HAPPY READING. . .
MENTARY SAFIRA PUTRI anak broken home yang lebih memilih untuk bekerja dari pada melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi, gadis mandiri cantik dan pintar.
AXCEL PUTRA DEWANGGA seorang pengusaha muda yang sukses tapi tidak dengan pernikahannya karena harus kandas ditengah jalan, janji suci yang dinodai oleh sang istri dengan berselingkuh membuat AXCEL memutuskan untuk bercerai.
" Tar pilih duda apa perjaka." tanya Clara teman Tary.
" Nggak ada angin nggak ada ujan tiba-tiba nanya gituan waras lo."Jawaku.
" Lo tau nggak anak pemilik toko roti tempat kita kerja, ternyata oh ternyata duda mana ganteng banget lagi." ujar Clara senyum-senyum nggak jelas sambil meluk guling.
" Sinting kali nih anak senyum-senyum nggak jelas." gumam Tary sambil gelang-geleng kepala.
penasaran seganteng apa dudanya terus pantengin cerita aku yah.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Revan Fernando, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
keputusan Tary untuk kerja
Seorang gadis cantik tampak sedang berdiri memandang laut seorang diri, matanya sembab karena terus menangis.
Rambut panjangnya tampak kusut, tatapan matanya kosong, entah apa yang dipikirkan gadis itu bila sekilas orang yang melihat pasti mengira gadis ini akan bunuh diri.
Mentary yang sedang menatap laut lepas menarik nafas panjang dan menghembuskan nya lewat mulut, lalu beranjak untuk pulang kerumah setelah suasana hatinya jauh lebih tenang.
Sesampainya dirumah ia menghampiri bundanya yang sedang duduk menjaga toko kelontong yang dimilikinya.
" Assalamualaikum bun."ucap Tary menghampiri sang bunda.
"waalaikumsalam nak kamu darimana kenapa jam segini baru pulang."tanya bunda cemas.
" Aku cuma ke pantai untuk nenangin diri bun."jawab Tary lirih.
" Nak sampai kapan kamu mau seperti ini terus bunda dan ayah sudah nggak bisa bareng lagi, bunda mohon kamu bisa menerima semua ini bunda nggak mau liat kamu terus sedih nak." ucap bunda.
" Aku cuma butuh waktu bun, kalau gitu aku ke kamar dulu bun."ujar Tary berlalu meninggalkan bundanya sendirian.
Semoga kamu bisa menerima perceraian bunda dan ayah kamu secepatnya nak, bukanya bunda egois nggak mau mempertahankan pernikahan bunda tapi bunda nggak sanggup harus dimadu batin bunda berucap.
Di kamar Mentary menatap sebuah figura foto di atas meja belajarnya, potret keluarga lalu ia merebahkan tubuhnya di kasur dan tengkurap sambil mendengarkan lagu.
Bersamaan dengan kekecewaannya , sebuah lagu milik Samsons ~ kenangan terindah. Terdengar di telinganya lewat aplikasi musik yang sengaja iya putar.
Aku yang lemah tanpamu . . .
Aku yang rentan karena . . .
Cinta yang t'lah hilang dariku. . .
Yang mampu menyanjungku. . .
Bait demi bait Mentary dengarkan, matanya terpejam menemani sakit hati yang masih bersemayam didalam relung hatinya atas perceraian kedua orang taunya. Nyatanya perceraian kedua orang tuanya menciptakan sakit sedalam ini rasa sakit dan kecewa.
Selama mata terbuka. . .
Sampai jantung tak berdetak. . .
Selama itupun aku mampu untuk mengenangmu. . .
Lalu ia membuka kedua matanya dan membuka aplikasi hijau yang di pakai oleh sejuta umat, lalu ia mengetuk kontak bernama Clara dan mengirim pesan.
Mentary: Ra ada info loker nggak gue pengen kerja.
Setelah beberapa menit balasan pun datang.
Clara: ada di tempat gue lagi ada lowongan Lo mau kalau mau nanti gue bilangin ama bos gue.
