Adara terpaksa menerima kehadiran seorang madu di rumah tangganya, dia tidak dapat berbuat apa-apa karena sang suami dan mertua yang begitu kekeuh menghadirkan madu tersebut. Madu bukannya manis, tapi terasa begitu menyakitkan bagi Adara.
Awalnya Adara merasa sanggup bila dirinya berbagi suami, tapi nyatanya tidak. Hatinya terasa begitu sakit saat melihat sang suami dan adik madunya sedang berduaan. Apalagi hubungan sang mertua yang terlihat sangat dekat dengan adik madunya. Ditambah lagi suami dan mertuanya juga memperlakukan sang adik madu dengan begitu istimewa, bak seorang putri yang harus selalu dilayani dan tidak boleh melakukan pekerjaan apapun. Berbanding terbalik dengan Adara yang harus mengerjakan semua pekerjaan rumah termasuk menyiapkan kebutuhan sang adik madu.
Hati Adara sangat sakit menerima perlakuan tidak adil tersebut.
Sejauh mana Adara sanggup bertahan membina rumah tangganya yang tak sehat lagi?
Yuk ikuti terus cerita ini. InsyaAllah happy ending.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon 01Khaira Lubna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tak Ada yang Peduli
Berlari aku ke kamar dengan perasaan begitu hancur dan terluka. Setibanya di kamar, duduk aku dipinggir kasur. Lalu aku menepuk serta mencubit kecil pipi ku. Aku bisa merasakan sakit di bagian pipi yang aku tepuk dan cubit.
Ya Robb, ternyata apa yang aku dengar tadi bukanlah mimpi. Semuanya nyata. Mas Erlang yang aku percaya bisa menjaga kesetiaan cinta kami ternyata tega mendua. Dia mendua dan menikah lagi dengan wanita lain tanpa sepengetahuan aku. Tega sekali kamu mas.
Aku meremas dada. Dadaku terasa begitu sesak. Lalu aku menangis sejadi-jadinya. Tidak pernah sekalipun aku terpikirkan kalau aku akan memiliki adik madu. Rasa sakit yang aku rasakan saat ini tidak bisa aku jelaskan dengan kata-kata. Sakit sekali.
*
Hingga malam tiba, aku masih betah mengurung diriku di dalam kamar. Air mata tak henti-hentinya menetes, rasa sakit yang aku rasakan setelah dikhianati sungguh luar biasa. Mas Erlang yang berjanji akan menjaga aku, setia padaku, tapi nyatanya semua ucapan nya itu hanyalah bualan semata.
Di anniversary satu tahun pernikahan kami, teganya dia memberikan kado yang begitu menyayat hati ini.
Pantas saja selama tiga hari ini dia tidak dapat dihubungi, ternyata di sana dia tengah menghalalkan seorang wanita lalu berlanjut berbagi rasa serta berbagi peluh dengan wanita lain diatas ranjang yang sama. Bodoh nya aku. Bisa-bisanya rindu ku begitu menggebu-gebu kepadanya yang di sana, sementara dia tidak ingat dengan diriku yang di sini. Pun saat ini, hingga malam tiba dia tidak berusaha menjelaskan kepadaku kepada ini semua bisa terjadi. Jangankan menjelaskan, menemui aku pun tidak. Kenapa dia bisa berubah begitu cepat?
*
''Heh, Adara. Bangun kamu!''
Perlahan aku membuka mata setelah mendengar suara khas Mama mertua, ternyata aku ketiduran.
Saat aku sudah duduk di atas kasur dan sudah bisa melihat dengan jelas, Mama kembali berucap.
''Bagus ya, enak-enakan dari tadi kamu cuma tiduran di kamar. Sana sekarang kamu ke dapur. Kamu masak menu makan malam, karena Winda ingin makan makanan yang kamu masak,'' perintah wanita paruh baya yang selalu bersikap ketus kepadaku. Jari telunjuk nya menunjuk-nunjuk wajah aku saat sedang berbicara.
''Ma, dimana hati Mama? Bisa-bisanya Mama mengatakan kalau aku enak-enakan tiduran di kamar. Apa Mama sama sekali tidak mau tahu bagaimana perasaan aku setelah tahu Mas Erlang telah menikah lagi. Hati aku sakit, Ma. Kalian kenapa begitu tega sama aku?!'' jeritku. Kalau biasanya aku selalu menjaga sikapku di depan Mama, tapi kali ini aku sudah tidak bisa lagi untuk mengontrol emosi ku.
''Udah ya Adara. Kamu nggak usah banyak drama. Karena saya dan Erlang sama sekali tidak merasa kasihan sama kamu. Kamu lihat kan, Erlang sama sekali tidak menemui kamu, itu karena dia lebih nyaman bersama Winda, sekarang mereka tengah berduaan di kamar tamu,'' tersenyum Mama berucap, senyuman mengejek.
Setelah mendengar perkataan Mama Sari, aku berdiri dari dudukku. Dengan langkah kaki lebar aku berjalan ke kamar tamu.
Mama Sari mengikuti aku dari belakang.
''Jangan ganggu mereka Adara!''
