NovelToon NovelToon
AKHIRNYA MENYESAL

AKHIRNYA MENYESAL

Status: sedang berlangsung
Genre:Saling selingkuh / Pihak Ketiga / Pelakor / Balas Dendam
Popularitas:17.7k
Nilai: 5
Nama Author: Hasri Ani

Saat kehamilan itu benar-benar terjadi pada Livia, dia bermaksud memberikan kejutan dengan datang ke kantor suaminya untuk mengabarkan kabar bahagia tersebut.

Tapi apa yang dia dapatkan, sangatlah mengguncang perasaannya.

Ternyata di ruangannya, Alex tengah bersama seorang wanita berparas lembut, dengan gadis kecil yang duduk di pangkuannya.

Bukannya merasa bersalah, setelah kejadian itu Alex malah memberi pernyataan, "kita berpisah saja!" Betapa hancur hati Livia. Dia tak menyangka, Alex yang begitu

mencintainya, dengan mudah mengatakan kata-kata perpisahan. Lalu apa jadinya jika suatu hari Alex mengetahui kalau dia sudah menelantarkan darah dagingnya sendiri dan malah memberikan kasih sayangnya pada anak yang tidak ada hubungan darah dengannya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hasri Ani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BUMERANG

"Bu, ini hasil rontgen lanjutan," ujar dokter yang merawat Syaira, sambil membuka halaman-halaman hasil scan.

"Kami sudah konfirmasi bahwa tulang di lengan kiri Syaira mengalami fraktur spiral, cukup serius tapi masih bisa ditangani dengan pemasangan gips. Tidak perlu operasi, kecuali nanti ada perubahan posisi selama masa penyembuhan."

Aurelie mengangguk. "Berarti dia akan dirawat beberapa hari ke depan?"

"Iya, setidaknya tiga sampai lima hari observasi untuk gegar otaknya, dan evaluasi pemasangan gips. Untuk saat ini, Syaira sudah diberi obat pengurang nyeri dan kami akan terus pantau tekanan intrakranialnya."

Wulan menghela napas, sedikit lebih lega. "Tapi apakah ada kemungkinan komplikasi dari gegar otaknya?"

"Kami harap tidak, Bu. Selama 24 jam pertama ini penting. Kalau dia menunjukkan tanda-tanda membaik, kemungkinan besar tak ada komplikasi lanjutan."

Aurel melirik Barly, suaminya.

"Mas, kita akan melayangkan tuntutan pada pihak sekolah, kan? Mereka sudah lalai menjaga anak kita," ujar Aurel masih menyisakan isak tangis dalam suaranya.

"Tentu saja. Kalaupun mereka melayangkan surat permintaan maaf, kita tetap ajukan tuntutan," Wulan yang menjawab, dengan penuh emosi.

"Semua ini gara-gara sumpah dari Livia, Ma.

Entahlah, dia keturunan dukun santet, kali."

"Kamu itu bukannya introspeksi diri, malah nyalahin orang," kecam Aletta.

Aurel melirik sinis.

"Lupa aku, ada buzzernya Livia di sini."

"Hhhh... sudahlah, aku balik dulu. Mau mandi dan istirahat."

Aletta berdiri, lalu melirik pada Alex yang dari tadi duduk sambil melamun.

"Kenapa diam saja? Bukannya senang, udah bisa lepas dari Livia?" sindirnya, pedas. Aletta meraih tasnya dan pamitan pada ibunya.

"Kak!" panggil Alex. Dia berdiri dan menyusul Aletta.

"Apa?" tanya Aletta, masih galak.

"Kakak tahu, Livia di mana?"

Aletta mengerutkan kening.

"Ya di apartemennya lah, di mana lagi? Lagian ngapain kamu masih nanyain dia?" sindirnya.

"Dia tak ada di apartemen. Apartemennya kosong," balas Alex yang tak menutupi kegusarannya.

Aletta mengedikkan bahu, seakan cuek. Tapi dalam hatinya, dia merasa khawatir pada mantan adik iparnya itu.

"Atau mungkin lagi ke dokter, dia kan lagi sakit juga."

"Apa? Sakit apa?" Alex terlonjak kaget.

