NovelToon NovelToon
Aku Yang Tak Di Anggap (Kisah Empat Bersaudara Yatim Piatu)

Aku Yang Tak Di Anggap (Kisah Empat Bersaudara Yatim Piatu)

Status: sedang berlangsung
Genre:Duda / Ibu Pengganti / Mengubah Takdir / Keluarga / Fantasi Wanita / Pembantu
Popularitas:5.6k
Nilai: 5
Nama Author: Hitado S

Terlahir dari Keluarga Miskin, Aku terpaksa harus putus sekolah dan mencari nafkah untuk Adik adik adik ku dan agar bisa menyekolahkan mereka.

Nama ku Anisa, seorang Wanita Yang Cacat sejak kelahiran ku. Sebagai Anak yang paling besar, Aku harus bertanggung jawab terhadap ke Tiga Adik ku, karna memang Kami Anak Yatim Piatu.

Berkat ketekunan dan Kegigihan ku, Adik adik ku dapat ku sekolahkan dan menjadi orang yang berhasil. Tapi bagi mereka, Aku ibarat Aib! apalagi setelah mereka sudah berkeluarga. Aku sama sekali bagaikan orang asing yang hina bagi Adik adik ku yang ku perjuangkan dengan penuh pengorbanan.

Tapi Semua itu akan berlalu, Sebab Anak Tiri ku kelak akan mengangkat Drazat ku, Membahagiakan Ku.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hitado S, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Mencoba Untuk Tegar Part 1

  Hari hari pun berlalu, Sekarang tepat sudah Satu minggu Kepergian Ibu ku untuk selamanya, acara tujuh harian pun kami ada kan, dengan di bantu oleh tetangga ku akhirnya acara tujuh harian itu pun terlaksana, yang bisa ku buatkan memang hanyalah sekedar Teh Manis. Para tetangga pun berdatangan, dan kembali Nasehat Nasehat yang ku terima dari mereka agar Aku tetap tegar dengan keadaan ini, mereka mencoba menguatkan ku dan juga Adik adik ku. Sementara Kerabat dari Ibu ku tak ada satu pun yang datang. Aku pun di tanyakan oleh para tetangga ku akan itu, tapi tak bisa ku jawab sebab Aku sendiri tak tau Sebab tak satu pun dari mereka yang datang ke sini. Yang ada di dalam pikiran ku tentu hanyalah karna jauhnya tempat tinggal mereka dari rumah ku, karna memang Mereka tinggal di Kota, sementara kami tinggal di Sebuah Dusun terpencil yang jalannya saja masih sebatas bebatuan dan tanah, di mana kalau hujan kendaraan akan sangat sulit untuk melaluinya karna licin.

Akhirnya selesai juga acara tahlilannya, para warga dusun ku dan juga para tetangga pun berpulangan ke rumah masing masing satu persatu, sekarang hanya kami berempat lah yang tinggal di rumah, di mana untuk pertama kali setelah kepergian Ibu ku tak ada lagi yang akan menemani kami malam ini di rumah ini, sebelumnya sejak Ibu ku di makam kan sampai malam kemarin masih ada tetangga yang menemani kami tidur di rumah ini.

Pintu rumah pun segera ku kunci setelah semuanya sudah pada balik ke rumah masing masing, Aku kemudian menyuruh Adik adik ku untuk tidur karna sekarang sudah jam Sepuluh malam kurang.

"Kerjain PR sekolah-nya Dek"

"Gak ada PR" (Ucap Farhan)

"Dita juga gak ada"

"Dek Bagas ada PR gak? Biar Kakak bantu ngerjainnya"

"Gak ada Kak"

" Ya sudah kalau pada gak ada PR, sekarang tidur ya, kan besok sekolah" (Ku coba membujuk Adik ku untuk mau tidur terutama Adik Ku Bagas)

"Takut Kak"

"Takut apa Sayang, kan ada Kakak di sini, ada Farhan dan Dita"

"Kita tidur di sini saja ya Kak, gak usah di kamar" (Ucap Farhan Adik ku Laki laki yang paling besar yang sekarang sudah kelas Enam SD)

"Iya, ya udah sana ambil bantal sama selimut dari kamar"

"Ah gak mau! Takut"

"Takut apa sih? Di rumah sendiri kok takut, sana sama si Dita ngambilnya, Dit sana temanin Bang Farhan"

"Ogah! Kakak saja yang temanin"

"Ya udah, Ayo Han Kakak temanin"

Aku dan Adik ku Farhan pun melangkahkan kaki mau ke kamar yang hanya beberapa langkah saja sebenarnya, pas kami mau ke kamar, Adik ku Dita dan Bagas juga malah langsung ikut dengan ku dan Farhan ke dalam kamar.

"Loh! Tadi gak berani?