Mentary: boleh gue tunggu secepatnya ok.
Clara: ok besok gue kabarin lagi, btw Lo nggak lanjut kuliah usaha nyokap bokap Lo lumayan kan napa gak kuliah aja Tar?
Mentary: Ceritanya panjang kapan-kapan gue ceritain, yah udah Lo istirahat deh gue mau minta izin Ama bunda buat ikut loe kerja.
Clara: ok
Setelah selesai chat dengan Clara Mentary memutuskan menghampiri bundanya di toko kelontong yang terletak di samping rumahnya .
" Bun ada yang mau aku bicarain sama bunda ." ucap Tary.
" Ada apa nak, sini duduk deket bunda." jawab bunda sambil menepuk ruang kosong di sebelahnya.
" Bun aku mau minta izin buat ikut Clara kerja di jakarta." ucap tary lirih.
" Nak apa kamu nggak pengen kuliah bunda masih sanggup biayain kuliah kamu, kalau kamu mau kuliah nggak perlu kerja."ujar bunda sambil menatap anak perempuannya.
" Untuk saat ini aku nggak ingin kuliah bun aku cuma nggak mau tinggal satu kota lagi sama ayah bun aku nggak sanggup liat ayah bahagia dengan keluarga barunya Bun apa aku salah hati aku sakit bun." jawab Tary dengan mata berkaca-kaca.
" Baiklah kalau itu keputusan kamu, pergilah untuk sementara waktu sampai luka kamu sembuh tapi kamu harus ingat dia tetap ayah kamu, suatu saat kamu butuh ayah kamu untuk menikahkan kamu nak jadi jangan pernah menanam dendam terhadap ayah kamu nak." ucap bunda menasehati.
" makasih Bun karena bunda udah izinin aku buat pergi kerja." ucap Tary lalu memeluk bundanya.
Setelah meminta izin senja pamitan untuk kembali ke kamarnya.
" Kalau gitu Tary balik ke kamar dulu bun."
" Kamu nggak mau makan malam dulu nak bunda sudah masak, makanan kesukaan kamu ayo bunda temenin kamu makan malam dulu baru istirahat."
Setelah itu ibu dan anak pun berlalu menuju ruang makan .
" duduk sini nak biar bunda ambilin makan buat kamu."
" Makasih Bun."
" Sama-sama nak."
setelah itu hanya bunyi dentingan sendok yang beradu dengan piring, selesai makan Tary pun kembali ke kamar dan bunda kembali ke warung kelontong.
Waktu menunjukan pukul setengah delapan Tary yang tidak mengantuk pun akhirnya menghampiri meja belajarnya dan mengambil novel yang berjudul *Jodohku duda kay**a* lalu mulai membacanya.
Keesokan harinya tary membantu bundanya menjaga warung sedangkan bundanya pergi ke pasar untuk belanja, saat sedang asik membaca novel ada anak kecil datang.
" Beli ."
" Beli apa dek ." tanya Tary kepada bocah itu, lalu anak itu menyodorkan secarik kertas dan uang 50000.
" Bentar yah kakak ambilin dulu." yang dibalas anggukan oleh anak tersebut.
Tary yang melihat tulisan itu pun sampai melotot apa-apan ini, masih pagi udah disuruh mikir aja.
Koper apaan lagi ini, ini warung nggak sedia koper ada-ada aja ni yang beli, koper kopi peres atau apa koper ko nya kopi Pernya apa dong masih pagi udah dibikin pusing aja, set dah pelanggan bunda ada-ada aja sih koper ah tinggal dulu yang lain dulu. Ini apa lagi sih boksin astaga apa lagi ini, lantas aku menatap bocah itu dan berkata.
" Dek beli ini buat siapa." tanyaku.
" Buat aku kak ." jawab anak itu sambil mengambil tanganku dan ditempelkan ke dahinya.
