NovelToon NovelToon
Biarkan Aku Pergi

Biarkan Aku Pergi

Status: tamat
Genre:Tamat / Selingkuh / Cerai
Popularitas:290.3k
Nilai: 4.6
Nama Author: Velza

Menjalani kehidupan rumah tangga yang bahagia adalah idaman semua pasangan suami istri. Hal itu juga yang sangat diimpikan oleh Syarifa Hanna.

Menikah dengan pria yang juga mencintainya, Wildan Gustian. Awalnya, pernikahan keduanya berjalan sangat harmonis.

Namun, suatu hari tiba-tiba saja dia mendapat kabar bahwa sang suami yang telah mendampinginya selama dua tahun, kini menikah dengan wanita lain.

Semua harapan dan mimpi indah yang ingin dia rajut, hancur saat itu juga. Mampukah, Hanna menjalani kehidupan barunya dengan berbagi suami?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Velza, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 2. Tak Lagi Sama

Hari-hari dilalui Hanna seperti biasanya, tetapi ada satu hal yang berbeda. Jika dulu dia selalu menyiapkan segala keperluan sang suami, kini dia tak lagi melakukan hal itu. Sebab sudah ada Novita yang kini telah menjadi istri Wildan, yang berarti adalah madunya.

Pagi ini dia telah bersiap untuk pergi ke suatu tempat, saat melewati ruang tengah langkah kakinya terhenti karena panggilan dari sang suami.

"Kamu mau ke mana sepagi ini sudah rapi?" tanya Wildan dengan sorot mata mencari tahu.

"Aku ada perlu sama seseorang pagi ini," jawab Hanna seperlunya.

"Sarapan dulu, Mbak. Aku udah masak tadi," sela Novita yang baru dari dapur bermaksud mengajak sang suami untuk sarapan.

"Makasih, aku sarapan di luar aja. Kasihan kalau temanku nanti nunggu terlalu lama," tolak Hanna.

Seketika senyum yang tergambar di bibir Novita pun hilang, berganti dengan mimik wajah sendu. Sementara Wildan yang melihat raut sendu istri barunya itu mencoba untuk membujuk Hanna agar mau menerima ajakan Novita.

"Menunggu sebentar juga nggak akan membuat temanmu marah, Han. Setidaknya hargai usaha Novita yang udah menyiapkan sarapan buat kita," ucap Wildan.

Dengan tatapan sinisnya, Hanna pun menjawab, "Lebih tepatnya sarapan untuk kalian berdua, Mas. Karena aku juga nggak nyuruh dia buat bikinin aku sarapan. Jadi, kalau mau sarapan, silakan! Sebab aku lebih menghargai perasaan temanku yang sudah sabar menunggu karena harus meladeni kalian pagi ini."

Tanpa menunggu ucapan Wildan yang akan membuatnya telat pergi, Hanna segera keluar dan menuju garasi. Dia menyalakan mobil lalu memacu kendaraannya ke tempat yang akan dituju.

Sementara itu, Wildan berusaha menghibur Novita agar sabar karena Hanna yang mungkin belum bisa menerima pernikahan mereka.

"Jangan putus asa, ya. Aku yakin secepatnya Hanna akan menerima kamu sebagai madunya," ucap Wildan.

"Iya, Mas," balas Novita disertai seulas senyuman.

***

Di sebuah perusahaan yang cukup besar, Hanna menuju ruangan CEO yang merupakan temannya sewaktu kecil. sesampainya di ruangan yang dia tuju, dia sudah disambut ramah oleh sekertaris temannya.

"Selamat datang, Nona. Bu Annisa sudah menunggu di dalam," sambut Maria, yang merupakan sekertaris teman Hanna.

"Terima kasih, saya ke dalam dulu," balas Hanna dengan ramah.

Tanpa mengetuk pintu, Hanna membuka pintu dan mengucap salam, "Assalamu'alaikum, An."

"Wa'alaikumsalam. Hanna, kamu udah datang. Silakan, duduk," jawab Annisa dan mempersilakan Hanna untuk duduk di sofa.

"Ya ampun, seneng banget aku bisa ketemu kamu lagi," ujar Annisa sambil memeluk Hanna penuh rindu.

"Aku juga seneng bisa ketemu kamu dan sekarang kamu sudah semakin sukses," timpal Hanna tak lupa membalas pelukan Annisa.

Mereka pun bercerita tentang masa kecil saat masih bersama hingga terpisah karena orang tua Hanna yang harus pindah ke luar kota.

