Aku adalah anak piatu dengan 2 orang adik. Nama panggilanku tata. hidup yang penuh penderitaan dan hinaan. usiaku saat ini barulah 15 tahun, masa remaja yang harusnya manis tapi tidak bagiku, kelas IX Tepatnya.
plak
suara tamparan dari ayahnya tata dapatkan kini.
"Dasar anak malas" ucapnya dengan badan mau alkohol dan sudah sempoyongan berjalan.
plak
sekali lagi didapat tata tamparan ayahnya. "LAPAR ayah!" perintahnya. Tanpa tau perasaan anaknya itu selalu saja yang dilakukan kekerasan fisik.
"sudah berani melawan sekarang hah kamu" marah ayahnya itu saat tata membawa botol kosong yang sudah ia pecahkan. Tidak ada kata yg di ucap, hanya marah dirasa tata.
"belum puaskah ayah menyakitiku selama ini" tangisnya saat malam tiba. Bagaimana dengan kalian jika tanpa aku adikku semua yang ku sayang.
Bagaimanakah nasib Tata dengan adiknya yang tinggal ayah sering menyiksanya dan jadi korban bullyling disekolahnya.
Akankah tata bisa melewatinya, atau justru menyerah?
semoga suka 😘
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mommy JF, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
IBU Kinar
Ternyata.....
"Brengs**" kesal ayah Bagus. Sampai terdengar oleh Tata yang akan masuk ke dalam kamar.
"Si*l, apa salahku! mereka berani main curang kenapa aku yang dipecat!" sangat kesal dan marah keluar begitu saja d ruang tamu rumahnya. Tata tak berani untuk mendengarkan selanjutnya memilih masuk untuk tidur bersama adik adiknya.
Flashback off
Setelah menenangkan diri dari tangisan mengingat sikap ayahnya mulai berubah buruk padanya.
"Sabar, Ta..."gumam sendiri ditemani malam yang sangat panjang.
Dengan merebahkan kembali tubuhnya untuk istirahat, esok hari pastinya tidak boleh kesiangan untuk mempersiapkan semuanya dari pagi buta.
*
Pagi yang hari sebelum suara kumandang adzan terdengar, tubuh mungil Tata sudah harus mempersiapkan keperluan adik adiknya dan dirinya jga. Membersihkan rumah dari menyapu dalan rumah, mengepel, halaman rumah.
"Nasi goreng untuk sarapan mereka itu saja." Tata melihat nasi masih tersisa banyak dimagic com. Dengan membuatkan sarapan penuh cinta dari Tata tangan kecilnya sudah lihai dalam membuat sajian bermacam masakan, rasanya pastilah cocok dilidah keluarganya.
Sarapan sudah tersaji di meja makan, dengan cepat Tata kembali ke kamarnya untuk membangunkan Dwi dan Tiwi. " Wi...Tiwi...bangun" menggoyang goyangkan butuh Tiwi supaya lekas bangun karena Tiwi termasuk susah untuk bangun, maklumlah si bungsu. Masih saja belum tersadar Tiwi, Tata membiarkan sejenak dan naik ke atas tempat tidur susun bagian atas.
"Dek..Dwi.. Wi. .bangun...bangun" ucap Tata lembut mengusap wajah adiknya yang sangat mirip wajah Ibunya itu tapi versi lelakinya ya.
"Iya, Kak..."suara serak bangun tidur Dwi menjawab kakaknya.
"Ya sudah cepat ya Wi, jangan sampe telat" bijak Tata.
Tata turun ke bungsu dikeluarganya itu, ternyata pulas kembali dia. Tata membiarkannya dulu karena hendak mandi terlebih dulu sebelum sarapan dan sekolah.
*
Sudah berkumpul di ruang makan dengan suasana sunyi tidak sepeti biasanya karena ayahnya membentak si bungsu yang manja.
"DIAM TIWI!"bentak ayah Bagus.
