NovelToon NovelToon
War Of The Gods

War Of The Gods

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Fantasi / Misteri / Fantasi Timur
Popularitas:4.2k
Nilai: 5
Nama Author: YUKARO

Seorang pria misterius menggunakan 2 sumber kehidupan untuk membentuk klon Dao yang sempurna. tapi tidak seperti klon pada umumnya, klon yang dia buat dari dua sumber kehidupan berubah menjadi bola cahaya bewarna biru yang isinya sebuah jiwa janin. apa yang akan dia lakukan dengan itu?

jika penasaran langsung saja baca novelnya!!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon YUKARO, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Persiapan Menjelang Pertempuran Antar Sekte!!

Halaman pelatihan Sekte Langit Cerah .

Cahaya pagi menyinari aula tengah Sekte Langit Cerah. Burung spiritual berkicau lembut, dan para murid tampak menjalani latihan pagi seperti biasa.

Di sudut halaman, Chen Yu, yang kini mengenakan jubah murid inti berwarna putih dengan pola emas, sedang duduk santai di bangku batu. Wajahnya tampak cerah dan damai, dengan aura yang lebih dalam dibanding sebelumnya.

Tak lama kemudian, Xining datang menghampirinya.

Xining tersenyum hangat.

“Selamat, Chen Yu. Mulai sekarang kau resmi menjadi murid inti.”

Xining melipat tangan di belakang punggung, berdiri di hadapan Chen Yu.

“Mulai sekarang, tak perlu panggil aku kakak senior lagi. Panggil saja... Xining.”

Chen Yu terlihat sedikit canggung. Lalu menggaruk kepala sambil tertawa

“Oke, Kakak, eh... maksudku, oke Xining.”

Xining tertawa ringan, wajahnya tampak cerah dan sedikit kemerahan.

“Bagus. Kalau kau terus panggil ‘kakak’, aku akan merasa seperti nenek-nenek yang membimbing cucunya.”

Dari arah lain, terdengar suara khas penuh semangat.

Puyou berlari kecil membawa roti di tangan.

“Sahabatku!! Kau benar-benar berhasil!”

mengangkat tangan tinggi-tinggi.

“Selamat datang di lingkaran para murid keren dan ganteng!”

Chen Yu berdiri dan menepuk tangan Puyou, lalu tertawa bersama.

Puyou: “Kita harus rayakan! Bagaimana kalau nanti malam kita pesta kecil-kecilan? Aku akan bawa ayam panggang spiritual, buah roh, dan teh langka!”

Chen Yu mata nya berbinar.

“Wah, tentu saja! Aku tidak akan melewatkan ayam panggang buatanmu, sahabat!”

Xining ikut tertawa.

“Baiklah, aku juga akan ikut.”

Puyou langsung menoleh cepat.

Puyou berlagak serius.

“Tentu kau harus ikut! Kalau tidak, sahabatku ini akan mulai mengajukan pertanyaan-pertanyaan ajaib saat tengah malam!”

Puyou menirukan Chen Yu dengan suara polos.

“Puyou, kenapa ‘kolam spiritual’ yang kau bilang kemarin bisa mengeluarkan uap?”

semua tertawa.

Chen Yu menepuk punggung Puyou sambil berkata polos.

"Itu pertanyaan penting, lho. Kau belum kasih penjelasan yang lengkap.”

Xining menutup wajah sambil tertawa.

“Kalian berdua ini. bisa-bisanya pagi-pagi sudah seperti pasar malam.”

Mereka bertiga berdiri di tengah cahaya matahari pagi yang lembut. Tawa dan kehangatan menyelimuti mereka. Sebuah awal yang baru telah dimulai.

Chen Yu bergumam.

“Hidupku perlahan berubah. Tapi aku tahu. petualangan sesungguhnya baru akan dimulai.”

Malam hari.

Malam itu terasa hangat di halaman belakang paviliun khusus murid inti. Lentera-lentera menggantung dan memantulkan cahaya lembut di permukaan danau buatan. Suasana dikelilingi aroma makanan yang harum dan anggur spiritual yang menghangatkan dada.

Puyou datang dengan semangat tinggi, membawa makanan yang begitu banyak dari cincin penyimpanannya.