"An, kamu lagi ada lowongan nggak?" tanya Hanna.

"Buat siapa?" Annisa balik bertanya dengan tatapan penuh selidik.

Sesaat Hanna bingung harus menjelaskan bagaimana. Karena dia tak berniat menceritakan masalah yang tengah dihadapinya, tapi jika tak berkata jujur tentang alasannya mencari pekerjaan, dia khawatir Annisa akan kecewa padanya.

"Sebenarnya ...," Hanna pun mau tak mau harus menceritakan semuanya, tentang dirinya yang dipoligami tanpa sepengetahuannya dan madunya yang tinggal satu atap dengannya.

Terlihat dengan jelas raut muka Annisa berubah menjadi emosi, bukan tanpa alasan sebab dia sangat menyayangi Hanna layaknya saudara sendiri. Bahkan dia yang sudah mengenal Hanna sejak lama pun tak pernah membuat Hanna sakit hati.

"Keterlaluan sekali Wildan, mentang-mentang dia kepala keluarga jadi berbuat seenaknya. Kamu kenapa nggak tuntut dia di pengadilan? Wildan menikah lagi tanpa persetujuan kamu sebagai istri pertama yang sah secara agama maupun negara," ucap Annisa.

Hanna mengembuskan napas perlahan, pandangannya lurus ke depan seolah itu bukan masalah besar baginya.

"Untuk apa mempertahankan lelaki seperti Mas Wildan? Aku bertahan semata ingin menyelamatkan apa yang telah menjadi hakku. Karena sedikitpun aku tidak akan rela wanita itu mendapat apa yang dimiliki Mas Wildan saat ini."

Hanna menatap Annisa dan kembali melanjutkan ucapannya, "Aku tidak ingin dianggap lemah jika harus mundur secepat ini, An. Aku sudah tak peduli dengan apa yang dia lakukan, yang aku fokuskan saat ini hanyalah mentalku aman dan bahagia dengan caraku."

Annisa menggenggam erat jemari Hanna, seolah dia sedang melihat Hanna kecil yang begitu tanggung dan pantang menyerah selagi dia benar.

"Apa pun keputusanmu, aku akan selalu mendukungmu. Bagiku, melihatmu hidup bahagia adalah yang paling penting," ucap Annisa.

"Jadi, bagaimana? Ada lowongan kerja tidak?" tanya Hanna.

"Untuk saat ini aku lagi nggak ada, Han. Nanti aku coba tanyakan pada temanku, barangkali dia sedang butuh karyawan di kantornya," jelas Annisa.

"Oke, nggak apa-apa. Kabari saja kalau memang ada lowongan," ucap Hanna.

"Pasti," balas Annisa.

......................

Sepulang dari kantor Annisa tadi, Hanna sengaja tak langsung pulang ke rumah, melainkan pulang ke rumah mertuanya.

"Han, kalau ada apa-apa atau kamu butuh bantuan, jangan segan buat kabari mama, ya! Mama memang orang tua kandung Wildan, tapi mama juga tidak membenarkan kelakuannya itu. Bagi mama, siapa yang benar itu yang akan mama bela," ucap Mama Ginan.

"Iya, Ma. Hanna pasti akan kasih tahu Mama jika Hanna perlu bantuan," balas Hanna.

"Untuk sekarang, apa yang kamu rencanakan? Nggak mungkin 'kan kalau kamu seterusnya bakal hidup satu atap dengan wanita itu?" tanya Mama Ginan.

"Saat ini Hanna belum merencanakan apa pun, hanya saja Hanna akan bertahan demi menyelamatkan hak Hanna selama ini. Setelah itu terwujud, kemungkinan Hanna akan pergi dari kehidupan mereka," ungkap Hanna.

" Maksud kamu cerai?" tanya Mama Ginan memastikan dan dijawab anggukan oleh Hanna.

Mama Ginan menghela napas panjang, beliau sudah terlanjur menyayangi Hanna dan tak ingin Hanna pergi. Akan tetapi, perbuatan putra sulungnya memang sudah sangat keterlaluan, beliau pun tak bisa memaksa sang menantu untuk terus tetap bertahan.

"Lakukan apa yang menurutmu baik, Han. Mama akan selalu mendukung keputusanmu jika memang itu yang terbaik. Satu yang mama minta dari kamu ...,"

"Apa, Ma?" tanya Hanna saat ibu mertuanya menghentikan ucapannya.