"Aku nggak tahu. Livia tak pernah mau nyusahin orang. Apalagi sama aku, mantan kakak iparnya."

Alex termenung. Gelisah dan perasaan yang sulit diartikan. Lelaki itu menatap kosong ke arah punggung Aletta yang semakin menjauh.

Wulan yang dari tadi memperhatikan putranya, menghampirinya.

"Jangan ingat-ingat dia lagi. Saatnya kamu mengganti waktu 3 tahun yang terbuang percuma bersama dia. Move on!" Petingat Wulan.

Natalia dan Brenda tengah malam siang di sebuah kafe, sambil menikmati ice cappuccino dan dessert kesukaan mereka. Tentu saja menu utamanya adalah pembahasan tentang Livia.

Orang yang mereka bicarakan memang tengah mendampingi Sean bertemu klien, untuk negosiasi proposal bisnis.

"Memangnya mereka sedekat apa sih, Bren?" Natalia yang mulai terpengaruh oleh racun yang ditebar Brenda,masih terus mengumpulkan informasi. Sebelum nanti dia akan benar-benar melabrak Livia.

"Duh, Nat, aku aja yang bukan kamu, merasa risih melihat mereka ke mana-mana berdua. Bertemu klien berdua, makan siang berdua, bahkan si Livia sering datengin Pak Sean ke ruangannya," kata Brenda, mulai menggoreng dengan sedikit bumbu racun.

"Masa sih, bukannya dia udah married, kata kamu?"

"Baru kemarin resmi cerai. Katanya sih gara-gara dia mandul."

"Hah, yang bener?" Natalia kaget sambil menutup mulutnya.

Brenda mengangguk yakin. Sejenak dia menyeruput ice cappuccino-nya.

"Aku kenal sama adik iparnya, si Aurel. Dia tuh benci banget sama Livia. Apalagi ibunya. Dari awal Alex dan Livia nikah, Tante Wulan nggak pernah setuju."

"Kenapa?"

"Livia kan anak panti asuhan. Orang tuanya tidak jelas!"

"Ooo..." Natalia manggut-manggut.

"Kalau gitu, aku nggak perlu khawatir dong. Sean nggak akan buang aku demi wanita mandul!"

Brenda mencebik sebal, tapi tentu saja tanpa sepengetahuan Natalia.

"Tapi itu kan baru gosip. Kamu jangan terlalu santai. Livia itu licik. Kalau aku jadi kamu sih, aku akan minta pak Sean pecat dia. Karena bakalan jadi duri dalam daging."

Inilah tujuan Brenda. Dia ingin Livia meninggalkan perusahaan agar dia tak memiliki saingan.

Natalia tersenyum tipis, dia masih yakin kalau Sean tak akan tertarik pada Livia.

Tapi apa yang kemudian Natalia lihat?

Sean dan Livia, datang berdua ke kafe itu. Bahkan dengan sikap gentleman, Sean, menarikkan kursi untuk Livía. Dan dibalas senyum manis Livia sebagai ucapan terimakasih.

Semua itu dilihat Natalia tanpa berkedip. Brenda yang posisi duduknya membelakangi Sean dan Livia, merasa heran dengan perubahan wajah Natalia.

"Nat, kenapa? Kamu kaya sedang melihat hantu."

Tegur Brenda.

Natalia tak menjawab, tapi dia berdiri dan melangkahkan kakinya. Brenda yang heran, memperhatikan arah langkah Natalia. Saat melihat di salah satu meja yang tidak terlalu jauh dari meja mereka ada Livia dan Sean, bibir Brenda tersenyum puas.

"Yeayyy, sebentar lagi akan ada drama tersaji." Hati Brenda bersorak bahagia.

Sementara itu, langkah Natalia semakin dekat. Suara

Detak heels-nya seperti sebuah alarm bagi Livia saat ia mendongakkan wajahnya karena mencium bau aura yang berbahaya. Ia menghela napas lelah. Hingga Sean yang tengah membaca menu pun mengangkat kepalanya.

Dia kaget melihat Natalia sudah ada di hadapan mereka.

"Nat? Sedang apa di sini?" tanyanya spontan.