"Ya habis di tinggal berdua"

"Ya sudah ayok bareng berempat"

Kami berempat pun masuk ke kamar, kamar satu satunya yang ada di rumah kami ini, kamar tempat di mana Aku dan Adik Adik ku selalu tidur bersama dengan alm Ibu bersempit sempitan.

Bantal dan Selimut kemudian kami angkat dari ranjang lalu membawanya ke depan, Akhirnya kami berempat pun tidur di ruang depan dengan beralas tikar, Aku sendiri langsung di peluk oleh Adik ku Bagas, Adik Bungsu ku yang memang selalu manja terhadap ku.

Tak terasa Malam pun berlalu, Aku sendiri langsung bangun sekitar jam Lima subuh seperti kebiasaan ku saat Ibu ku masih ada, Aku memang sudah terbiasa setiap harinya bangun jam segini karna membantu alm Ibu ku untuk menyiapkan kue jualan kami. Ku beranikan diri ku untuk ke dapur, untuk memasak nasi dan juga mengerjakan yang lainnya termasuk menyiapkan Baju sekolah Adik Adik ku. Kemudian sekitar jam enam pagi ku bangunkan mereka agar mandi dan makan lalu bersiap untuk sekolah, karna memang jarak dari Dusun kami ke sekolah SD tempat mereka sekolah cukup jauh, berada di Dusun tetangga.

"Bangun Dek, sudah jam enam nih, ayo bangun biar gak telat nanti ke sekolahnya"

"Hem... Iya, bentar lagi" (Ucap Farhan)

"Ayo dong Bangun, malas bangat sih!

Sementara Adik ku Dita dan Bagas sudah bangun walau masih tetap tak beranjak dari tempatnya tidur, masih duduk sambil mengucek ngu-cek matanya.

"Ayo dong Dek, mandi sana trus makan"

"Hem... Iya! (Ucap Farhan sedikit kesal)

Mereka kemudian mandi, Dita dan Bagas mandi bersama, sementara Farhan Adik ku yang sekarang sudah kelas Enam SD mandi belakangan, Adik ku ini memang sekarang sedikit berubah, dia tak mau lagi mandi bersama dengan Adik ku Dita yang sekarang sudah kelas Empat SD.

Setelah selesai mandi, mereka pun makan bersama, memakan apa yang sudah ku siapkan untuk mereka, yaitu Indomie rebus dengan Nasi. Kemudian mereka pun berganti baju, memakai Seragam sekolah mereka yang sudah ku siapkan, Lalu ku kasih mereka uang jajan Seribu Seribu rupiah masing masing, kemudian mereka bertiga pun berangkat ke sekolah bersama dengan Anak Anak dusun yang lainnya dengan berjalan kaki.

Tinggal Aku seorang diri sekarang di rumah, Aku kemudian membersihkan rumah, melipat tikar tempat kami tidur semalam dan juga menyapu rumah, setelah itu langsung mencuci pakaian kotor Adik Adik ku. Setelah semuanya selesai ku kerjakan, Aku kemudian makan, memakan sisi dari Adik Adik ku.

Sambil makan, Aku pun termenung, memikirkan bagaimana ke depannya kehidupan kami, bagaimana ke depannya untuk bisa melalui hari hari kami.

Apakah Aku akan melanjutkan usaha jualan Kue alm Ibu ku? Apakah Aku menjadi buruh tani harian saja seperti kebanyakan orang orang di dusun ku ini?

Ada kebingungan di dalam hati ku, karna Aku sendiri tentu sangat terbatas untuk mengerjakan yang mana pun yang akan ku pilih, karna keadaan ku, karna Kaki kanan ku yang Cacat. Tapi akhirnya pilihan ku pun jatuh untuk meneruskan berjualan kue keliling, dalam pikiran ku tentu Aku mampu melakukannya dengan di bantu oleh Kaki ke tiga ku yaitu tongkat kayu milik ku.

Sehabis makan, Aku kemudian ke kamar, ku ambil uang yang ku simpan di bawah ranjang, uang duka yang ada waktu Ibu meninggal, yang di beri oleh para Pelayat. Kembali ku hitung Uang itu walau sebenarnya sudah pernah ku hitung bersama dengan Adik ku, jumlahnya sekitar Enam ratus ribu rupiah semuanya, dan yang paling besar tentu dari Amplop Saudara dari alm Ibu. Aku kemudian mencoba menghitung hitung kebutuhan untuk modal ku berjualan Kue, tentu saja Aku bisa perhitungkan akan itu karna sudah terbiasa di ajari oleh alm Ibu ku sejak dulu.

1
vi
kk yang kuat dan ulet.... jadi nangis baca nya
Maulida Hayati
ceritanya dari part ke part seperti itu itu saja.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!