatuh sambil megangin dada kayak sesak napas. Terus nggak sadar."

"Kok nggak nelpon dokter Agus langsung?" desak Lily.

"Dibilang gua nggak punya uang juga."

"Tadi kata Budhe Atin kan boleh minjem uangnya dulu." ucap Lily mencoba tenang.

"Ahhh udah lah. Yang penting nenek masih idup itu. Dah ya, mau tidur. Capek." Rose beranjak pergi sambil menenteng barang-barang belanjaannya ke kamar mereka.

Budhe Atin hanya geleng-geleng kepala melihat kelakuan anak sulung di keluarga itu. Lalu dia berpaling ke Lily. Hatinya langsung luluh melihat gadis itu nampak menangis sambil memijit kaki neneknya yang belum juga sadar.

"Ly, Budhe tadi masak rendang daging, gulai nangka, ama rebusan. Budhe ambil dulu ya, kamu pasti laper. Ntar Budhe buatin bubur juga buat nenek kamu. Tunggu ya." kata Budhe Atin sambil beranjak pergi.

"Budhe, nggak usah repot-repot. Ntar Lily bisa beli di Warteg kok."

"Udahhh.. Kamu tenang aja. Nggak repot Budhe mah. Kamu pasti capek banget. Istirahat gih. Nenek kamu pasti nggak apa ditinggal sebentar."

"Iya, Budhe. Lily mau disini dulu aja ampe nenek sadar. Baru tenang." Lily mengantar Budhe Atin sampai ke depan pintu.

Budhe Atin tersenyum melihat ketulusan gadis itu. Gadis yang diam-diam dicintai anak laki-laki satu-satunya yang dia miliki. Ingin rasanya melamar Lily tapi Veda memohon padanya untuk tidak mengatakan apapun pada Lily. Dan Budhe Atin menyanggupinya.

Begitu Budhe Atin benar-benar pergi, Hannah langsung membuka matanya dan duduk di sofa.

Lily yang membalikkan tubuhnya sampai kaget karena sang nenek sudah sadar bahkan duduk dengan tegap.

"Nenek udah sadar?"

"Duhh... Si Atin lama banget disini. Capek kan aku tiduran terus." gerutunya.

Lily mengernyitkan dahinya mendengar kata-kata sang nenek.

"Kok Nenek tau Budhe Atin disini?" tanya Lily penasaran.

"Ya taulah. Rame banget orang. Berisik tau." Hannah terus saja menggerutu.

"Nenek, nenek tadi nggak lagi akting pingsan kan?" mata Lily menyipit mencurigai neneknya.

"Ishh.. sembarangan kamu nuduh nenek sendiri kayak gitu. Masa aku akting. Kalau emang akting, masa dokter Agus pesen macem-macem ke kamu."

"Tuhhh, kan. Kok tau sih kalau dokter Agus pesen macem-macem. Nenek denger dari siapa? Lily bahkan belum ngomong apapun." Lily duduk disamping neneknya sambil menelisik wajah sang nenek. Hannah yang merasa jengah dilihat seperti itu langsung menjentikkan jarinya di jidat Lily.

"Nggak sopan kamu ya liatin Nenek ampe kayak gitu. Udah ayo, anterin Nenek ke kamar. Badan nenek sakit semua nih tiduran di sofa."

Hannah mencoba berdiri tapi langsung terhuyung.

"Nenek..." jerit Lily.

"Nggak usah berlebihan Lily. Kamu mau orang-orang kampung itu kesini lagi." ucap Hannah.

"Iya maaf. Kan Lily kaget. Tadi emang nenek kenapa sih kok bisa sampai pingsan?" tanya Lily sambil menuntun pelan neneknya ke kamar.

"Itu si Corey. Emang bener-bener kurang ajar tuh anak. Cucu nggak berguna." umpat Hannah.

Nenek... Jangan marah-marah dulu ah. Nenek mau minum teh? Lily bikinin ya?"

"Boleh deh. Haus banget ini."

"Nenek rebahan dulu ya?" kata Lily sambil pelan-pelan merebahkan neneknya.

"Mana itu si Atin. Katanya mau anter makanan?"

Lily menggelengkan kepalanya. Tidak percaya dengan ulah sang nenek.

"Tadi Budhe Atin bilang mau bikin bubur dulu buat nenek. Makanya lama. Nenek udah laper ya? Lily beliin nasi ke warteg depan dulu."

"Ahhh enggak ah. Paling ntar lauknya tempe lagi telur lagi. Bosen. Mau makan daging."

"Iya ni Lily beliin daging ya."

"Nggak usah, Ly. Kamu disini aja. Ntar kalau si Atin dateng, kamu yang temuin yak. Lagian si Atin masa orang sakit malah di kasih bubur.. mana ketelen. Bubur??? Dipikirnya aku ngga punya gigi apa?"

Hannah terus saja mengomel. Lily menyibak rambutnya. Frustasi.

1
Ratna Shinta Dewi
Saran aja ni kak. Untuk bahasa asing dan bahasa daerah dikasih terjemahan. Semangat
Ratna Shinta Dewi
nama panjang Mpok Odah, Saodah bukan wkekwk
Meg Yorah: Bukan Kak..
Raudah nama panjangnya mah..hehe
total 1 replies
Ratna Shinta Dewi
secara wajar, manusia menyukai keindahan, nenek lebih sayang ke Rose krn cantik, tp ketulusan Lily memenangkan hati nenek
Ratna Shinta Dewi
jangan makan daging rendang nenek, gak baik buat nenek2, buat saya aja xixixi
Meg Yorah: Hehehe... Makasih komentarnya, Kak. Alhamdulillah, ini komentar pertama yang saya dapat. Tolong terus dukung saya ya, Kak. Terimakasih.
total 1 replies
Ratna Shinta Dewi
warga kok baik bgt sih, masak ada tetangga begitu 🥺
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!