"Kamu bisa nggak jalan pake mata?!"
Tisya mengerang kesal saat bertabrakan dengan Den yang juga sama terkejutnya jujur aja, dia nggak ada niat sebelumnya buat nabrakin diri pada wanita di depannya itu.
"Biasanya saya jalan pakai kaki Bu. Ya maaf, tapi bukan cuma Bu Tisya aja yang jadi korban di sini, aku juga gitu." Den terus mengusap dadanya yang terhantam tubuh Tisya.
"Masa bodoh! Awas!" Tisya mengibaskan rambutnya ke samping.
"Khodam nya pasti Squidward bestinya Plankton tetangganya Hulk suhunya Angry bird! Galak banget jadi betina!" Keluh Den masih diam di tempat karena masih memungut tas kerjanya yang sempat terjatuh.
"Apa?? Ngomong sekali lagi, kamu ngatain aku apa???" Tisya berbalik memegang lengan Den.
"Ti-ati, nanti jatuh cinta. Nggak usah ngereog mulu kayak gitu kalo ketemu aku. Hipotermilove nanti lama-lama sama ku."
Den sudah pergi, Dan lihat.. Betina itu langsung ngowoh di tempatnya.
Hipotermilove? Apa itu?? Temukan jawabannya di sini!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dfe, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Apa, hipotermilove?
Kisah cintanya rumit. Ah.. lucu sekali, bahkan dia tidak memiliki apapun yang bisa dijadikan cerita dalam perjalanan cintanya, kenapa menyebut penantian dan pengharapan tanpa sambutan itu sebagai kisah cinta? konyol! Dia saja bingung, apa yang harus dia banggakan pada usianya yang tak lagi muda.
Tentu usia tiga puluh tahun untuk seorang wanita yang masih single adalah suatu yang menakutkan. Seperti itulah yang dirasakan Tisya. Dia ketakutan sendiri, apakah dia akan berakhir menjadi perawan tua?
Otaknya lelah berpikir. Dia tutup laptop yang sejak pagi menemaninya bekerja. Dia melihat ke arah ponselnya. Ada beberapa notifikasi pesan di sana. Salah satunya dari Den. Den Pangestu.
Lelaki yang jauh lebih muda darinya. Tapi, akhir-akhir ini lelaki itulah yang memberi warna di hidup seorang Aratisya Tungga Meera.
Dia adalah seorang pengacara di sebuah firma hukum terkenal di kotanya. Cantik, elegan, selalu modis tapi sayang... Dia belum bisa move on dari crush nya, Abhista Agung, yang sekarang sudah berstatus suami orang!
Di baca pesan yang dikirim oleh Den. Tadinya dia nggak bermaksud ngepoin pesan yang dikirim pemuda itu padanya tapi, setelah dipikir-pikir.. lelaki itu sangat berjasa untuk dirinya.
Karena kekonyolannya ingin memiliki Abhi bagaimanapun pun caranya, Tisya dibodohi oleh rekan kerjanya sendiri yang juga seorang advokat di kantor yang sama. Teja, begitu orang-orang mengenalnya.. Lelaki tambun, dengan rambut nyaris botak itu sempat melecehkannya.
Melecehkan? Sebenarnya dia juga tahu bagaimana skenario yang dimainkan Teja padanya. Membobol keperawanan gadis itu, lalu meminta pertanggung jawaban kepada Abhi. Hanya orang bodoh yang tidak bisa berpikir jika semua itu hanya jebakan. Dan dari sekian juta orang pintar di muka bumi, memang Tisya lah jenis manusia yang paling bodoh.
Dia rela diraba-raba, mempertontonkan buah dadanya untuk seorang Teja yang buncit, dan membiarkan hal itu terjadi begitu saja pada dirinya.
Katakanlah, cinta Tisya pada Abhi sudah melewati batas kegoblokan yang haqiqi. Sebelum semua terjadi, Den datang untuk menolong Tisya. Hu'um, pemuda itu bahkan babak belur karena adu kekuatan dengan Teja. Jelas Teja bukan lawan yang sebanding untuk Den, meski begitu.. Sudut bibir Den pecah juga oleh hantaman Teja.
Tidak masalah yang pecah cuma sudut bibir Den, bukan selaput dara Tisya yang dipecahkan si tambun Teja. Tisya akui, Den adalah penyelamatnya!
Setelah kejadian penyelamatan itu, intensitas keduanya untuk bertemu makin sering, makin menimbulkan percikan api asmara yang tidak biasa di hati Den. Lelaki itu tertarik pada Tisya. Wanita yang di matanya cukup galak tapi rapuh itu mampu memikatnya.
Den bukan lelaki polos yang tidak pernah menjalani kisah kasih percintaan sebelumnya, dia pernah berpacaran beberapa kali tapi selalu putus di tengah jalan. Alasannya? Macam-macam. Ditinggal selingkuh, hanya sekedar penasaran tapi setelah jadian dihempaskan, atau mungkin ada indikasi dapet cewek tukang morotin isi celana eh.. isi kantong celana maksudnya.
