NovelToon NovelToon
Accidentally Wedding

Accidentally Wedding

Status: sedang berlangsung
Genre:Identitas Tersembunyi / Cinta Seiring Waktu / Romansa
Popularitas:2.8k
Nilai: 5
Nama Author: Kunay

Berawal disalahpahami hendak mengakhiri hidup, kehidupan Greenindia Simon berubah layaknya Rollercoaster. Malam harinya ia masih menikmati embusan angin di sebuah tebing, menikmati hamparan bintang, siangnya dia tiba-tiba menjadi istri seorang pria asing yang baru dikenalnya.

"Daripada mengakhiri hidupmu, lebih baik kau menjadi istriku."

"Kau gila? Aku hanya sedang liburan, bukan sedang mencari suami."

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kunay, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Insiden dan Lamaran Tepi Jurang

Berdiri di ujung tebing yang curam, dipeluk sepoi angin yang dingin. Hal itu tak menyurutkan Greenindia Simon untuk tetap menikmati hamparan bintang di atas langit.

Bagi Green, itu semua adalah ketenangan dari hiruk-pikuk dunia yang melelahkan. Sepi, indah, dan juga menenangkan jiwanya.

Namun, ketenangannya harus terusik saat sebuah tangan besar memeluknya dari belakang dan menariknya menjauh dari tebing.

Sebelum dapat mencerna apa yang terjadi, suara berat dan marah terdengar dari belakangnya.

“DASAR BODOH! APAKAH KAU PIKIR DENGAN MENGAKHIRI HIDUPMU, KAU AKAN DAPAT MENYELESAIKAN SEMUA MASALAH, HAH!”

Green tercengang mendengar teriakan itu.

Apa? Apa maksudnya? Bunuh diri? Siapa yang ingin melakukannya?

Green memberontak berusaha melepaskan dari cengkeraman pria asing di belakangnya, tapi kekuatan pria itu benar-benar sulit dilawan. Dia terus diseret menjauhi tebing.

“Hei, lepaskan aku. Siapa kau?”

“Tidak peduli siapa aku. Kalau kau ingin mati, pastikan bukan di depan mataku.”

Terus diseret hingga sampai ke sebuah area perkemahan yang lebih luas, Green baru bisa melepaskan diri. Dia berbalik menghadap pria asing yang menyeretnya tanpa alasan yang jelas.

Plak!

Green langsung melayangkan tamparan keras pada pria itu dan memakinya tanpa ampun.

“Dasar mesum kurang ajar! Beraninya kau!”

Masih tidak mengerti apa yang terjadi, Green hanya menyadari dirinya tiba-tiba dipeluk oleh pria asing dan membawanya menjauh dari tebing.

Di antara kemarahannya, Green sama sekali tidak dapat mencerna dengan jelas apa yang dikatakan pria asing kurang ajar itu. Dia hanya mampu berpikir kalau dirinya hendak dilecehkan.

Green memukuli pria itu secara membabi buta, tak peduli apa pun dia hanya harus menyelamatkan dirinya sendiri.

“Hei, hentikan!” pria asing yang belum diketahui namanya itu kembali memeluk Green karena gadis yang dia pikir hendak bunuh diri terus memukulinya tanpa ampun.

“Lepaskan!” Green berteriak dan berusaha melepaskan diri. “Biarkan aku menghajarmu sampai mati. Laki-laki mesum sepertimu tidak pantas hidup.”

“Siapa yang bilang mesum?”

“Tentu saja kau! Lepaskan.”

“Tidak akan, sebelum kau berhenti memukul.”

Meronta dengan kuat hingga hampir kehabisan tenaga, Green terengah dan merasakan tangannya yang mulai terasa panas dan sakit. Bagaimanapun, tenaganya tak bisa dibandingkan dengan pria yang tengah memeluknya sekuat tenaga.

Melihat Green yang mulai tenang, pria itu kembali berkata.

“Aku akan melepaskanmu asalkan kau berhenti memukulku. Dasar wanita gila!”

