•Sinopsis
Bagaimana jika dua insan yang tak saling kenal di satukan dalam sebuah ikatan pernikahan?
Keduanya hanya beberapa kali bertemu di acara-acara tertentu. Dan pada akhirnya mereka harus terbiasa bersama tanpa adanya sebuah rasa.
Tak terbersit di benak mereka, bahwa keduanya akan terikat oleh sebuah janji suci yang di ucapkan sang pria di depan para saksi.
Akankah keduanya bertahan hingga akhir? Atau malah berhenti di tengah jalan karena rasa cinta yang tak kunjung hadir?
Penasaran sama endingnya? Yuk ikutin ceritanya!..
Happy reading :)
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yp_22, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 35
Setelah menimbang keputusannya, Viona akhirnya naik ke atas ranjang dan membuka baju kaos yang di kenakan Michael.
Michael yang memang belum tertidur dengan sempurna hanya diam membiarkan Viona melakukan apa yang ia mau.
'Sumpeh, tangan gue gemeter cok. Gak dosa kan ya kayak gini' gumam Viona dalam hati.
Setelah melepaskan pakaian Michael dan hanya menyisakan bokser tipis yang menutupi aset pribadinya, Viona bangkit dan mulai melucuti pakaiannya sendiri hingga menyisakan bra dan cd.
Jantungnya berdetak dengan keras saat ia mulia masuk ke dalam selimut yang sama dengan Michael.
Perlahan tangannya terulur memeluk tubuh tanpa pakaian Michael yang terasa panas.
Viona sengaja mengambil posisi lebih tinggi dari tubuh Michael agar memudahkan nya memeluk tubuh jangkung itu.
Merasakan sesuatu yang hangat ada di depannya, Michael merapatkan tubuhnya dan mendudukkan wajahnya ke belahan dada Viona yang terekspos.
Viona menahan nafas nya saat mendapati pergerakan Michael yang membuatnya merinding sekujur tubuh.
Ia mencoba abai dan tetap memeluk Michael dengan erat berharap bisa meredakan panas yang terasa membakar.
Bahkan ia juga sesekali mengusap-usap kepala belakang Michael agar Michael tertidur pulas.
Satu jam lebih Viona memeluk tubuh Michael tanpa menggunakan pakaian. Dan ternyata memang cara pengobatan ini ampuh.
Saat dirasanya nafas Michael mulai stabil, dan panasnya juga berangsur-angsur mereda. Viona bernafas lega dan mencari posisi yang menurutnya nyaman. Ia ikut terpejam dan tertidur.
Namun tak lama setelah ia tertidur, Michael yang merasakan tubuhnya tidak sepanas tadi akhirnya membuka matanya.
Michael tertegun saat mendapati tubuhnya yang tanpa pakaian kini berada dalam pelukan Viona yang juga tanpa menggunakan pakaian.
Tangannya menyingkap sedikit selimut yang menutupi tubuh Viona yang masih setia memeluk tubuhnya. Seketika itu ia menahan nafas sata mendapati tubuh mulus Viona yang hanya mengenakan dalaman.
Michael melirik jam sekelas, pukul lima sore hari.
Perlahan Michael mencoba melepaskan pelukan Viona dari tubuhnya dan menaikan tubuhnya agar sejajar dengan Viona.
Tangannya kembali memeluk tubuh hampir polos Viona dengan sesekali menghirup aroma tubuh Viona yang ia suka.
Lumayan lah ya, jarang-jarang kan ia memeluk tubuh Viona yang hanya mengenakan pakaian dalam saja?. Rezeki gak boleh di tolak hhii.
Di pandanginya wajah Viona yang tampak cantik dengan bibir yang sedikit terbuka.
Perlahan ia memajukan wajahnya dan mengecup bibir Viona yang selalu terasa manis.
Satu kecupan, dua kecupan, hingga di susul dengan kecupan-kecupan lian yang menyusunnya.
Michael tak berhenti mengecupi bibir terbuka Viona mencoba membangunkan gadis itu.
Merasakan gangguan tersebut, Viona akhirnya membuka matanya perlahan dan menatap Michael yang tersenyum menatapnya.
Michael menghentikan aksinya dan menatap Viona dengan tatapan dalam.
Viona memajukan wajahnya dengan tangan yang terangkat mengecek suhu tubuh Michael yang sudah kembali normal.
"Demamnya udah turun" gumam Viona dengan suara serak khas bangun tidur.
Tak kuasa melihat ekspresi Viona yang terlihat sexi di matanya, Michael memajukan wajahnya dan memagut bibir manis Viona.
Jika tadi ia hanya memberikan kecupan bertubi-tubi pada bibir manis Viona, maka kini ia melum4tnya dengan rakus.
