NovelToon NovelToon
ARUNA

ARUNA

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama
Popularitas:2.9k
Nilai: 5
Nama Author: Sandri Ratuloly

Aruna, namanya. Gadis biasa yatim-piatu yang tidak tau darimana asal usulnya, gadis biasa yang baru memulai hidup sendiri setelah keluar dari panti asuhan di usianya yang menginjak 16 tahun hingga kini usianya sudah 18 tahun.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sandri Ratuloly, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

satu

Kedua tangannya bergetar hebat, juga kedua tungkaian kakinya serasa melemah seketika saat melihat bagaimana benda persegi itu menunjukkan garis dua dengan jelas.

Aruna menutup mulutnya dengan sebelah tangannya yang kosong, menutup erat agar isakan tangisnya tidak meledak hebat dan membuat orang-orang luar penghuni kos lainnya mendengar.

"B-bagaimana ini... " lirihnya dengan bingung, kedua matanya mengerjap cepat hingga lelehan air mata yang sedari tadi mengembun seketika luruh membasahi kedua pipi tirusnya.

Dirinya hamil, tespack itu menunjukkan dua garis merah.

Bagaimana ini? Apa yang harus Aruna lakukan sekarang?

'Hhuuhhh'

Aruna sebisa mungkin mengatur pernapasan nya yang tiba-tiba saja terasa terhimpit, merasakan dadanya berdegup kencang terus memompa kuat membuat dadanya terasa sakit. Dirinya harus tenang.

Tenang... Tenang... Harus tenang.....

Aruna merapalkan kalimat tersebut, hingga dadanya yang tadinya terhimpit sakit akhirnya sudah membaik kembali.

Mengusap pipinya yang sudah terbanjir air mata, menatap pantulan wajahnya di kaca kamar mandi kos-nya dengan sendu, mata memerah, hidung memerah dan rambut berantakan seperti tak terurus.

Meremas kuat tespack di genggamannya yang kemudian di simpan asal didalam tempat sabun, Membasuh wajahnya terlebih dahulu yang begitu berantakan. Aruna keluar dari kamar mandi, waktu sudah menunjukkan pukul setengah 4. Waktunya untuk bekerja, kejadian tadi mari kita lupakan sejenak.

Urusan pekerjaan harus Aruna utamakan, memikirkan soal kehamilannya yang ada dirinya akan gila nanti.

•••••

"Maaf, kak. Aku telat datang, tadi ada urusan mendadak. " dengan napas yang tersendat-sendat, Aruna membungkuk badannya meminta maaf pada salah-satu pekerja cafe. Kak Kinan namanya, kerjanya pada bagian menjaga kasir.

"Udah, gapapa. Kamu kebelakang sana, ada pesanan yang harus kamu antar. Mas Arjun di belakang kayaknya udah selesai siapin pesanannya tinggal kamu antar saja. " pinta Kinan yang langsung di angguki mengerti Aruna, kakinya melangkah cepat kebelakang menghampiri Arjun, si juru masak.

"Ah, Aruna? Kamu sudah datang? Kebetulan, ini ada pesanan yang harus antarkan ke meja nomor dua belas. " imbuh Arjun saat melihat kedatangan Aruna, dia memberikan nampan yang yang sudah disusunnya berbagai macam pesanan para pelanggan.

"Maaf, mas. Aruna datang telat hari ini." ujar Aruna menyesal, karena urusan mendesaknya tadi. Aruna jadinya datang sedikit terlambat dari biasanya.

"Gapapa, mas ngerti kok. Ini kamu bawa pesanan didepan meja nomor dua belas ya, nanti balik lagi bawa pesanan yang lain. "

Aruna mengangguk mengerti, mengambil alih nampan diberikan Arjun secara hati-hati. Kakinya melangkah cepat namun penuh kehatian menuju kedepan. Cafe sore hari ini tampaknya terlihat begitu ramai ya dari biasanya, apalagi di hari rabu seperti ini.

Biasanya cafe akan ramai sekali pada hari sabtu malam minggu, pada hari itu cafe akan tutup lebih lama dari biasanya. Jam 12 malam perkiraan, biasanya Arjun akan mengantarkan Aruna pulang ke kos-nya. Takut terjadi sesuatu pada gadis SMA itu, apalagi di pekerja cafe hanya Aruna yang tidak memiliki kendaraan.

"Permisi, kak. Ini pesanannya. " Aruna menata pesanan tesebut pada meja nomor dua belas, terdapat dua perempuan cantik yang tengah sibuk mengerjakan tugas, terlihat dari salah satu mereka yang sibuk mengetik sesuatu di laptop.

"Selamat menikmati. " membungkuk sedikit badannya, Aruna tersenyum manis pada pelanggan sebelum kembali kebelakang.

"Iyaa. Makasih... " kedua perempuan itu balik mengucap, dengan kepala yang sedikit tertunduk membuat Aruna lagi-lagi membungkukkan badannya.

Dan kita biarkan Aruna dengan kesibukannya, yang sedari tadi terus bolak-balik membawa pesanan. Hari ini cafe benar-benar begitu ramai.

