Difitnah, ditalak, dan diusir suaminya tidak membuat seorang wanita bernama Mila menyerah. Dia tetap bertahan demi untuk mendapatkan hak asuh anaknya.
Setelah dipisahkan dengan anaknya, Mila akan terus berjuang untuk mendapatkan anaknya kembali.
Apa yang akan Mila lakukan agar Aluna bisa kembali ke dalam pelukannya lagi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aina syifa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bertemu orang baik
"Mama...! Mama...!" seruan Aluna sudah terdengar dari luar rumah.
Setelah turun dari mobil, Aluna masuk ke dalam rumah. Aluna menghentikan langkahnya saat dia melihat ayahnya ada di ruang tengah.
"Papa, mana Mama Pa?" tanya Aluna pada ayahnya.
Adnan menatap sejenak ke arah Aluna sebelum netra jernihnya kembali menatap ke layar ponselnya.
"Kamu nggak usah tanyakan mama kamu lagi. Mama kamu sudah pergi," ucap Adnan
Aluna gadis cantik berusia delapan tahun itu terkejut saat mendengar ucapan ayahnya.
"Papa, mama pergi ke mana?" tanya Aluna.
Dia lantas duduk di sisi ayahnya dan menatap ayahnya lekat.
"Papa nggak tahu," jawab Adnan.
Bu Retno menatap Adnan tajam.
"Adnan. Kemana Mila?" tanya Bu Retno.
Adnan yang masih emosi bangkit dari duduknya.
"Bu, aku pusing Bu. Jangan tanyakan soal Mila lagi. Karena dia sudah pergi dari rumah ini."
"Apa! pergi? kenapa dia pergi?"
Adnan tidak menjawab pertanyaan dari ibunya. Dia buru-buru pergi meninggalkan Aluna dan Bu Retno yang masih di landa penasaran.
Aluna menatap Bu Retno.
"Nenek. Papa kenapa? dan mana Mama Nek ?" tanya Aluna.
Bu Retno melangkah menghampiri cucunya. Setelah itu dia duduk di sisi cucunya.
"Nenek juga nggak tahu. Nanti, nenek telpon ibu kamu dulu ya."
Aluna menganggukan kepalanya.
Bu Retno mengambil ponselnya untuk menelpon Mila.
Tut...Tut...Tut...
Angkat dong Mil. Kamu pergi kemana sih Mil, ini anak kamu nyariin, batin Bu Retno.
Bu Retno menatap wajah Aluna dan menggelengkan kepala.
"Nggak di angkat sayang."
"Yah, sekali lagi coba Nek."
"Iya tunggu ya."
Bu Retno kembali menghubungi Mila. Namun lagi-lagi Mila tidak mengangkat panggilan dari Bu Retno.
"Nggak di angkat juga sayang."
"Yah, mama ke mana sih "
"Kita coba tanya Mbak Asih aja ya. Siapa tahu dia lihat mama kamu."
"Iya Nek ."
Bu Retno bangkit dari duduknya. Dia kemudian berjalan ke dapur untuk mencari Mbak Asih asisten rumah tangganya.
"Mbak...! Mbak Asih...!"
Mbak Asih yang dipanggil buru-buru mendekat ke arah Bu Retno.
"Mila pergi ke mana?"
Mbak Asih diam. Dia tampak sedih saat mendengar pertanyaan Bu Retno.
"Mbak Asih. Kenapa? ada apa?"
"Bu Mila sudah pergi tadi Bu. Dia sudah di usir oleh Pak Adnan."
Bu Retno membelalakkan matanya.
"Apa! Mila di usir oleh Adnan? tapi kenapa?"
"Saya juga tidak tahu Bu. Pas Pak Adnan pulang, saya dengar suara ribut-ribut di depan. Dan saya melihat Pak Adnan menyeret koper Bu Mila dan menyuruhnya pergi."
"Kok Adnan bisa-bisanya ngusir istrinya sendiri seperti itu. Saya harus bicara sama Adnan."
Bu Retno tidak tinggal diam. Dia kemudian berjalan naik ke lantai atas untuk ke kamar Adnan.
"Adnan...! Adnan...!" seru Bu Mila dari luar kamar Adnan.
Adnan membuka pintu kamar dengan malas. Dia yakin, kalau kedatangan ibunya ke kamar pasti akan menanyakan soal Mila. Adnan masih malas untuk membahas soal Mila.
"Bu, ada apa sih Bu?" tanya Adnan.
"Benar apa yang di bilang Mbak Asih, kalau kamu sudah mengusir Mila dari rumah ini."
"Iya Bu. Aku memang sudah ngusir Mila dari sini. Aku sudah mentalak dia juga Bu. Dan mulai sekarang, ibu nggak usah cariin Mila lagi."
