Arabela, terpaksa harus berlapang hati menerima kenyataan pahit. Perempuan cantik itu harus rela meninggalkan sang kekasih demi menuruti perintah keluarga untuk menikah dengan kakak ipar nya sendiri.
Adila, kakak kandung Arabela meninggal karena melahirkan seorang putri, hingga keluarga memutuskan untuk menikahkan arabela dengan Vano Herlambang,
bagaimana kisah Arabela dengan Vano? apakah mereka menemukan kebahagiaan atau sebaliknya??
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Retmiduski, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 21 kedatangan Tika
" kapan aku minta permata dan mutiara ya mas?" ujar Ara bingung
"Barusan , di waktu kamu mengganti pempes nya Alana....."
" Ya Allah mas, itu kan cuma becanda kali, tapi kalau mau niat ngasih ke istri ngak usah bilang bilang juga kali, langsung kasih aja, mau kasih emas permata keg, mau kasih bunga kek, atau rumah baru" ucap Ara melirik Vano yang sedang berdiri kaku di samping Ara .
Drenngg drenngg Ara baru tersadar ada satu kata yang membuat Vano terdiam kaku, kata istri ya. Semenjak menikah hanya sekali ini aja Ara keceplosan menyebut kata istri dari bibirnya
" Maaf , aku hanya bercanda mas " Ara nyengir
Tok
Tok
Tok
' masuk "
" Maaf pak, mbak , tuan Bram dan yang lain nya sudah menunggu di meja makan " ucap buk Sumi mengabari mereka
" Mama dan papa " tanya ulang Vano
" Iya pak, tidak hanya tuan dan nyonya Astrid,tapi mas Bara juga ada di bawah " bik Sumi menjelaskan dengan rinci
" Baiklah kami akan ke bawah " ujar Vano , tidak lama setelah itu bik Sumi pergi duluan ke bawah
" Ekhmmm kamu senang ya " tanya Bryan kepada Ara yang akan menggendong Alana
" Senang kok mas, karena ...."
' karena ada Bara? " Potong Vano
" Ha' Bara? Ya itu juga lah mas , karena sekarang kan kita makan malam keluarga besar jadinya, aku tentu bahagia dan senang karena ada mama dan papa aku disini " ujar Ara menjelaskan
" Bilang saja kamu kesenangan karana Bara " Vano seperti tidak terima dengan jawaban Ara dan entah kenapa ekspresi nya menunjukkan muka masam
" Hmmm iya kan aku ngak bilang nggak bahagia loh mas. Ada nya Bara disini adik nya kamu juga bikin aku bahagia, lagi pula Bara anak baik, nyambung ngobrol dan sopan " AE Ara berkata jujur. Tidak ada yang salah dengan ucapan yang terlontar dari mulut Ara tapi entah kenapa mendengar hal tersebut ada yang memuncak dan menjengkel di dalam hati Vano.
" Ya ya ya kalian memang cocok " ujar Vano melangkah kan kaki nya ke luar kamar , Ara yang melihat hal aneh tersebut hanya bengong dengan Vano yang tiba tiba berubah sikap dan mood nya.
" Apa kamu tidak akan keluar? Atau menunggu Bara untuk menjemput mu?" Ujar Vano berhenti tepat di luar pintu
" Iya , ahh tidak ahhh maksud aku iya aku akan keluar dan tidak perlu Bara menjemput kami" karena Ara sangat malas untuk berdebat dan memperpanjang Masalah lebih baik melangkah kan kaki keluar
Teng pintu lift terbuka mereka keluar dan berjalan menuju meja makan
" Lama amat sih kakak ipar , aku udah kelaparan lo" Teriak bara yang telah duduk di kursi makan
" Iya maaf semua, tadi Ara memijit kaki aku dulu, karena terpeleset tadi pah" ujar Vano melihat ke arah papa mertua nya
Ara yang bingung akan ucapan Vano langsung menanggapi " ha' Kapan aku me....."
" Iya aku terpeleset tadi saat melihat ikan di kolam bersama papa, jadi kaki yang kamu pijit tadi karena terpeleset" ujar Vano memotong bicaranya Ara dengan cepat
" Wahhh tapi ngak apa kan Van? Harusnya tadi kamu ngak usah masuk kolam ikan nya Van , kan jadi sakit ' ujar Roy yang melihat Vano terpeleset di kolam ikan tadi
" Ngak apa kok pah, udah baikan karena udah di pijet Ara " Bara yang melihat sesuatu yang aneh, dan mencium kebohongan dan sandiwara dang Kakak hanya senyum senyum geli saja.