“Bersiaplah malam ini kita akan mabuk! Dua puluh kendi anggur spiritual kelas menengah dan daging barbeku khusus!” katanya bangga.

Chen Yu terkejut.

“Jadi cincin penyimpanan bisa menyimpan makanan juga?”

Puyou tertawa.

“Bisa, tapi bukan cincin penyimpanan biasa. Cincin makanan punya formasi khusus agar rasa dan suhu tetap terjaga!”

Xining ikut tertawa.

“Sudahlah, ayo kita rayakan keberhasilan Chen Yu!”

Ketiganya duduk bersila, makan dan minum di bawah bintang-bintang. Mereka berbagi tawa dan cerita. Chen Yu tampak lebih santai dari biasanya, kadang menyelipkan celetukan polos yang membuat Xining tersenyum geli.

Setelah beberapa kendi anggur, Puyou sudah mulai terhuyung dan akhirnya berpamitan.

“Aku menyerah, dunia sudah mulai berputar. Selamat malam!”

Setelah Puyou pergi, tinggal Chen Yu dan Xining yang masih duduk sambil menyesap anggur perlahan.

“Xining Terima kasih. Karena kau dan Puyou, aku tidak pernah merasa sendiri di sekte ini,” ucap Chen Yu dengan nada pelan.

Xining menatapnya sambil tersenyum.

"Bodoh, kau memang bukan sendiri, kita ini satu tim.”

Anggur mulai menunjukkan pengaruhnya. Mata Xining terlihat berat. Ia bangkit berdiri tapi tubuhnya limbung.

Chen Yu refleks menopangnya.

“Biar aku antar ke kamarmu.”

Dengan perlahan, Chen Yu membantu Xining berjalan melewati lorong-lorong paviliun hingga sampai di kamarnya.

Sesampainya di tempat tidur, Xining langsung rebah dengan napas teratur. Chen Yu tersenyum melihatnya.

“Xining ternyata tidak kuat minum…”

Saat ia berbalik hendak keluar, tangan Xining secara tiba-tiba menggenggam lengan bajunya.

“Jangan pergi…” gumamnya setengah sadar.

Chen Yu ragu sejenak, lalu duduk di tepi tempat tidur.

“Baiklah, aku duduk di sini sampai kau tidur nyenyak.”

Namun, karena kelelahan dan pengaruh anggur, Chen Yu pun ikut tertidur tak jauh dari Xining. masih dalam posisi duduk bersandar di sisi tempat tidur.

Pagi berikutnya.

Pagi hari datang dengan sinar matahari menyusup lewat celah jendela kamar. Xining perlahan membuka matanya dan melihat Chen Yu tertidur di samping tempat tidurnya dengan kepala bersandar di ranjang dan wajah damai.

Wajah Xining Memerah. Ia mengingat samar-samar kejadian semalam tertawa, makanan, anggur, dan perasaan hangat yang menyelimuti hatinya.

Tak lama kemudian, Chen Yu terbangun dan membuka matanya dengan senyum mengantuk.

“Ah. aku tertidur. Maaf, aku tidak sengaja tertinggal di sini.”

Xining cepat-cepat bangkit, merapikan rambutnya.

“I-Itu… tidak apa-apa. Kau tidak melakukan hal memalukan kan?”

Chen Yu mengerutkan kening, berpikir sejenak.

“Hmm… yang kupikirkan hanya ucapan terima kasih. Karena kau menemaniku semalam.”

Xining menoleh dan wajahnya makin merah, tapi di balik senyumnya terselip rasa hangat yang tulus.

“Sudahlah, cepat mandi. Jangan membuat orang lain salah paham melihatmu keluar dari kamarku pagi-pagi begini.”

Chen Yu tertawa kecil dan berjalan pergi sambil berkata polos.

“Baiklah, tapi kalau kau mengundangku lagi lain kali. aku tak akan menolak!”

Xining memegang bantalnya dan hampir melemparkannya ke arah pintu sambil tertawa,

“Dasar murid baru tak tahu malu!”