“Kau yang gila!”

“Mau berhenti atau tidak?”

Merasa tidak akan menang melawannya, Green akhirnya menyerah dan mengangguk.

“Bagus.”

Setelah dapat melepaskan diri, Green segera bergerak menjauh dan menghadap pria itu.

“Kau siapa? Apa yang ingin kau lakukan padaku?” tanya Green dengan tatapan tajam.

Saat mengatakan itu, tangannya bergerak ke kantong celananya. Dia menyimpan sebuah pisau lipat di sana untuk berjaga-jaga.

“Kau masih betanya siapa aku? Aku orang yang menyelamatkanmu dari tindakan bodohmu itu.”

“Tindakan bodoh apa yang kau maksud?” mencengkeram pisau lipat di tangan kanannya, Green masih terlihat waspada tapi ia sedikit bingung dengan perkataan pria kurang ajar di depannya. “Aku sedang menikmati pemandangan.”

Pria itu menggeram kesal dengan wajah yang memerah di bawah cahaya bulan.

“Orang waras mana yang menikmati pemandangan di ujung tebing di tengah malam seperti ini?  Dengan kau mengakhiri hidupmu apakah itu juga akan mengakhiri masalahmu?”

Pria itu terengah karena marah.

“Aku tidak peduli kau mati atau hidup tapi jangan mati di dekat propertiku karena itu akan menghancurkan bisnis,”

“A-apa yang kau katakan?”

Green tercengang. Bagaimana dia bisa berpikir kalau dirinya akan mengakhiri hidup? Sudah satu jam ia berdiri di sana, sangat menenangkan sampai akhirnya pria aneh ini datang dan berpikir sesuka hatinya.

“Dengar, Tuan. Aku hanya akan mengatakannya sekali. Pertama aku di sana sedang menikmati pemandangan dan aku tidak berniat bunuh diri. Kedua aku di sini untuk berkemah kau tidak lihat tasku?” Green menunjukkan tas di punggungnya dan tenda di bagian atasnya, menunjukkan kalau apa yang dikatakannya tidak bohong.

Akan tetapi, meski sudah dijelaskan sedemikian rupa, pria itu masih tidak percaya karena dia melihat sendiri gadis di depannya terus melangkah perlahan ke depan terlihat hendak melompat.

“Nona, aku punya uang. Aku bisa mengatasi masalahmu. Berapa yang kau butuhkan? Sepuluh juta? Seratus juta? Sebutkan saja angkanya. Aku akan meminjamkanmu uang itu. Tapi berhenti berpikir untuk mengakhiri hidup.”

Green tertawa hampa. Kenapa pria ini sangat keras kepala? Apakah dia sering ditipu sampai tidak mempercayai perkataannya?

“Kau pikir semua masalah bisa diselesaikan dengan uang?”

Green melangkah pergi. Tidak ada gunanya meladeni pria aneh dan gila di hadapannya.

“Lebih baik kau menyingkir. Apa pun yang kulakukan itu bukan urusanmu.”

Melihat Green yang hendak pergi pria itu kembali menghampirinya dan menahannya.

“Nona, aku tidak bercanda.”

Pria itu segera mengeluarkan dompet di celananya dan mengambil salah satu kartu di sana. “Di dalamnya berisi uang lima puluh juta. Kau bisa menggunakannya terlebih dahulu.”

“Astaga!”

Green kehilangan kata-katanya saat ini. Betapa keras kepalanya dia. Padahal sudah dijelaskan kalau dirinya tidak berniat bunuh diri.

Sekarang manusia ajaib ini malah menyerahkan sebuah kartu ke hadapannya.

Menghela napas berat dan lelah. Green menerima kartu yang disodorkan padanya dengan menjepitnya di antara jari telunjuk dan jari tengah.

“Kau memberikannya padaku?”

“Ya.”

“Bagaimana kalau aku tidak bisa mengembalikannya padamu?”

