Second Mate (Setelah Tujuh Tahun Berpisah)
Pranggggg
Suara pecahan benda terdengar sangat keras, membuat Salsabillah Khairunnisa Kirani, atau yang kerap dipanggil Sabillah, wanita berusia 25 tahun yang sudah tertidur itu langsung terbangun. Buru-buru dia turun dari tempat tidur, keluar kamar dan berlari menuruni anak tangga untuk melihat benda apa yang pecah itu.
Alih-alih takut jika yang melakukan itu seorang pencuri, tapi dalam pikiran Sabilla jika suaminyalah pelakunya.
Benar dugaanya, jika pelakunya adalah Adrian Mangku Kusumo, laki-laki tampan yang baru saja menikahi Sabillah siang tadi atas perjodohan kedua orang tua mereka.
Baru hitungan jam mereka sah menjadi suami istri, namun saat baru saja mereka tiba dirumah yang dihadiahi oleh orang tua Adrian itu, Adrian langsung pergi meninggalkan Sabillah setelah mendapat telepon dari seseorang tanpa mengatakan sepatah katapun pada Sabillah dia akan kemana, sepertinya telah terjadi sesuatu hingga membuat Adrian pergi dimalam pertama mereka.
Apakah Salsabillah sedih? Tentu tidak, karena bagi Sabillah pernikahan mereka hanyalah pernikahan diatas kertas yang telah mereka sepakati bersama tanpa diketahui kedua orang tua mereka, mereka akan berpisah setelah dua tahun menikah, dan sepakat tidak akan tinggal satu kamar ataupun melakukan hubungan suami istri, karena keduanya sama-sama memiliki pasangan.
Tapi Sabillah memutuskan hubungannya dengan kekasihnya yang merupakan seorang perwira kepolisian setelah ia tahu akan menikah dengan Adrian, karena meski bagaimanapun Sabillah tidak ingin mengkhianati orang tuanya, meski orang tuanya tak merestui hubungannya dengan sang kekasih, tapi Sabillah tetap menghormati keduaorang tuanya.
Orang tua Sabillah tidak ingin memiliki menantu dari seorang perwira, karena citra negatif yang dimiliki para oknumnya.
Tapi berbeda dengan Adrian, Adrian masih berhubungan dengan kekasihnya yang merupakan seorang perawat disebuah rumah sakit, yang bernama Ajeng.
"Ada apa sih, pulang-pulang ngancurin barang yang nggak bersalah, "kata Sabillah melihat ternyata guci besar milik mama Adrian, nyonya Ninawati Mangku Kusumo, yang pecah.
"Nggak usah ikut campur!" teriak Adrian, laki-laki berperawakan tinggi menjulang yang usianya terpaut satu hari dengan Sabillah itu menatap nyalang Sabillah seraya menuding wajah Sabillah yang masih berdiri disatu anak tangga dengan jari telunjuknya.
"Gara-gara kamu punya pacar polisi membuat orang tua kamu menjodohkan kita, dan Ajeng yang jadi korbannya," ucapnya menyalahkan Sabillah.
Ya, semua memang berawal dari permintaan orang tua Sabillah, Nyonya untuk menjodohkan Sabillah dan Adrian. Selain untuk memperkuat perusahaan, dan juga agar harta mereka tak kemana-mana karena baik Sabillah dan Adrian sama-sama anak tunggal. Sedang mantan kekasih Sabillah yang anggota itu, hanya memiliki pangkat rendah, dan berasal dari keluarga biasa, mungkin beda lagi ceritanya jika kekasih Sabillah berasal dari keluarga jenderal, atau berpangkat minimal bintang dua.
Dan orang tua Adrian yang tak merestui hubungan Adrian yang bernama Ajeng itu, langsung saja menyetujui ide orang tua Sabillah. Karena Ajeng juga berasal dari keluarga sederhana, dan Ajeng merupakan anak yatim piatu yang diurus oleh neneknya.
"Kenapa masih bahas masalah itu sih? Kita sudah sepakat jika pernikahan kita hanya sementara, kenapa jadi aku yang disalahkan?" cicit Sabillah tak ingin disalahkan Adrian.
Sabillah melangkah turun dari anak tangga, bersedekap dada.
Adrian semakin marah pada Sabillah yang berani menjawab ucapannya, sedangkan selama ini Ajeng yang masih menjadi kekasihnya saja tak pernah menjawab ataupun membantahnya. Dengan dada naik turun karena emosi, Adrian mendekatkan langkahnya pada Sabillah dan mencengkeram kuat dagu Sabillah.
"Dasar wanita pembawa sial, aku tidak akan mengampuni kamu jika terjadi apa-apa pada Ajeng, dan kamu harus bertanggung jawab atas apa yang dialami Ajeng sekarang."
Sabillah tak takut, dia menepis tangan Adrian yang mencengkeram kuat dagunya.
"Terserah apa yang mau kamu lakukan, aku nggak takut sama ancaman kamu," tantang Sabillah tak takut sama sekali, membalas tatapan elang Adrian padanya, "dan jangan pernah menyalahkan orang lain yang tak tahu apa-apa atas apa yang menimpa mu atau orang yang kamu sayang, apapun yang terjadi itu sudah takdir dari yang maha kuasa," imbuhnya membuat Adrian semakin geram.
Bughhh
Adrian menendang sofa diruang tamu membuat Sabillah berjengit kaget.