Waktu bergulir cepat di tengah keheningan. Setelah malam perayaan yang hangat bersama Puyou dan Xining, Chen Yu memutuskan untuk mengasingkan diri dalam gua latihan khusus di belakang paviliun murid inti. Ia menyelam ke dalam kultivasi tertutup selama satu bulan lima belas hari.

Di dalam dunia internalnya, Chen Yu duduk bersila, dikelilingi oleh aliran YuanQi murni yang mengalir dari berbagai batu spiritual tingkat tinggi. Namun, fokus utamanya bukan hanya menyerap kekuatan, melainkan memahami lebih dalam isi dari Buku Asal. Sebuah artefak misterius yang telah menyatu dengan jiwanya.

Chen Yu membuka kembali halaman demi halaman Buku Asal dalam lautan kesadaran. Simbol-simbol kuno melayang seperti bintang-bintang, membentuk susunan formasi misterius.

“Aku tak punya banyak waktu. Aku harus memilih teknik yang sesuai untuk menghadapi murid-murid dari sekte lain.”

Setelah hari ke-10, Chen Yu berhasil menguasai teknik pertama:

Teknik Petir Lima Warna – “Wu Lei Zhen”

Dengan mantra rumit, ia mampu memanggil pusaran petir lima warna. biru, merah, ungu, emas, dan hijau. Pusaran ini mampu menyambar dengan kekuatan penghancur, dan bahkan bisa membentuk medan listrik spiritual yang bisa memperlambat pergerakan musuh.

“Serangan ini bukan hanya kuat. tapi juga indah,” gumam Chen Yu.

Beberapa hari kemudian, di tengah ketenangan meditasi, Chen Yu menembus lapisan penghalang lain dalam Buku Asal, dan menemukan teknik kedua:

Teknik Cahaya Pembunuh Jiwa “Jing Guang Mie Hun”

Sebuah serangan tanpa bentuk dan tanpa suara. Jika digunakan dengan benar, cahaya ini menembus kesadaran musuh, memusnahkan jiwa tanpa menyentuh tubuh fisiknya.

“Serangan ini. hanya bisa dihindari oleh mereka yang memiliki jiwa yang kuat. Ini senjata rahasia,” ucap Chen Yu serius.

Pada hari ke-45, tepat saat malam turun perlahan, Chen Yu merasakan riak energi dalam dantiannya bergejolak hebat. Pusaran YuanQi miliknya menjadi sangat padat dan bersinar seperti bintang.

Tubuhnya mengeluarkan cahaya lembut berwarna perak. Aliran energi meluap ke seluruh meridian dan tulangnya, membuat tubuh fisiknya lebih kuat dari sebelumnya.

“Aku menembus ke Tahap Akhir Hunjing!” teriak Chen Yu dengan semangat.

Dia mengepalkan tinjunya, menguji kekuatan barunya. Hanya dengan ayunan ringan, angin tajam terbentuk dan menebas dinding batu gua.

“Pondasi kultivasiku sangat stabil. Jika aku terus melatih diri seperti ini. bukan mustahil aku bisa bersaing dengan para puncak murid inti atau bahkan kandidat pewaris sekte.”

Chen Yu menghela napas panjang, lalu membuka matanya perlahan. Cahaya tajam terpancar dari matanya tajam namun tenang, seperti mata harimau yang tengah bermeditasi.

“Lagi pula, aku dengar yang diperbolehkan mengikuti pertempuran antar sekte hanyalah yang berada di Alam Hunjing. Kalau begitu aku bisa melangkah lebih percaya diri.”

Lalu Chen Yu melanjutkan.

“Yang perlu kulakukan sekarang hanyalah mengatur strategi dan menjaga energi. Satu minggu lagi aku akan menunjukkan bahwa murid baru pun bisa berdiri di puncak.”

Chen Yu tersenyum tipis. Di tangannya, petir lima warna berkelebat sejenak, lalu menghilang seiring dengan napas dalamnya.

Aura ketenangan menyelimuti tempat itu, hanya ditemani suara tetesan air dan aliran Qi yang berputar pelan dari tubuhnya.

Di hadapannya, Buku Asal terbuka di udara, halamannya berputar sendiri seolah memilihkan sesuatu yang penting. Hingga tiba-tiba, halaman tertentu memancar cahaya, dan simbol-simbol kuno menari di sekeliling Chen Yu.

