Setelah melewati masa pacaran yang lama dan melewati masa suka maupun duka dalam waktu yang tidak sebentar, Tiffany dan Sean pada akhirnya memutuskan untuk melanjutkan hubungan ke jenjang yang lebih serius, memutuskan menikah dan melepas masa lajang mereka.
Tapi belum akad nikah terlaksana Tiffany dikejutkan atas ucapan saudara angkat yang sudah dianggap oleh Tiffany seperti saudara sendiri.
"Aku hamil"
Senyum bahagia yang masih mengembang dibalik wajah Tiffany seketika berubah.
"Maksud kamu, Jes?"
"Aku hamil anak Sean"
Bagaikan petir di siang bolong, Tiffany seketika terkejut bersamaan datang nya Kay dalam kepanikan nya.
"Sean, aku pikir aku mendengar sesuatu yang salah"
Dia mencoba untuk bertanya, menahan gemuruh di dada nya.
Kemudian dunia terasa hancur, pernikahan seharusnya menjadi pernikahan nya menjadi pernikahan Jessica dan Sean.
Tiffany hancur, sehancur-hancur nya.
pada akhirnya karena malu keluarga Tiffany berencana menggantikan pernikahan putri mereka.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nila KingShop Wati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Terlalu sakit
Tiffany terlihat mencoba untuk menahan dirinya, dia bergetar,bola matanya terasa memanas saat ini, entahlah rasanya dia mencoba untuk menyadarkan dirinya dari mimpi buruk nya hari ini, tapi nyata nya saat dia mencoba untuk mencubit paha nya, rasa nya begitu sakit.
Tapi sakit nya tidak sesakit dihatinya saat ini, saking sakitnya tidak ada yang tahu bagaimana rasanya, sesak, seakan-akan ada yang menghimpit jantung nya, dia ingin bernafas tapi rasanya tidak bisa, nafasnya tiba-tiba terasa berhenti secara mendadak, dia seolah-olah di kurung di dalam sebuah ruangan sempit yang semakin menghimpit tubuh nya dan membuat dia seakan-akan siap mati saat ini juga.
Pada akhirnya Tiffany secara perlahan mencoba menoleh kearah Sean, dimana laki-laki tersebut kini berdiri memucat menatap Tiffany dan Jessica.
"Sean.... Jessica?"
Dia ingin bicara, tapi suaranya seolah-olah terhalang sesuatu, tenggorokan nya sakit dan tercekat. Tiffany berusaha menatap Sean kemudian menatap Tiffany, dia menaikkan jemari tangan nya dan telapak tangan nya, mencoba untuk bicara dimana dia pikir nafasnya masih tercekat dan dia tidak bisa benar-benar mampu mengeluarkan suaranya.
"Sean....., aku pikir.....aku......mendengar sesuatu yang salah"
Tiffany mencoba bertanya dengan nada bergetar, menahan gemuruh di dada nya, dia menatap Sean dan berharap jawaban dari laki-laki tersebut tidak seperti apa yang di katakan oleh Jessica.
Dia berharap Sean mengklarifikasi ucapan Jessica kepada dirinya, tapi dia menunggu namun nyatanya laki-laki tersebut hanya mematung, seolah-olah hendak bicara tapi terpaksa menahan kata-kata nya.
"Tiffany...aku"
Sean mencoba melangkah mendekati Tiffany.
"Jangan berpikir soal apapun, Jessica bukankah aku...."
"Kau melarang ku mengatakan nya? aku sudah memberikan kamu kesempatan selama ini"
Jessica langsung memotong ucapan Sean.
"Jes...."
Sean sedikit membentak.
"Berhenti..."
Tiffany berteriak marah, menatap kedua orang tersebut histeris.
"aku hanya ingin tahu apa itu benar?"
Dia berteriak kearah Sean, membuat laki-laki itu seketika membeku, dia memejamkan bola matanya sejenak kemudian berkata.
"maafkan aku tiff, aku akan menjelaskan..."
"Penjelasan ku cukup, aku hamil anak Sean"
Jessica bicara cepat, memotong ucapan Sean.
"Apakah ini prank? maksud ku siapa yang ulang tahun?"
Tiffany memotong ucapan Jessica,dia masih berharap ini bohong masih berharap semua hanya sebuah tipuan untuk mengerjainya, tapi kedua orang tersebut terlihat menundukkan kepala mereka dan membisu, Tiffany jelas memucat, menancapkan kuku-kuku nya ke paha nya untuk beberapa waktu dimana tubuh nya masih terbalut gaun pengantin.
Tanpa diduga Tiffany menampar pipi kanan nya berkali-kali, air matanya tumpah, dia berharap bangun saat ini juga.
"Tiffany..."
Sean Panik, gadis tersebut terus menampar wajahnya dengan histeris berkali-kali tanpa henti.
"Ini mimpi bukan ? ini pasti mimpi? tidak....kalian berbohong.....Akhhhhhhhhhh"
Gadis tersebut menjerit histeris, hati nya terasa tercabik-cabik, dia merasa di khianati secara terang-terangan, dia marah, dia kecewa, dia patah hati, dia bahkan tidak tahu bagaimana melampiaskan kemarahannya.
Tangis nya pecah, menimbulkan kehebohan disana, Sean panik, berusaha meraih tubuh nya dan Jessica tidak menyangka respon yang diberikan Tiffany akan seburuk itu, gadis tersebut benar-benar histeris di luar pemikiran nya.
Sekuat apapun Sean mencoba untuk meraih tubuh gadis tersebut, tapi Tiffany terus berteriak histeris seperti orang gila.
Jessica mematung, menatap kearah Tiffany dengan tatapan nanar.