Seketika otak aku loading apa hubungannya ama jidat ni bocah tapi jidatnya agak anget sih apa mungkin yang mau dibeli itu obat ok coba ke arah obat nyambungin tulisan ini.
boksin boksin nie bocah lagi anget berarti obat panas boksin oh gue tau bodreksin, koper kopi panas elah apa coba koper kool piper iya kali yah, satu lagi ini apa milon Milo kali tunggu-tunggu mi nya mie kali yah lonnya apa dong masa iya minta kelon ajigile ini kapan kelarnya coba milon saat Tary lagi asik mikir bundanya pun datang.
" Assalamualaikum nak." ucap bunda.
Waalaikumsalam bun."
"Kamu kenapa bunda liat dari jalan ko kaya orang pusing gitu."
" Gimana gak pusing pelanggan bunda pagi-pagi udah ngasih ujian suruh aku mikir
keras bun .
" Ujian apa sih nak ." kata bunda penasaran.
" Bunda liat ni masa ada yang beli nyuruh anaknya pake selembar kertas trus tulisannya itu loh bun, bunda liat aja bun boksin, koper, milon apa coba bun." gerutu Tary ke sang bunda.
Bunda pun tertawa ha ha ha " kamu itu loh nak nak ini tuh koper kool piper, boksin bodreksin trus milon itu." sebelum bunda selesai bicara Tary menyahut dengan cepat.
" milon minta kelon gitu ."
" Hus kamu ini milon itu minyak telon." ujar bunda sambil menabok lengan anaknya.
" Lagian ngapain tulisannya ngajak tebak-tebakan mana masih pagi belum sarapan pula kan bikin darting bun."
" udah sini kasih bunda biar bunda yang ambilin." selai bunda mengambil pesanan bocil yang bisa bikin darting lalu bunda menotal dan memberikannya pada anak itu.
" Makasih yah dek maaf nunggu lama kakanya gak tau soalnya." ujar bunda kepada anak tersebut yang dianggukin oleh anak itu lalu anak itupun pergi dari warung.
" Bun emang sering ada yang beli pake kode- kode gitu yah ko bikin pusing aja kenapa gak ditulis aja yang jelas."
" anak itu cuma tinggal Ama nenek dan kakeknya yang nulis pasti neneknya jadi ya gitu." ucap bunda.
" Udah kamu sarapan dulu aja itu bunda udah belikan kamu nasi Kuning sekalian itu belanjaan kamu susun di kulkas biar warung bunda yang jaga."
" Hmm." hanya ku jawab dengan deheman akupun berlalu ke dapur sambil membawa belanjaan sang bunda,sesampainya di dapur aku membereskan semua belanjaan ke kulkas dan sarapan. Selesai sarapan aku ke kamar dan mengambil hp aku yang sedang aku cas.
Lalu aku buka aplikasi WhatsApp dan aku liat Clara sudah memberi jawaban kalau aku disuruh berangkat secepatnya ke jakarta untuk mulai kerja di toko roti tempat Clara kerja.
Akupun keluar kamar dan mendatangi bunda.
" Bun Clara bilang aku udah boleh masuk kerja secepatnya bun, kalau menurut bunda aku berangkat pas hari Senin sore boleh nggak bun." tanyaku pada bunda.kulihat bunda menghelai nafas panjang dan menghembuskan lewat mulut lalu berkata.
" Kamu udah yakin mau kerja nggak mau lanjut kuliah." Tanya bunda.
" Serius Bun lagian aku bosen dirumah mau ngapain."
" Baiklah kalau itu udah jadi keputusan kamu bunda nggak bisa melarang lagi yang penting kamu disana jaga diri baik- baik nak jangan tinggalkan sholat, jaga pergaulan jangan kecewain bunda ok nak."
" Baik bun aku pasti bakal ingat pesan bunda, ya udah kalau gitu aku mau siap-siap dulu yah bun aku mau Peking baju-baju aku dulu." kata Tary lalu beranjak masuk kedalam rumah.
Sedangkan bunda hanya menatap anak gadisnya yang mulai tumbuh dewasa dengan tatapan sendu.