“Apa ini?” bisik Chen Yu.

Simbol-simbol itu membentuk pola siluet seorang pria yang sedang melompat, memutar tubuhnya, lalu melepaskan pukulan dan tendangan secara bersamaan. Setiap gerakannya menciptakan gelombang energi yang menggetarkan ruang di sekitar.

Seni Bela Diri "Tian Quan Ba Ti" (Delapan Gaya Langit)

Chen Yu membaca baris demi baris deskripsi.

“Tian Quan Ba Ti” adalah seni bela diri kuno yang menggabungkan kekuatan tubuh penuh pukulan, tendangan, rotasi, dan tekanan inti. Jika dikuasai, satu pukulan cukup untuk menghancurkan gunung, dan satu tendangan cukup untuk membelah sungai.”

Chen Yu menghela napas dalam.

“Jika seni bela diri ini... kugabungkan dengan Teknik Pukulan Pemecah Kekosongan, berapa besar kekuatannya...?”

Namun, ia segera menggeleng.

“Tidak. Aku belum cukup siap. Terakhir kali aku mencoba pukulan itu saat melawan Wen Taishan. aku bahkan gagal mengendalikan Qi-ku. Dan aku terluka karena tombak iblisnya.”

Tatapan Chen Yu menegang, teringat darah dan rasa sakit yang tertinggal di tubuhnya.

“Kali ini. Aku akan melatih teknik ini hingga benar-benar menyatu dengan tubuhku.”

Latihan Dimulai.

Chen Yu segera berdiri, menarik napas panjang, dan mulai menirukan gerakan dalam teknik tersebut. Tubuhnya bergerak dalam pola delapan arah: maju, mundur, kiri, kanan, atas, bawah, rotasi dalam dan luar.

Setiap gerakan menimbulkan angin kencang, bahkan menciptakan retakan di lantai gua.

“Satu... dua... tiga! Jangan hanya mengandalkan tenaga. Gabungkan dengan keseimbangan tubuh, dan salurkan Qi dalam pola spiral.”

Chen Yu menghentakkan kakinya dan memutar tubuh, lalu melepaskan pukulan yang membentuk hembusan Qi seperti bilah angin.

“Masih terlalu kasar. lagi!”

Hari Demi Hari.

Dalam beberapa hari, Chen Yu mengulang formasi itu ratusan kali. Peluh membasahi tubuhnya. Setiap otot terasa seperti dibakar, tapi ia tak berhenti.

Di malam hari, ia memvisualisasikan setiap gerakan dalam pikirannya. Dan di siang hari, ia memperbaiki setiap kesalahan.

Hingga akhirnya, pada hari kelima.

Chen Yu berdiri diam di tengah gua, mata tertutup. Dalam satu gerakan, ia menggabungkan rotasi tubuh, tekanan lengan, dan aliran Qi menjadi satu teknik ledakan.

BOOM!

Dinding batu di hadapannya retak hingga puluhan meter, membentuk cekungan besar.

“Ini baru awal. Jika kulatih terus, bukan hanya gunung, bahkan ruang bisa kubelah.”

“Tapi untuk saat ini. aku harus tetap menahan Teknik Pemecah Kekosongan. Waktunya belum tepat.”

Chen Yu duduk kembali dengan napas berat, tapi mata bersinar tajam.

“Pertempuran antar sekte. aku akan menunjukkan, seni bela diri bukan sekadar gerakan. Tapi kehormatan, kekuatan. dan penguasaan diri.”

1
wasiah miska nartim
🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣
April Lia
kereeen ceritanya makin mantap /Hey/
Wiji Lestari
lumayan..lanjoot
teguh andriyanto
singkat padat, OP, berkarakter, humor.. menyatu dengan baik di novel ini.. patut disimak sampe tamat.
إندر فرتما
MC GHOBLOK,🤣🤣🤣
dusah GHOBLOK lembek lagi,
mendingan gak usah di lanjutkan lagi ini alur ceritanya
Emma
Gak sabar lanjutin.
Type2Diabetes
Gak kecewa! 👍
douwataxx
Karakternya juara banget. 🏆
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!