" Aku akui mas sangat jago akting, Reza Rahadian kalah pokoknya " bisik Bara tepat di telinga Vano yang duduk di sebelah nya
Vano tidak menyahuti hal tersebut, karena Vano tahu bagaimana adiknya. Jika di respon bisa bisa Vano ketahuan bohong.
"Cieee yang udah pijit pijitan ini ye" bisik Bara tepat di tengah tengah Vano dan Ara tentu saja mereka mendengar hal tersebut.
" Alana , keponakan om yang cantik persis seperti mama Ara , lagi apa itu? Habis bangun tidur ya " ujar bara kepada Alana yang di atas stroller di tengah tengah Vano dan Ara
" Oke om makan dulu ya, nanti kita main lagi, oke " ujar Bara berdiri yang tadi nya menunduk karena mengobrol dengan bayi Alana
" Akhirnya kita makan bersama juga " ucap mama Ajeng
" Iya buk, tadi saat Bara bilang jika pak Roy dan buk Ajeng datang kami buru buru ke sini, karena udah masak banyak ya udah semuanya di bungkus dan di bawa ke mari ' ujar Astrid kepada Ajeng
" Hahaha iya buk Astrid, terimakasih loh udah repot-repot karena kami " ucap mama Ajeng
" Repot apa nya toh buk, kita ini besanan jadi....'
" Saya takut kalau ngobrol nya ngak di hentikan sekarang, ini makan malam ngak akan mulai mulai loh pak Bram" ujar Roy menyela
" Itu yang saya takutkan pak Roy " mendengar ucapan para bapak bapak semua yang disana hanya tertawa dan memulai makan malam keluarga dengan sesekali di selingi oleh canda tawa.
Setelah selesai makan malam semua keluarga berkumpul di ruangan keluarga. Mereka mengobrol dan bercanda bersama hingga sampai ke pembahasan resepsi pernikahan Vano dan Ara.
" Jadi tiga Minggu lagi ya buk Astrid " ulang buk Ajeng yang sudah menyiapkan tanggal resepsi ke dua anak anak Mereka
" Betul buk Ajeng " jawab buk Astrid, sedangkan Vano maupun Ara hanya diam membisu tidak bisa menolak atau berkomentar banyak . Di sela obrolan bik Sumi datang dengan langka terburu terburu
" Maaf pak buk , ada tamu " lapor buk Sumi kepada Mereka semua nya
" Siapa bik?' tanya Astrid
" Itu buk kalau ngak salah dia teman nya nyonya Dila dulu " karena Tika juga pernah menemani Kinan dulu ke kediaman utama Vano di waktu mereka berpacaran
" Tika?" Tebak Vano karena setahu Vano hanya Tika teman yang paling dekat dengan Dila itu pun sebelum mereka menikah.
" Suruh masuk aja kalau gitu bik" ucap buk Ajeng karena mendengar teman dari anak nya Dila, tentu yang ada di hati buk ajeng adalah teman nya tersebut ingin mengucapkan bela sungkawa kepada keluarga yang di tinggalkan
"Baik buk....."
" Selamat malam Vano dan semuanya" sebelum buk Sumi menjawab Tika malah nyelonong masuk ke dalam
" Maaf saya ngak tau kalau lagi rame dan ternyata om tante juga ada di sini , tadi bibik nya lama kali jadi saya inisiatif masuk aja " ujar Tika melihat mama dan papa Vano dan Ara
" Hati hati Ra, bibit pelakor tuh" gumam Bara sambil berjalan di samping Ara
" Mbak Tika ya?" Tanya Ara yang masih mengingat teman kakak nya satu satu tersebut, beberapa kali Tika pernah ke Bandung untuk menemani Dila
"Iya, Ara udah dewasa dan sekarang sudah cantik sekali" ujar Tika tanpa tahu jika sekarang perempuan yang ia puji tersebut adalah istri dari lelaki yang dari dulu dia Incar.
" Tante om" Tika menyalami semua orang tua di sana
" Saya turut berdukacita ya tante om, atas meninggalnya Dila, sungguh saya tidak menyangka Dila pergi secepat ini" ujar Tika, entah dia pura pura bersedih dan bahagia di dalam hatinya hanya tuhan dan dia yang tahu kebenaran tersebut