"Jangan pernah lupakan mama dan papa. Anggap kami seperti orang tua kandungmu, yang akan selalu ada untukmu," lanjut Mama Ginan.

"Iya, Ma. Bagi Hanna, kalianlah keluarga Hanna satu-satunya yang Hanna punya."

Mama Ginan pun lekas memeluk Hanna, mencurahkan rasa sayang kepadan sang menantu.

****

Menjelang Maghrib, Hanna baru sampai rumah. Dilihatnya mobil Wildan sudah terparkir di garasi, dia pun segera memarkirkan mobilnya.

Sambil mengucap salam dalam hati, Hanna membuka pintu rumah dan langsung disambut tatapan tajam sang suami.

"Bagus, ya. Pergi dari pagi, jam segini baru pulang. Ke mana aja kamu? Apa kamu nggak ingat kalau punya suami, hah? Bukannya bantu Novita urus rumah, malah kelayapan nggak jelas," ucap Wildan dengan suara lantang.

Tanpa rasa takut, Hanna mendekati Wildan lalu menatap tajam balik sang suami.

"Sudah selesai bicaranya? Boleh aku yang berbicara sekarang?"

Hanna menarik napas panjang untuk mengontrol emosinya karena dia masih mengingat jika pria di depannya ini adalah suaminya.

"Dengar, ya, Mas. Mulai saat ini aku akan mencari kebahagiaanku sendiri. Apa kamu lupa kalau kamu itu seorang imam? Yang mana jika imam itu melakukan sesuatu pasti akan diikuti oleh makmumnya. Seperti yang kamu lakukan, kamu mencari kepuasanmu sendiri dan aku pun begitu selagi tidak di luar batas wajar seperti kamu yang diam-diam menikah lagi tanpa sepengetahuanku."

Hanna membalikkan badan dan bersiap melangkah pergi dari hadapan Wildan, tetapi baru beberapa langkah dia kembali berhenti dan berbalik menatap sang suami.

"Satu lagi, aku tidak meminta istri mudamu untuk mengurus pekerjaan rumah. Kalau memang dia keberatan, kamu kerjakan saja seorang pembantu untuk mengurus rumah. Karena menurutku percuma jika aku harus ikut turun tangan membantu pekerjaan rumah sebab selama ini pengabdianku tak pernah dihargai."

Usai mengucapkan itu, Hanna segera berjalan menuju kamarnya tanpa menghiraukan sang suami yang mematung karena perubahan sikapnya.

1
Nur Halima
Luar biasa
YuWie
Happu End..selamat Hanna dan Fran serta si kembar baby
Soraya
keren mksh karyanya thor👍
Soraya
selamat ya Hana akhirnya hamil juga
Endang Supriati
ngapain juga si hanna urusan keluarga wildan.
Endang Supriati
kanker itu seperti rambut menjalar kemana2 kamu mau sembuh nov! ganti otaknya.
Endang Supriati
si adnan hrsnya juga mati ketabrsk truck,kurang ajarrrrr ngapain sih ngabar ngabin ke Hanna.!! pki suruh besuk segala! dasar adik kakak otaknya konslet.
Endang Supriati
ucapan adalqh doa nov. itu adalah bakasan dr Allah krn sdh menghancurkan pernikahan Hanna.
ada hadisnya,pezinah dan penghancur rumah tangga org. tdk diakui sbg umat dan golongan Rasullah.
Endang Supriati
biasanya pezinah perusak rumah tangga org. kena penyakitnya kanker disekitar rahimm.
jd tdk bisa ngesex lagi bau kaya bangke jarak 10 meter aja sdh tercium baunya. krn didlm rshimnya penuh luka darah dan nanah.
Endang Supriati
yg bilang sdh maapin itu mudah! coba klu dia yg mengalami. sakit hati tahu!!
Iges Satria
/Heart//Heart//Heart//Heart//Good/
YuWie
bagus
Anna Wamey
kenapa harus dg perjanjian frans,,,?,,hanna minta tolong pdmu sekali,,,tp kamu meminta lebih,,,??,🤔
Iges Satria
tinggal beli rusaknya dan beli es krim, nanti dituangkan kesatuan wadah.. gampang kan Frans /Heart/
Anna Wamey
Lumayan
Nur Azizah
bagus n menarik
Sobar Ruddin
sangat bagus dan mengispirasihkan kita jgn terlalu terpuruk
Sobar Ruddin
seru lanjut
Endang Supriati
ucapan adalah doa.
Endang Supriati
memang hamil bisa dibuat dan diarur sendiri!!!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!