Melihat wanita itu tertarik dengan uang yang diberikan, pria itu tersenyum. “Tidak masalah. Anggap saja aku menyelamatkan propertiku sendiri.”

Properti?

Tidak peduli dengan maksud pria itu, Green hanya memasukkan kartunya ke dalam kantong celana dengan acu tak acuh.

“Baiklah, sekarang, minggir.”

Pria itu menyingkir dari jalan, membiarkan Green pergi. Ia menghela napas lega. Dia merasa sangat sial karena harus berhadapan dengan wanita yang hendak mengakhiri hidup dan sekarang dirinya harus mengeluarkan uang sebesar lima puluh juta.

Namun, kelegaannya hanya bertahan sebentar saat melihat Green yang kembali mendaki alih-alih turun.

“Hei, kau sudah berjanji untuk turun.”

Pria itu berlari dan hendak meraih tangan Green, tapi gerakan wanita itu lebih cepat. Ia berbalik dengan pisau lipat yang masih dipegangnya erat untuk menjaga dirinya sendiri.

Dengan gerakan tiba-tiba, membuat Green amat terkejut dan tidak sengaja menusuk paha pria itu.

“Ahhhh!”

“Ya ampun.”

Green segera melepaskan tangannya dari gagang pisau lipat miliknya. Pria itu jatuh terduduk.

Panik, Green segera berjongkok. “Apa, apa yang harus kulakukan?” Green hendak menyentuh kembali pisaunya untuk dicabut tapi pria itu segera menghentikannya.

“Jangan lakukan!” suaranya serak dan tertahan karena rasa sakit yang menusuk.

Darah mulai merembes, membasahi celana jeans yang ia kenakan. Bagaimana mungkin hidupnya bisa sangat sial seperti ini. Setelah kehilangan lima puluh juta, sekarang ia malah mendapat tusukan di kakinya.

“Kau... kau harus tanggung jawab.”

“Tentu, aku akan tanggung jawab. Apa yang harus aku lakukan?”

Green terlihat pucat, dia sangat takut kalau terjadi sesuatu pada pria itu. Dia benar-benar tidak sengaja. Dirinya hanya terkejut.

“Menikahlah denganku.”

“Hah?”

.

.

.

.

.

Hai, i'm back.

Selamat datang di karya terbaruku. Bagi pembaca buku, yang masih menunggu karya Playboy in Marriage update. Maaf, ya, kalau terlalu lama. Aku akan menyelesaikannya perlahan setelah aku kembali membacanya hehe. biar engga ada yang miss.

Selama menunggu cerita itu update, tolong nikmati karya baruku dan mohon dukungannya.

 

 

 

1
BCuan
maksa kali, Rex🤣🤣🤣
Fera Susanti
kasian juga green..
Fera Susanti
iya peluk aja yg erat biar ga kabur..😁
Fera Susanti
sampe part ini blm terbongkar kan alasan green sampe menjauh dr keluarga nya??..
Fera Susanti
ayo cepat terbongkar nona muda Anderson
hasatsk
greenidia belum menerima pernikahannya dengan Rex, sementara Rex menganggap pernikahannya tidak bisa di sebut konyol karena sudah tercatat secara agama dan catatan sipil ..
Fera Susanti
masih meraba raba..
hasatsk
Haha...Rex kena juga dikerjain greenidia....
Fera Susanti
apa???..🤭
Fera Susanti
teka teki silang
hasatsk
jadi greenidia keluar dari rumahnya karena disalahkan oleh ibunya atas kematian ayahnya......
hasatsk
mungkinkah itu Rex?
Fera Susanti
iiih siapa dia??
hasatsk
mau mengerjain eh malah dikerjain🤣🤣🤣
Fera Susanti
😁
hasatsk
haha..kamu kena jebakan Rex lagi, greenidia.....
hasatsk
kau benar, pada akhirnya akulah yang tertipu...haha
malam pertama Rex jadi merawat greenidia....
Fera Susanti
up
hasatsk
mulai terkuak .....
Fera Susanti
masih meraba raba..
semangat trs Thor
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!