''Biarkan malam ini mereka tidur bersama!''
''Kamu mending ke dapur saja. Buatkan makan malam segera!''
Mama Sari memegang pergelangan tangan ku, sehingga langkah ku terhenti karenanya.
''Jangan halangi aku, Ma!'' aku menepis kasar tangannya, sehingga pegangannya terlepas. Lalu aku melanjutkan langkahku lagi.
Setibanya aku di depan pintu kamar tamu, aku langsung saja memutar handle pintu, hingga pintu yang tadi tertutup rapat, kini terbuka lebar.
Dan aku begitu syok melihat pemandangan yang ada di dalam kamar.
Mas Erlang dan Winda, mereka sedang bermain diatas ranjang dengan posisi Mas Erlang berada di bawah dan Winda berada diatas tubuh Mas Erlang. Tubuh keduanya sama-sama polos tanpa sehelai benangpun yang menutupi. Aku bisa melihat, tangan Mas Erlang yang sedang memegang dua gundukan kenyal dan menantang milik Winda yang tersuguh di depannya. Melihat kehadiran aku, dia melepaskan pegangan nya itu dengan segera. Lalu keduanya sibuk menutupi tubuh polos mereka dengan selimut.
Rasanya tubuh ku tak bisa bergerak lagi. Hari ini, Mas Erlang sudah memberikan aku kejutan bertubi-tubi.
''Ceraikan aku sekarang juga Erlang!'' teriakku nyaring. Kata-kata yang tadi masih tertahan di tenggorokan akhirnya keluar juga. Kesabaran ku sudah habis. Aku tidak bisa diperlakukan seperti ini. Dan aku tidak sudi berbagi.
''Kurang ajar kamu Adara! Tidak sopan! Ayo keluar. Biarkan Erlang dan Winda bekerja keras untuk memberikan saya cucu! Kamu jangan menjadi pengganggu, sudah cukup selama setahun ini kamu menjadi wanita tidak becus karena kamu tidak bisa memberikan saya cucu!'' Mama menarik paksa tangan ku keluar dari kamar. Sedikit terseok-seok langkah ku, akhirnya kini posisi tubuh ku sudah berpindah.
Mama kembali memaki aku dengan kata-kata kasarnya. Dia menghina aku sedemikian rupa dengan wajahnya yang memerah. Aku hanya diam saja, karena rasanya aku sudah tidak punya energi lagi untuk melawan. Harga diriku sudah diinjak-injak, dan Mas Erlang sama sekali tidak peduli lagi sama aku.
Selama aku menikah dengan Mas Erlang, Mama memang tinggal bersama kami. Karena Mama sudah tidak punya siapa-siapa lagi. Papa Mas Erlang sudah meninggal dan Mas Erlang juga merupakan anak satu-satunya.
Sementara aku sendiri, aku hanyalah wanita yang tumbuh dan dibesarkan di panti. Meskipun begitu, selama ini aku tidak pernah kekurangan kasih sayang, karena ibu panti sangat baik kepada ku. Beliau memperlakukan aku seperti anak nya sendiri.
*
''Adara, Mas minta maaf untuk semua yang telah terlanjur terjadi. Mas harap kamu akan tetap menjadi istri Mas selamanya,''
Setelah satu jam setelah kejadian tadi, akhirnya Mas Erlang menemui aku di kamar.
Aku diam saja, entahlah, rasanya percuma saja aku bersuara. Toh tidak akan pernah di dengar dan dianggap.
''Dek, sebenarnya sebelum kita menikah satu tahun yang lalu. Mas dan Mama telah membuat perjanjian tertulis yang ditangani oleh kami berdua. Dimana isi dari perjanjian tersebut adalah, jika selama satu tahun pernikahan kita kamu tidak kunjung memberikan Mama cucu, maka Mas harus menikah dengan wanita lain. Wanita pilihan Mama,'' jelas Mas Erlang. Mendengar itu, aku menatapnya lekat. Dari yang aku lihat, seperti nya perkataan Mas Erlang memang benar adanya. Wajahnya menatap ku memelas.
Lalu dia melanjutkan perkataan nya lagi.
''Kamu 'kan tahu sendiri, dari awal Mas mengenalkan kamu kepada Mama, Mama tidak pernah suka sama kamu dan dia menolak keras hubungan kita. Tapi karena Mas mencintai kamu, makanya dengan cara apapun Mas tetap keukeh ingin menikahi kamu. Mas harap sekarang kamu mengerti,'' Mas Erlang hendak menyentuh tangan ku, dengan cepat aku tepis.
''Apakah kamu mencintai wanita itu?'' tanyaku.
''Winda maksud kamu?''
''Iya, siapa lagi!''
''Em, ti-tidak. Mas menikah dengannya hanya karena paksaan dari Mama,''
''Tapi tadi aku lihat, kamu begitu menikmati goyangan Winda,'' aku tersenyum sumbang.
''Iya, itu karena dia dapat diandalkan. Dia tahu bagaimana caranya menyenangkan dan memuaskan Mas diatas ranjang,''
Bersambung.
saga kasihan Thor😢😢
dan semoga rajin lagi Up nya 😍