Untuk kategori perempuan yang terakhir itu memang Den hindari, kenapa? Alasannya.. Dia aja belum bisa membahagiakan orang tua, gegayaan mau pacaran sama cewek yang nebeng status pacar kerjaannya cuma morotin duit doang. No way!
Kembali ke Tisya.. Dia mengembangkan senyuman ketika membaca pesan nggak jelas dari berondong manis itu. Ah, seperti ababil saja.. Pikirnya.
Den : Ra
Den : Ngaca deh, kamu bakal liat bidadari dari pantulan kaca tempat mu bercermin.
Den : Waktunya makan siang nih, makan yuk Ra. Makan nasi. Jangan cuma makan janji-janji, kemarin aku nyoba kayak gitu sorenya diketawain cacing keremi.
"Dasar bocah..." Ujar Tisya begitu saja. Tisya merasakan perutnya sudah berdendang senam patah-patah, ini nggak baik buat kesehatan lambung tentunya. Dengan niat mulia, dia pergi meninggalkan ruang kerjanya menuju luar gedung. Nyari makan, tentunya!
Baru beberapa langkah keluar dari ruangannya, dia dikejutkan dengan sosok tinggi yang entah datang dari mana.. Mereka bertabrakan.
"Kamu bisa nggak jalan pake mata?!"
Tisya mengerang kesal saat bertabrakan dengan Den yang juga sama terkejutnya karena jujur aja, dia nggak ada rencana sebelumnya buat nabrakin diri pada wanita di depannya itu.
"Biasanya saya jalan pakai kaki Bu. Ya maaf, tapi bukan cuma Bu Tisya aja yang jadi korban di sini, aku juga gitu." Den terus mengusap dadanya yang terhantam tubuh Tisya.
"Masa bodoh! Awas!" Tisya mengibaskan rambutnya ke samping.
"Khodam nya pasti Squidward bestinya Plankton tetangganya Hulk suhunya Angry bird! Galak banget jadi betina!" Keluh Den masih diam di tempat karena masih memungut tas kerjanya yang sempat terjatuh.
"Apa?? Ngomong sekali lagi, kamu ngatain aku apa???" Tisya berbalik memegang lengan Den.
"Ti-ati, nanti jatuh cinta. Nggak usah ngereog mulu kayak gitu kalo ketemu aku. Hipotermilove nanti lama-lama sama ku."
Den sudah pergi, Dan lihat.. Betina itu langsung ngowoh di tempatnya. Hipotermilove? Apa itu?? Bahasa dari planet mana???
Ah, iya.. Jika di kantor, Den akan memanggil Tisya dengan sebutan Bu Tis, ya.. Karena Den memang junior di kantor itu. Berbeda dengan Tisya yang sudah merentangkan sayap lebar di dunia kerja yang digelutinya. Sedangkan di luar jam kerja, di luar konteks pekerjaan pokoknya.. Nama Tisya akan berubah jadi Ara.
"Mau kemana?" Tanya Tisya pada Den. Akhirnya, si judes itu ngintilin pemuda itu berjalan.
"Ke hati mu. Kosong kan? Jejelin aku ke sana, aku jamin.. Seumur hidup, kamu bakal bahagia." Kata Den dengan penuh keyakinan.
"Jangan alay." Entahlah... Tisya merasakan pipinya sudah merona oleh ucapan Den barusan, tapi dia coba untuk tetap jaim di depan pemuda itu.
Kenapa? Dia minder tentang usia sebenarnya. Dia udah mau tiga satu, dan Den masih di angka dua empat. Apa nggak insecure kalo jadi Tisya?
Jujur saja, semua perlakuan manis yang Den berikan padanya entah itu sekedar chat atau kata-kata alay seperti tadi, mampu membuat ruang kosong di hatinya secara perlahan terpenuhi oleh sosok pemuda itu. Namun justru di situlah letak kekhawatiran Tisya itu muncul. Dia takut Den hanya penasaran dengannya.. Dia takut memulai sesuatu dengan orang yang lebih muda darinya, ketakutan itu membuat Tisya membuat pagar tinggi agar Den tidak bisa melompatinya.
Belum tahu aja si mbak ini, kalo nggak bisa dilompati, Den bakal dobrak aja itu pager. Kelar kan? Kalau ada cara ugal-ugalan, ngapain pake cara alusan! Nggak jaman mencintai dalam diam. Dikira nggak berjuang nanti, masalah endingnya bisa bareng apa enggak.. Pikir keri ae brew!
"Aku alay cuma buat kamu.. Kenapa? Mulai baper kan? Pacaran aja yok!" Ajak Den tanpa rem babar blas!
kadang diem aja pasti salah sih depan emak emak yang lagi kesel apalagi ini bumil pasti mood nya naik turun,
iku ngunu hp an mumpung nunut wifi 😂