Suara manja dan ingin paling pertama Tiwi dilayani oleh Tata, sedangkan Tata menyendokkan nasi pertama di piring untuk ayah, Dwi barulah Tiwi. Biasanya rengekan manja Tiwi ayahnya itu senang untuk menggoda atau becanda dengannya. Sangat beda di pagi hari ini. Sangat marah aura terpanjar jelas di wajah ayahnya itu, siapa yang melihatnya pasti sangat takut padanya.
Suara ayahnya sudah terdengar jelas sekali mereka langsung terdiam semuanya. Ketakutan dengan ayahnya kini mereka semua.
Flashback on
"Ta..bantu Ibu siapkan piring, sendok di meja, jangn lupa dilap dulu mejanya supaya bersih"suara lembut Ibu Kinar meminta anak sulungnya itu.
"Ok Bu..."ucap Tata semangat.
"Pintarnya anak Ibu,..."puji Ibu Kinar sangat senang dari kecil Tata selalu ingin tahu apa saja yang dikerjakan Ibunya itu, ingin membantu meringkan kerja Ibu dirumahnya sudah terlihat dari usia Dini. Saat Dwi lahir saja usia Tata masih 5 tahun menjaga adik bayinya dengan hati hati.
Usianya sudah 15 tahun kerjaan rumah sudah pandai menyuci baju, menyetrika, memasak dll.
"Sudah selesai Bu..."dengan menghampiri Ibu di dapur Tata melihat Ibunya sedang didepan kompor.
"Harumnya Bu..."mencium aroma masakan membuatnya lapar
"Jelas dong masakan Ibu..."memuji diri sendiri Ibu dengan menyentil ujung hidung anak sulungnya. Senyum manis Ibu Kinar mewarnai kebersamaan keduanya di dapur.
"Ajarkan aku Bu. Supaya bisa jago masak kayak Ibu ini. Jangan lihat umur ya...supaya bisa dari chef hebat" Tata mengungkapkan harapan dan cita citanya menjadi juru masak terkenal.
"Setiap Ibu sebelum memasak harus ajarkan aku ya bu"pintanya.
"Anak Ibu ini..."pelukan hangat Ibu Kinar adalah hal yang selalu candu bagi anak anaknya.
"Paling bisa membuat Ibu bangga walau masih unyu..unyu..."bangganya Ibu Kinar mempunyai anak sulung yang baik dan suka membantu.
"Sana bangunin adek adekmu nanti telat sekolah" pinta Ibunya.
"Siap Ibuku, Sayang..."melepas pelukan mereka. Tata langsung menuju ke kamar.
Setelah beberapa waktu sudah lengkap keluarga itu di meja makan dengan sajian sarapan yang menggugah selera makan. Nasi Goreng spesial Ibu Kinar menu favorit disana, Tata dan adik adiknya selalu membawa bekal disekolah sudah siap dan memasukkan ke dalam tas masing masing. Ayah Bagus juga membawa bekal untuk kerja dengan berhemat bisa memberikan masa depan anak anaknya kelah, itulah harapan Ibu Kinar dan Ayah Bagus.
"Assalamualaikum..."ucap mereka bersama pamit ke Ibu Kinar. Dwi dan Tiwi diantar oleh Ayah, sedangkan Tata berjalan kaki karena tidak jauh dari rumah dan kebetulan tidak searah dengan mereka.
"Aaalaikumsalam" ucap Ibu Kinar.
Kepergian mereka mebuat suasana kosong dan sunyi di rumahnya itu. Ibu kinar langsung mengerjakan pekerjaan rumah seperti biasanya, menyuci baju mereka dengan mesin cuci, menyapu halaman dan didalam rumah, mengepel setiap sudut rumahnya itu dengan bersih.
Merapihkan ruang tamu dari debu yang sangat tipis, sangat rajin Ibu Kinar ini, tidak suka berkumpul dengan tetangga yang suka bergosip. lebih memilih dirumah membersihkan rumah atau sekedar menonton TV disaat waktu luangnya.
Semuanya dirasa sudah dikerjakan. Waktu sudah siang, satu persatu anaknya akan pulang, Jam 10 waktu kepulangan Tiwi si bungsu tanda untuk Ibu Kinar menjemputnya Jam 1 siang barulah Dwi pulang sendiri karena sudah kelas 5 sekolah dasar. Tata sendiri pulang jam 3 sore banyak PM (Pendalaman Materi) untuknya saat masuk kelas 9. Sedangkan ayahnya pulang diwaktu jam 6 lewat.