Viona yang memang udah sering menerima c!uman dari Michael dengan senang hati membalas lum4tan-lum4tan yang di berikan oleh Michael.
C!umannya semakin intens, dan kini Viona menyadari bahwa c!uman kali ini terasa berbeda.
Tak seperti biasanya yang terasa lembut dan santai, kali ini Michael menciumnya dengan dalam dan menggebu-gebu seolah mengandung arti bahwa kali ini Michael menginginkan hal yang lebih dari sekedar c!uman.
Viona memukul pelan dada bidang Mich saat merasakan nafasnya habis.
Menyadari gadisnya kehabisan nafas, Michael melepaskan pagutan bibirnya tanpa menjauhkan wajahnya. Ia malah menempelkan dahinya dan menatap Viona dengan tatapan yang penuh akan gairah yang membara.
Viona mendongak dan balik menatap Michael yang kini nampak jelas tatapannya tertutupi oleh kabut gairah.
Jantungnya berdebar tak karuan, apalagi saat merasakan tangan Michael yang mengelus lengannya dan naik melewati garis lehernya menuju pipi dan berhenti di dagunya.
Viona memejamkan matanya merasakan sensasi aneh yang baru pertama kali ia rasakan.
Demi apapun, Viona kehilangan kata-kata nya untuk bicara. Suaranya seakan hilang begitu saja saat matanya menangkap sorot mata Michael yang mulai berkabut.
"Mas.." gumamnya berbisik. Ia ingin menolaknya, tapi ai sadar ini adalah hak suaminya.
Michael tak menjawab, tatapannya semakin intens menatap Viona, ia mengusap dagu Viona dan mengelus pipi nya dengan ibu jari.
Sentuhannya lembut namun membuat Viona menegang di tempat.
Michael mendekatkan wajahnya kembali ke arah Viona. Namun ia menghentikan pergerakan nya saat bibirnya hampir bersentuhan dengan bibir Viona.
Michael menjauhkan tubuhnya dan mengubah posisinya menjadi mengungkung Viona du bawah tubuh tegapnya.
Aura di dalam kamar ini seketika menggelap saat Michael mulai di liputi oleh n4fsu g4irah kelelakiannya.
"Mas..." Vioan mendesis lirih saat merasakan bibir hangat Michael yang menyapu lehernya.
"Kamu terlalu mengoda untuk di abaikan sayang" bisik Michael tanpa mengubah posisi wajahnya.
Hembusan nafasnya yang hangat membuat tubuh Viona bergetar.
Viona tersentak saat merasakan rem4san kecil pada buah d4d4nya.
Perlahan Michael menurunkan wajahnya hingga tepat berada di depan dua melon yang menggodanya. Satu tangannya terulur ke belakang mencoba melepaskan pengait bra milik Viona.
Setelah pengait terbuka, Michael segera menarik dan membuang bra yang menutupi dua buah melon yang terlihat besar.
Viona merasa jantungnya akan berhenti berdetak saat merasakan bibir tebal Michael mulai mengulum put!ng miliknya.
Sensasi hangat dan geli membuat Viona merasakan campuran antara gugup dan terlena. Sementara Michael tampak fokus dengan kegiatannya. Pergerakannya lembut dan halus tanpa membuat Viona merasakan sakit.
Sebelah tangannya tampak sibuk di melon yang bebas dari serangan bibirnya, mem!l!n dan m3r3mas dengan menggunakan jemari besarnya.
Viona memejamkan matanya, kepalanya mendongak ke atas merasakan perasaan yang membuncah. Tanpa sadar tangannya meremas rambut Michael yang berada di atas dadanya.
Michael menghentikan aksinya dan menatap Viona dengan tatapan sayu.
"Sayang... Boleh ya.." pintanya.
Viona menggigit bibirnya merasa gugup, namun tak urung ia menganggukkan kepalanya memberi jalan pada Michael untuk meneruskan aktifitas nya.
Michael tersenyum dan kembali memagut bibir Viona yang mulai bengkak karena ulahnya.
Selanjutnya hanya suara erangan dan desahan yang terdengar dari kamar yang temaram itu.
Saling berbagi keringat dan kehangatan satu sama lain hingga membuat mereka lupa bahwa di luar sana matahari belum terbenam dengan sempurna.
***
Di dalam kamar yang tampak berantakan bak kapal pecah, sepasang manusia masih setia saling berpelukan tanpa menggunakan pakaian.
Jarum jam sudah menunjukkan pukul sembilan pagi, namun mereka yang kelelahan tampak masih tertidur tanpa terganggu oleh sinar matahari yang menembus jendela.
Dreet... Dreet... Dreet...