"Astaghfirullahaladzim. Adnan. Apa yang kamu lakukan sama Mila."
"Mulai sekarang ibu nggak usah belain Mila. Mila itu sudah selingkuhin aku Bu. Dia sudah mengkhianati aku dengan selingkuh dengan teman lamanya."
"Tapi Adnan. Nggak seperti ini juga caranya Adnan. Seharusnya kamu dengarkan dulu penjelasan Mila Adnan."
"Mending sekarang ibu diam. Ibu nggak usah ikut campur urusan aku dengan Mila. Tugas ibu sekarang, kasih pengertian Aluna, agar dia mau menerima perceraian Papa dan Mamanya."
"Ya Allah Adnan. Apa yang sudah kamu lakukan. Kenapa kamu bisa gegabah seperti ini mengambil keputusan. Mila itu wanita yang baik. Kenapa kamu usir dia dari rumah ini."
Adnan tidak mau berlama-lama bicara dengan ibunya. Dia buru-buru menutup pintu kamarnya dan masuk kembali ke dalam kamarnya.
****
Malam ini, Mila masih berada di sisi jalanan yang gelap. Mila masih melangkahkan kakinya di keremangan lampu-lampu jalanan. Mila tidak tahu kemana dia akan pergi.
Tetes gerimis sudah membasahi hijab lebar Mila. Mila menatap ke atas langit. Gumpalan awan di atas langit sudah terlihat sangat gelap. Sepertinya sebentar lagi akan turun hujan.
"Ya Allah, sebentar lagi turun hujan. Aku harus mencari tempat berteduh," ucap Mila.
Mila kemudian menghentikan langkahnya. Dia menatap sekeliling untuk mencari tempat berteduh.
Tin tin tin....
Bunyi klakson mengejutkan Mila. Mila menghentikan langkahnya dan menoleh ke belakang di mana sebuah mobil melaju pelan dan mendekatinya.
Mobil itu berhenti tepat di samping Mila. Seorang wanita sepantaran Bu Retno membuka kaca mobilnya dan menatap ke arah Mila.
"Kamu mau ke mana?" tanya wanita itu.
"Saya tidak tahu mau ke mana Bu," ucap Mila.
"Kok tidak tahu mau kemana? itu bawa-bawa tas segala mau ke mana?"
"Saya tidak tahu Bu mau ke mana. Saya baru saja di talak dan di usir suami saya. Dan sekarang saya bingung, karena saya tidak punya tempat tinggal di sini," ucap Mila menjelaskan.
Wanita itu terkejut saat mendengar penjelasan dari Mila.
"Saya juga tidak punya ongkos untuk pulang kampung," lanjut Mila.
Wanita itu manggut-manggut mengerti.
"Oh. Ya udah kalau gitu, ayo masuk ke mobil. Sebentar lagi akan turun hujan. Dan kamu jangan malam-malam sendirian di tengah jalan begini. Bahaya, wanita malam-malam di tengah jalan begini. Lebih baik kamu ikut ibu aja."
"Tapi Bu..."
"Udah, nggak usah tapi-tapian. Kamu masuk ke mobil saya dan duduk di belakang."
Tanpa banyak berfikir, Mila kemudian membuka pintu mobil. Setelah itu Mila pun masuk ke dalam mobil itu.
Mobil itu kemudian meluncur pergi meninggalkan tempat itu.
Beberapa saat kemudian, mobil itu berhenti tepat di depan sebuah rumah mewah tiga lantai.
Mila terkejut dan menatap sejenak rumah mewah itu. Rumah itu tampak lebih luas dan lebih bagus dari rumah suaminya.
Sebelum turun dari mobilnya, wanita itu menatap Mila lekat.
"Nama kamu siapa?" tanya wanita itu.
"Saya Mila Bu," jawab Mila.
"Oh, kalau nama saya Suci. Kamu bisa panggil saya Bu Suci."
Mila tersenyum.
"Iya Bu Suci. Terimakasih banyak, karena Bu Suci sudah mau ngasih saya tumpangan dan tempat tinggal."
"Iya Mila. Ayo sekarang kita turun!"
Mila mengangguk. Mila kemudian turun dari mobilnya. Begitu juga dengan Bu Suci dan sopirnya. Mereka juga ikut turun dari mobilnya.
"Pak Burhan, tolong bawakan tas Mila ke dalam ya!" pinta Bu Suci.
Pak Burhan sopir pribadi Bu Suci mengangguk. Dia kemudian membawakan tas Mila masuk ke dalam rumah.
karena ketika enak sj yg d kejar setelah dapat akan di balik kondisinya. apalagi kau memulai ny dgn tidak baik.
.
buat koreksi aj kak, agar ke depan ceritanya lebih enak di baca, ^^