Flashback off
"MAKAN SENDIRI! MAKA AMBIL SENDIRI!" Teriak perintah pada mereka.
"B-baik Ayah"suara ketakutan Tata saat menjawab perintah ayahnya.
Si bungsu sudah menitikkan air matanya yang turun sedikit demi sedikit lalu menyekanya. berharap ayahnya jangan melihat tangisannya itu.
"KAU JANGAN MENANGIS, AYAH MAU MAKAN. PAHAM!"
Entah apa salah anak anaknya pada ayahnya itu, dengan tega menyakiti buah hatinya sendiri disaat keterpurukannya menghampiri dirinya sendiri. Tata langsung memeluk bungsu berharap mereda, pelukan pengganti Ibu terasa di hati Tiwi untuk meredakan rasa takut tadi. Perlahan sudah tenang dalam pelukan kakaknya itu. Dwi melihat dengan tidak suka sikap ayahnya pada Tiwi adiknya itu, hatinya "tega kau ayah". Tak ingin mendapat amarah lagi lebih baik mereka segera pamit sekolah. Saat di depan pintu rumahnya, mereka terdiam.
"Siapa yang antar kita, Kak?"tanya Dwi.
"Ayah tidak mungkin akan mengantar kita."pasrah sudah Dwi.
"Sebentar tunggu disini, coba Kakak bilang ke ayah dulu di dalam" sahut Tata.
Masuk kembali kerumah menemui ayah yang masih dimeja makan. "Ayah..."mencoba memanggil ayahnya untuk memulai pembicaraan itu.
"Ayah bisa mengantarkan Dwi dan Tiwi, Yah?" tanya Tata dengan rasa takut.
"TIDAK, KALIAN JIKA INGIN SEKOLAH PERGI SENDIRI!" Bentakan ayahnya sampai terdengar diluar, kedua adiknya sudah paham.
Tanpa menjawab Tata keluar rumah dengan wajah tertekan, mencoba menenangkan diri untuk merangkul adik adiknya.
" Ayo berangkat, Kakak cari ojek buat kalian. Baru kakak sekolah juga" Tata dengan sabar untuk adiknya itu.
"Iya, Kak" jawab mereka.
Diluar rumah berjalan mereka bertiga untuk ke jalan besar mencari ojek disana.
"Tata, Dwi, Tiwi" sapa Ibu RT saat melewati depan rumahnya.
"Assalamualaikum Bu RT" sapa mereka.
"Waalaikumsalam, Sayang.... Kenapa ga diantar ayahmu?" tanya Bu RT
"Ayah sedang tidak enak badan, Bu" jawab Tata menutupi kebenaran keadaan dirumahnya.
"oooo...terus kalian jalan kaki ke sekolah?" Tanyanya lagi.
Sebelum mereka menjawab pertanyaan Bu RT.
"Sini sama Abang aja berangkatnya kalian." Suara Raden anak Bu RT yang hendak berangkat juga kesekolah SMA yang kebetulan searah dengan SD mereka.
" Ga, bang. Ga usah ngerepotin" jawab sopan Tata.
"Ga repot kan kita searah"
"Ya, Bang...kalau begitu makasih ya Bang udah nganterin adek aku."Tata bersyukur dan berterima kasih tetangganya baik.
"Yuk naek keburu siang ntar telat kita hi..hi...hi..."dengan senyuman khas Bang Raden.
"Siap, Bang..." jawab mereka bersama.
"Alhamdulillah"lega rasanya Tata.
"Bu saya pamit sekolah ya"dengan salim ke Bu RT saat kedua adiknya dan bang Raden sudah tidak terlihat disana.
"Assalamualaikum, Bu"
"Waalaikumsalam"jawab Bu RT.
****************
Bagaimana nasib Tata disekolah? Mewelawi hari hari yang selalu di bully disekolahnya? Akannya bisa bertahan?
Semoga kalian suka dengan cerita ini
😘