Suara ponsel yang bergetar di atas nakas samping Michael membuat pria tersebut terganggu dalam tidur nyenyak nya.
Michael membuka matanya dan meraih ponsel miliknya yang bergetar tanpa melepaskan pelukan nya.
"Hmm.." gumam Michael sambil menempelkan ponselnya pada telinga.
"Tuan, apakah hari ini Tuan akan pergi ke kantor? Jam sepuluh nanti akan ada rapat penting" ucap Leon.
Sebenarnya Leon tidak ingin menelpon Tuannya dan menanyakan hal ini, tapi rapat kali ini benar-benar penting dan membutuhkan Michael untuk memimpin rapat.
Michael melirik ke arah Viona yang berada dalam dekapannya. "Tidak bisa, istri saya sedang tidak enak badan. Dan saya tidak bisa meninggalkannya begitu saja, apalagi saya yang membuat istri saya sakit".
Leon di sebrang sana mengernyitkan dahi nya bingung mendengar ucapan Michael yang terdengar ambigu.
"Tapi Tuan, rapat kali ini sangat penting".
"Tidak ada yang lebih penting dari istri saya Leon, kamu urus saja rapatnya. Atau kalau perlu kamu ganti jadwalnya menjadi besok"
Tut.
Tanpa berniat protes-an Leon pada dirinya, Michael langsung mematikan sambungan telepon dan kembali memandangi wajah cantik yang nampak damai dalam tidurnya.
Michael memajukan wajahnya dan mengecup kening Viona.
Ia bangkit dan turun dari ranjang tanpa menggunakan pakaian. Di selimuti nya Viona hingga sebatas leher dan berlalu menuju kamar mandi.
Merasakan pergerakan ranjang di sebelah nya, Viona mengerjap kan matanya. Di lihatnya pintu kamar mandi yang baru saja tertutup.
Viona mencoba bangkit, namun baru saja ia mengangkat tubuhnya sedikit, rasa pegal langsung menusuk tubuhnya.
Seluruh tubuhnya kini terasa sakit bagaikan telah terlindas truk bermuatan, apalagi bagian inti tubuhnya yang terasa sakit dan sedikit mengganjal. Viona meringis dan menggigit bibir bawahnya menahan sakit.
Ia bersandar pada kepala ranjang dan memeluk selimut yang menutupi tubuh nya.
Wajahnya memerah saat ingatannya kembali pada kejadian tadi malam, dimana Michael tampak beringas mengerjainya.
Lama termenung dengan pikiran yang berkelana, Viona tersentak saat mendengar suara pintu kamar mandi terbuka perlahan.
Refleks tangannya menarik selimut hingga menutupi kepalanya. Demi apapun, ia malu setengah mati pada suaminya itu.
Michael yang melihat dengan jelas Viona yang bersembunyi saat melihatnya hanya tersenyum sambil berjalan menuju ranjang. Ia duduk di sisi ranjang dekat Viona.
Tangannya terulur menarik selimut mencoba membukanya, "kenapa sembunyi sih?".
"Malu" jawab Viona lirih tanpa melepaskan genggaman tangannya pada selimut yang menutupi wajahnya.
"Gak usah malu sayang.. aku udah liat semuanya kok, udah ngerasain juga gimana nikmatnya tubuh kamu" hoda Michael.
Viona menurunkan selimutnya hingga menampilkan setengah wajahnya saja, "ihhh.. jangan di bahas" rengeknya.
Michael terkekeh geli melihat tingkah Viona yang terlihat menggemaskan, "Iya iya maaf".
Tangannya bergerak meraih tubuh Viona dan menariknya untuk ia dekap.
Viona bersandar nyaman pada dada bidang Michael yang terasa keras.
"Masih sakit gak?" Tanya Michael.
"Banget" jawab Viona jujur.
Michael tersenyum mendengar jawaban Viona yang jujur.
"Berendam yuk, biar badannya rileks. Aku udah nyiapin air hangatnya tadi".
Viona hanya mengangguk dan menegakkan tubuhnya natap Michael.
Ia baru sadar saat melihat dada bidang Michael yang tidak terhalangi oleh baju, ia hanya mengenakan handuk putih sebatas pinggang.
"Kenapa belum pake baju?"
"Sengaja biar kamu tergoda dan minta lagi. Kan lumayan, dapet asupan pagi" jawab Michael dengan tangan yang bersiap mengangkat tubuh terbungkus milik Viona.
Viona mendelik saat mendengar jawaban Michael yang kelewat santai. "Siapa juga yang bakal tergoda" gumamnya dengan tangan yang melingkar pada leher Michael saat pria itu mengangkat tubuhnya menuju kamar mandi.