lili ada gadis lugu yang Bahkan tidak pernah punya pacar. tapi bagaimana Ketika tiba di hari kiamat dia mendapatkan sebuah sistem yang membuatnya gila.
bukan sistem untuk mengumpulkan bahan atau sebuah ruang angkasa tapi sistem untuk mengumpulkan para pria.
ajaibnya setiap kali ke pria yang bergabung, apa yang di makan atau menghancurkan sesuatu, barang itu akan langsung dilipatgandakan di dalam ruangan khusus.
Lily sang gadis lugu tiba-tiba menjadi sosok yang penting disebut tempat perlindungan.
tapi pertanyaannya Apakah lili sanggup.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon samsuryati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
1
Lily duduk di pojok bar dengan pipi memerah, gelas cocktail di tangannya tinggal setengah. Tawa teman-temannya menggema memenuhi udara malam yang riuh, lampu berwarna-warni menari di dinding dan musik menghentak lembut di telinga. Malam itu adalah pertama kalinya Lily menginjakkan kaki di sebuah bar. Semua ini demi merayakan pertunangan sahabatnya, Alina.
Meski ragu sejak awal, Lily tak kuasa menolak saat Alina menariknya masuk ke tengah keramaian. Gadis polos itu mencoba menyesuaikan diri, mengikuti irama musik, dan akhirnya menyeruput satu, dua gelas minuman manis yang katanya ringan. Namun efeknya datang lebih cepat dari yang dia kira. Wajahnya semakin merah, tawanya makin keras dan langkahnya mulai goyah.
"Kayaknya Lily udah cukup," kata salah satu teman mereka, menopang tubuh Lily yang mulai limbung.
"Aku... aku baik-baik saja.." ujar Lily sambil tertawa kecil, mencoba berdiri dengan anggun, namun malah terhuyung ke arah sofa.
Melihat keadaannya, teman-temannya segera memesan layanan sopir bayaran. Tak lama, seorang pria datang menjemput, mengenakan jaket gelap dan ekspresi datar. Dengan hati-hati, ia membantu Lily masuk ke dalam mobil, sementara Lily menggumamkan lagu dengan suara kecil, sesekali tersenyum tanpa alasan.
Di dalam mobil, Lily menatap ke luar jendela yang dipenuhi cahaya malam. "Pertama kalinya... dan terakhir kalinya," bisiknya, sebelum akhirnya tertidur dengan senyum lelah di wajahnya.
Pintu apartemen kecil di lantai delapan terbuka dengan bunyi klik pelan. Lily melangkah masuk, terhuyung pelan sambil melepas sepatunya dengan satu tangan berpegangan pada dinding. Raut wajahnya masih memerah, rambutnya sedikit berantakan karena angin malam dan sisa tawa barusan.
"Terima kasih..." gumamnya pelan, meski sopir yang mengantarnya sudah pergi. Ia melambai kecil ke udara, seolah masih ada yang melihatnya, lalu menutup pintu dengan pelan.
Ruangan mungilnya disambut lampu tidur yang redup. Hanya ada satu sofa kecil, rak buku yang penuh novel roman, dan ranjang sempit di sudut ruangan. Lily menjatuhkan tas ke sofa, lalu berjalan seperti penari mabuk menuju tempat tidur. Tapi sebelum sempat mendarat, ponselnya berbunyi dengan nada dering ceria.
Dengan gerakan dramatis, Lily meraih ponselnya. "Halooo..." ujarnya, masih terdengar ceria dan linglung.
Suara Alina langsung terdengar di seberang sana. "Lily! Kamu udah nyampe rumah?"
"Udah doong. Aku udah di kamarku yang manis dan... dan kasurnya manggil aku~" sahut Lily sambil terkekeh, lalu memeluk bantal.
Terdengar suara tawa keras dari Alina. "Aduh Lily, kamu tuh... Kamu sadar nggak harusnya kamu tuh nggak pulang, tahu nggak?"
"Hah? Maksudnya?" tanya Lily polos, duduk tegak meski kepalanya masih berat.
"Kamu itu harusnya bersenang-senang di hotel, tahu nggak? Maksudku... sopir itu, duh, tampan banget! Gimana bisa kamu cuma pulang dan tidur kayak anak baik?!"
Lily terdiam sebentar. "Emang kenapa? Aku... emang harus ngapain di hotel? Kan capek…"
Di ujung sana, Alina tertawa terpingkal-pingkal. "Ya ampun Lily! Kamu tuh polos banget! Maksudku, kalau aku yang diantar cowok kayak gitu, mungkin malam ini aku nggak tidur sendirian."
Lily mengerutkan kening. "Tapi... itu kan sopir bayaran. Masa kita ganggu kerjaannya buat hal begituan?"
Alina menghela napas panjang. "Astaga... Lily, kamu tuh kayak keluar dari buku cerita putri tidur. Dunia nyata tuh... beda, tahu!"
Lily menguap kecil, memeluk bantalnya lebih erat. "Kalau dunia nyata capek banget, aku pilih tidur aja deh..."
"Polos banget sih, dasar! Nanti kamu tua dalam kesendirian loh!" ejek Alina sambil tertawa.
"Aku nggak papa... asal ada kucing..." balas Lily pelan.
"Udah sana tidur, dasar gadis lugu!" suara tawa Alina menghilang saat sambungan terputus.
Lily meletakkan ponselnya di samping bantal, menatap langit-langit kamar dengan senyum kecil. "Lugu ya... emang salah ya?"
Lalu dengan satu tarikan napas panjang, ia pun terlelap, tenggelam dalam mimpi yang damai.
Dia benar benar hilang.
thor Doble up ya /Grin/