"Kamu kira sedang apa? Membuntuti calon tunanganku yang sedang makan siang dengan seorang... JANDA?" sindirnya, dengan menekan kata 'janda' sambil mendelik sinis ke arah Livia.

"Kamu apa-apaan sih, Nat? Jaga sikapmu!" Sean menatap tajam, sementara Livia berusaha untuk tetap bersikap tenang.

"Sikap yang mana? Aku salah, menegur kekasihku yang sedang bermain api dengan wanita lain? Kita sebentar lagi tunangan loh, sayang."

"Bermain api apa? Kamu tahu Livia ini pegawaiku dan kami baru saja bertemu klien."

"Sayang sekali aku gak percaya sama dia!" Telunjuk Natalia terarah ke wajah Livia, membuat wanita yang tengah hamil 3 bulan itu mulai jengah.

"Pak Sean, silakan Anda makan siang dengan calon tunangan Anda," katanya.

"Memang sudah seharusnya. Baguslah kamu sadar diri!"

"Tidak, Liv. Saya paling tidak suka diatur-atur."

"Sayang!"

"Tolong tinggalkan kami, Liv. Masih banyak masalah pekerjaan yang harus kami bicarakan."

Natalia ternganga, tak menyangka kalau Sean akan mengusirnya dan lebih memilih Livia.

Dengan amarah yang mulai menguasai hatinya, Natalia meraih gelas berisi air mineral yang ada di meja itu. Lalu tanpa pikir panjang, dia menyiramkannya pada Livia.

"Dasar perempuan tidak tahu diri! Kamu tahu laki-laki ini calon tunanganku. Tapi kamu masih berani menggodanya?!" Teriakan Natalia melengking, mengundang perhatian banyak pengunjung kafe lainnya.

Livia sendiri kaget, tak menyangka wanita ini akan

berbuat nekat dan mempermalukannya.

"NATALIA!!"

Livia langsung berdiri.

"Mbak, saya tahu tujuan kamu ingin mempermalukan saya. Tapi dengan melihat tindakan kamu seperti ini, seharusnya orang tahu bagaimana karakter kamu. Lihat, kamu sudah merusak file-file penting yang sudah kami dapatkan dengan susah payah."

Livia mengangkat file-file yang sudah basah dan rusak.

"Pak, maaf, saya permisi. Ini filenya, mudah-mudahan masih bisa diperbaiki."

Setelah itu, Livia pergi dengan diiringi tatapan kagum orang-orang yang tadi mendengar ucapannya, bukan mendapatkan nyinyiran.

"Lihat, apa yang kamu lakukan pada kelangsungan perusahaanku! Sepertinya aku harus berpikir ulang untuk melanjutkan pertunangan kita."

Sean pun ikut pergi meninggalkan Natalia yang syok karena tidak menyangka tindakannya yang ingin mempermalukan Livia malah menjadi bumerang untuk dirinya sendiri.

1
kaylla salsabella
itu si dedek lebih bagus klu di panggil axel
Ayudya
ayolah buat nathali jerah dan ga nganggu keluarga kecil mu lagi
Mundri Astuti
ga bisa dibiarin ni mah Sean ...kudu dibikin kapok
Ayudya
nat niat iri dan akan menghancurkan mu
Dila Dilabeladila
sukurin dan lo akan lebih menyesal pafa saat tau klu itu anak lo.behhhhhhhh
Hasri Ani: sabar saaaay sabaaar🤣🤣🤣
total 1 replies
Ayudya
maem tu sesal lex🤣🤣🤣🤣🤣
Hasri Ani: 🤣🤣penyesalan emang sllu belakng say.. klw di awal itu pendaftaran nmnya🤣🤣
total 1 replies
Ayudya
lah siapa lagi tu yg teriak teriak kayak tarzan
Ejan Din
punya niat jd pelakor
Ayudya
seru dan menarik
kalea rizuky
lanjut donk
kalea rizuky
dih lu yg mandul
kalea rizuky
hahahaah mampus lu lek istri lu g ada rahim
kalea rizuky
woy Sean putusin dlu lampir serakah jg lu mau dketin Livia kok masih punya pcr mana mau livia
kalea rizuky
dih siapa loe lek ngatur
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!