Wanita macam apa yang orang tuanya jodohkan padanya ini? Kasar, pembantah, dan tak ada sifat lemah lembutnya sama sekali padanya. Tak ingin lepas kontrol dan menimbulkan masalah lain, Adrian memilih masuk ke kamarnya yang ada dilantai bawah.
Sabillah menarik nafas dalam, dia berjongkok, membersihkan pecahan guci akibat ulah suaminya. Mereka tak memiliki art, karena tak ingin apapun yang terjadi pada keduanya, diketahui orang tua mereka.
Pukul empat pagi, ponsel Adrian berdering, laki-laki yang tidur dengan masih menggunakan celana bahan, dan kemeja putih yang ia kenakan saat ijab kabul itu mengerjapkan matanya, tangannya meraba-raba mencari ponselnya yang ia letakkan asal diatas kasur. Setelah mendapatkan apa yang ia cari, matanya menyipit untuk melihat nama si penelepon.
Refleks dia segera mengangkat tubuhnya saat melihat nama yang menghubunginya di pagi buta ini.
"Ya halo," ujarnya.
" .... "
"Apa? Oke, aku segera kesana." Adrian segera mematikan panggilan itu, lalu bergegas bangun, dan menuju kamar mandi, agar matanya segar saat mengendarai mobil nanti. Setelah mandi, Adrian naik keatas lantai untuk mengenakan pakaiannya.
Meski mereka tidur terpisah, namun pakaian mereka tetap diletakkan dilantai dua, agar jika tiba-tiba mama Adrian ataupun mama Sabillah datang tak curiga jika keduanya pisah ranjang.
Ceklek, suara pintu dibuka, Sabillah membuka mata mendengar itu, tapi dia kemudian menutup matanya lagi pura-pura tidur. Adrian masuk dan langsung menuju lemari untuk mengambil pakaiannya. Saat membuka lemari, rahang Adrian mengeras karena pakaiannya tak ada didalam sana, Sabillah tidak merapikan pakaian miliknya dan masih anteng dan tertata rapih didalam koper.
Adrian hanya dapat menghela nafas, tak ingin menoleh pada Sabillah yang masih meringkuk dibalik selimutnya. Membangunkan Sabillah pun enggan, dia bahkan tak sudi menyebut nama wanita yang sudah sah menjadi istrinya tersebut dan sudah menghancurkan masa depan dia dan Ajeng.
Setelah menemukan pakaiannya, Adrian segera turun dan mengenakan pakaiannya. Tak berselang lama, terdengar suara dengungan mobil yang menyala, sepertinya Adrian sedang memanaskan mobilnya terlebih dahulu sebelum pergi, dan kemudian mobil suara mobil itu perlahan menjauh.
Sabillah melihat dari atas kamarnya, dia tak tahu kemana Adrian pergi, tapi yang pasti sekarang dia harus segera turun kebawah, merapikan kamar yang digunakan tidur suaminya, dan memunguti pakaian suaminya yang diletakkan sembarang, lalu memasukkanya ke mesin cuci.
Sembari menunggu mesin itu berputar, Sabillah kembali lagi ke kamarnya mendengar seruan dari sang pencipta, untuk menunaikan kewajibannya.
Hari berganti terang, matahari perlahan memancarkan cahayanya, Sabillah selesai membereskan rumahnya, dan sudah selesai memasak, beruntung sebenarnya dia mendapatkan mertua sebaik nyonya Ninawati yang sudah memberinya rumah yang siap pakai, dan dia tinggal membawa badan saja, ya hanya kelakuan anaknya saja yang tak sama dengan kedua orangtuanya.
Meski menjadi anak orang berada, Sabillah bukanlah wanita manja yang tidak bisa mengerjakan pekerjaan rumah, dia pintar memasak, bahkan Sabillah juga bekerja dikantor, tapi bukan milik keluarganya. Sabillah mengambil cuti beberapa hari.
Meja makan kini sudah tersaji makanan yang entah siapa yang akan memakanya.
* * *
Jam sembilan pagi nyonya Ninawati datang, wanita bergaya hedon dengan pakaian hijab khas wanita pejabat itu sengaja datang ingin tahu yang terjadi pada rumah tangga anaknya yang belum genap 24 jam.
"Bill, Adrian kerja?" tanyanya menyelidik, dia mencium bau ketidak beresan dalam rumah tangga anaknya.
"Iya, Ma. Ada yang lupa belum Adrian kerjakan," kilah Sabillah, Sabillah gadis pintar, dia pasti bisa mengelak, tapi dia tak tahu jika mertuanya lebih pintar dan teliti.
"Rencanakan bulan madu kalian, Bill" ucap nyonya Ninawati tiba-tiba, membuat Sabillah membulatkan matanya, "sebelum kalian memutuskan mau bulan madu kemana, Mama akan menginap disini."
Sabillah mendesah, jika seperti ini, artinya dia harus tidur sekamar dengan Adrian.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 135 Episodes
Comments
Arsyila Syafika Almeera
c
2024-06-09
0
Soraya
Assalamu'alaikum numpang duduk dl ya kak👍
2023-11-20
0
Neng sya
Hai Hai Hai... Aq datang 🤗
Maaf ya bebz baru nongol dikamar sabillah & Adrian... Baru baca udah bikin esmosi ya 🤭😘
2023-05-13
0