Salsabillah Khairunnisa Kirani, 25 tahun. Terpaksa harus menikah dengan Adrian Mangku Kusumo, 25 tahun. Karena perjodohan orang tua mereka, padahal mereka sama-sama memiliki kekasih.
Sabillah tak tahu mengapa Adrian selalu menuduhnya menjadi penyebab kehancuran Ajeng, kekasih Adrian.
Hingga di tujuh bulan pernikahan mereka, Sabillah melihat Adrian bersama wanita yang tengah hamil tua, dan wanita itu, kekasih Adrian.
Apakah Adrian sudah mengkhianati pernikahan mereka? Meski mereka sepakat untuk berpisah setelah dua tahun pernikahan mereka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Isma Wati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bertanggung Jawab
Dirumah pengantin baru itu, hanya terdengar suara dentingan sendok yang beradu dengan piring. Penghuninya sedang menikmati santap malam mereka di meja makan yang panjang dengan sajian menu spesial masakan hasil tangan menantu idaman.
Muka si lelaki terlihat ditekuk dalam, sangat tak enak dipandang. Dia kesal, karena seharusnya dia pulang kerumah Ajeng, kekasihnya. Terpaksa harus pulang, sang mama menelepon, mengatakan jika sudah dirumahnya, dan menginap.
Dia makin tak mood, dikala sang mama memuji masakan wanita yang tak ingin dia anggap istri, memang enak, tapi dia yakin jika itu bukan hasil masakan wanita yang ia sebut penyebab penghancur masa depan kekasihnya.
Pasti beli di restoran, gumamnya. Dia bekerja sama dengan mamanya untuk menipunya.
"Gimana, masakan Sabillah enak kan, Adrian? Kamu beruntung bisa memperistri Sabillah, bukan cuma cantik, dia pekerja keras, dan bisa melakukan semuanya," kata nyonya Ninawati memuji kelebihan Sabillah.
"Bukan seperti-"
"Ma," potong Adrian, dia tahu apa yang ingin dikatakan mamanya. Nyonya Ninawati langsung bungkam, dia melirik Sabillah yang nampak cuek dengan obrolan mereka.
Adrian melanjutkan makanya, dua ingin cepat menghabiskan makananya, tak betah harus berlama-lama satu meja dengan wanita yang membuatnya muak.
"Adrian, tadi Mama sudah bilang pada Sabillah, jika Mama akan menginap disini sampai kalian menentukan akan bulan madu dimana?" Adrian langsung menatap mamanya dengan tatapan protes.
"Ma, nggak perlu ada bulan madu."
"Ini demi keharmonisan rumah tangga kalian."
"Ma, ada atau tidaknya bulan madu, tidak mempengaruhi kelanggengan pernikahan seseorang." Adrian menelungkupkan sendoknya, nasinya masih bersisa, tapi Adrian sudah tidak bernafsu makan lagi.
Sabillah dan nyonya Ninawati menatap punggung tegap itu yang meninggalkan mereka.
"Maafkan Adrian, ya Sabillah. Kamu harus sabar."
Sabillah mengangguk. Iya, dia harus bersabar sampai dua tahun lagi.
* * *
"Dasar wanita ular, pintar cari muka. Kamu ngadu ke mama kalau kita tidak sekamar? Iya?" tuduhnya dengan suara tertahan, takut sang mama mendengar pertengkaran mereka.
Sabillah yang baru muncul dari mengambil selimut di ruang wardrobe, mendengus.
"Manusia kalau lahir tidak diadzanin ya begini. Selalu berpikir buruk dengan orang lain," sahut Sabillah acuh, tanpa melihat Adrian. Dia merapikan sofa, bersiap akan tidur disana.
Adrian makin kesal, Sabillah selalu saja menjawab ucapannya. Bukan tipe istri patuh pada suami.
"Beli masakan direstoran mana kamu? Pintar juga mencari rumah makan enak," Adrian nampak menyindir.
Sabillah dengan santai merebahkan tubuhnya di disofa.
"Kalau aku memberi tahu, nanti kamu mencontek," jawab Sabillah menutup tubuhnya dengan selimut, dia malas jika harus berdebat. Sabillah membuka selimutnya lagi, menatap Adrian.
"Tapi kalau tidak suka sama masakanya, halal kok untuk dilepehin," lanjutnya. Adrian mengepalkan tanganya semakin dibuat geram.
"Kenapa tidak tidur dikasur? Tujuan kamu ngadu ke mama, supaya bisa tidur satu ranjang dengan ku, kan? Biar aku menyentuh kamu dan ide bulan madu itu, itu pasti ide kamu," tuduh Adrian masih terus saja bicara, sengaja memancing amarah Sabillah.
Sabillah sontak membuka selimutnya kasar, menatap nyalang Adrian.
"Percuma menjelaskan pada manusia minim akhlak, dan pikirannya dipenuhi kebencian macam Anda ini tuan Adrian terhormat. Kasihan sekali mama anda yang punya sifat begitu baik seperti malaikat, tapi memiliki anak yang sifatnya seperti keturunan iblis," kata Sabillah. Mata Adrian membelalak.
"Jika memang kamu benci saya, jangan bicara lagu, cukup diam. Anggap saya tidak ada, dan biarkan waktu berlalu sampai dua tahun kedepan," lanjut Sabillah dengan dada naik turun, dia hampir terpancing emosi, untuk meredamkanya dia kembali menutup tubuhnya dengan selimut.
Berbalik kini Adrian yang emosi, dia sudah berjalan hendak menghampiri Sabillah, tapi bunyi kencang handponenya membuatnya menghentikan langkah, dan berbalik mengambil hape, mengangkat cepat panggilan setelah tahu siapa yang menghubunginya.
"Iya," jawab Adrian panggilan itu dengan suara sangat lembut. Dia melirik kearah Sabillah sekilas, lalu berjalan menuju balkon.
Didalam selimut, diam-diam Sabillah menguping, tapi sayang suara Adrian perlahan menjauh.
"Maaf, malam ini aku tidak bisa kesana." Masih terdengar samar oleh Sabillah.
Cuma Sabillah tidak menyangka saja jika Adrian bisa bicara selembut itu, dua hari menjadi istri laki-laki itu, Adrian selalu bicara keras padanya, selalu bernada emosi, jika melihat Sabillah bawaannya marah-marah terus.
Kemudian, tak terdengar apa lagi yang suaminya itu bicarakan, Sabillah mencoba memejamkan mata, hari ink dia begitu lelah. Tak lama iapun terpejam dengan sendirinya tak ingin memikirkan Adrian juga.
* * *
Tak sengaja Sabillah terbangun, samar dia masih mendengar suara orang bicara. Sabillah mengangkat tubuhnya, mencari sumber suara. Sabillah melihat pintu balkon terbuka.
Apa Adrian masih bicara ditelepon juga? Betah sekali dia. Sabillah melirik jam yang menempel di dinding, pukul dua dini hari.
"Iya tante, aku akan bertanggung jawab atas apa yang terjadi pada Ajeng. Beri aku kesempatan tante, aku masih sangat menyayangi dan mencintai Ajeng."
Degh.
Ada sedikit yang mengganjal dihati Sabillah mendengar obrolan Adrian. Tapi Sabillah coba menepis itu.
"Iya tante, Adrian secepat mungkin menceraikan wanita itu."
Sabillah tersenyum miris, sepertinya, suaminya itu tak sudi menyebut namanya. Dan Sabillah juga bisa menangkap, jika mereka akan bercerai, sebelum dua tahun seperti yang telah mereka sepakati.