••••••

Waktu sudah menunjukkan pukul 8 malam, cafe sudah tidak begitu ramai seperti tadi. Hanya ada 5 meja yang terisi, Aruna bisa beristirahat sebentar, duduk selonjoran di bawah lantai dengan satu tangan yang sibuk memijat pelipisnya pelan, entah kenapa kepalanya tiba-tiba saja terasa begitu sakit.

Apa karena sedari tadi Aruna tak henti terus bolak-balik membawa pesanan? Ya, mungkin seperti itu, tapi rasa mual tiba-tiba saja mendatangi.

Menutup mulutnya, Aruna melangkah cepat pada wastafel untuk mengeluarkan rasa mual yang tiba-tiba menderanya.

"Hoek."

"Hoek."

"Uhuk,, uhuk,, hoek... "

Aruna memukul dadanya yang tiba-tiba saja terasa begitu sakit saat muntahan hebat dirasakannya.

"Yaampun, Aruna! Kamu kenapa? " kaget Arjun, dia mendekat pada Aruna dan memijat leher belakang perempuan itu. "Astaga, kamu kenapa, hey? Sakit atau bagaimana, kok tiba-tiba bisa muntah begini? " tanya Arjun khawatir, setelah Aruna sudah selesai dengan muntahannya, dia memilas mulutnya yang tampak sedikit kotor.

"Eunghh, gak tau mas kepala ku tadi sakit terus tiba-tiba aja muntah kayak begini. " jawab Aruna dengan lemas, wajahnya tampak begitu pucat.

"Kamu udah makan apa belum? Lambung kamu kayaknya lagi kambuh itu. " omel Arjun, mengambil minyak kayu putih untuk diberikan pada Aruna.

"Iya kayaknya, mas. Tadi aku cuman sarapan pagi, disekolah juga tadi cuman makan roti aja. " Arjun mendengus kesal, kebiasaan sekali anak ini. Sudah tau punya riwayat sakit lambung, masih saja suka terlambat makan, 'nyari penyakit emang nih anak.' dumelnya dalam hati.

"Kamu duduk dulu dikursi sana. " tunjuknya pada kursi plastik di pojokan dekat jendela. "Mas buatin kamu nasi goreng dulu, tunggu sebentar." pinta Arjun, dia melangkah menuju kitchen set untuk membuat nasi goreng.

"Eh? Gak usah mas, ini aku udah mulai baikan kok setelah di kasih minyak kayu putih tadi. " tolak Aruna tidak enak pada Arjun, yang sudah menyiapkan peralatan untuk memasak.

"Udah kamu duduk diam disitu aja, mas gak mau ya kamu tiba-tiba jatuh pingsan disini. Gak bakal mas angkat kamu, biarin tidur selonjoran di bawah lantai. " cibir Arjun, tangannya dengan teletan memainkan alat-alat penggoreng, mengambil sebutir telur lalu di pecahkannya diatas wajan panas yang terdapat berbagai macam bumbu nasi goreng.

"Tapi aku gak enak sama, mas Arjun. " imbuh Aruna pelan, wajahnya tampak tertekuk.

"Ya dikasih enak aja, gitu aja kok dipikirin. Kamu buat teh hangat sana, sekalian buatkan dengan mas juga, yaaa? " Arjun menaik-turunkan alisnya menggoda Aruna, membuat gadis itu terkekeh lucu akan tingkah random Arjun.

"Siap, chef. " Aruna membuat gerakan hormat, bangun dari duduknya untuk membuat teh hangat untuknya juga Arjun.

"Eh, mas punya dibuatkan es teh ya. Mas, kan gak lagi sakit. "

"Oke, segelas es teh manis untuk mas chef Arjun." setelahnya, keduanya tertawa dengan lontaran Aruna. Arjun sampai menggelengkan kepalanya.

"Mas, Arjun. Gak ikut makan juga? " tanya Aruna, melihat hanya seporsi nasi goreng saja yang Arjun buat untuknya. Laki-laki itu tidak ikut makan juga?

"Mas udah makan tadi, mas kan bukan kayak kamu yang suka telat makan! Udah tau punya sakit lambung malah nyepelein soal makan. " cibir Arjun, laki-laki itu ikut duduk di samping Aruna. Menyesap segelas es teh nya dengan nikmat, cuaca malam ini terasa sedikit panas, padahal waktu sudah menunjukkan pukul delapan, mungkin karena cafe tengah rame. Arjun juga sibuk di dapur, berhadapan langsung dengan kompor yang begitu panas.

"Iihh, mas Arjun. Senang banget nyindir-nyindir begitu. " bibirnya di majukan, kesal dengan Arjun yang senang sekali menyindir nya terus.

"Yaa ka–

–Udah ah, kalau mas masih terus ngomel juga gak nafsu makan aku jadinya. " Aruna dengan cepat memotong ucapan Arjun, takut malah nyerempet ke yang lain ucapannya. Ya emang gak sopan sih kesannya, tapi Arjun fine-fine saja, Aruna juga bukan setiap saat menyelah omongan Arjun.

"Iya-iya mas diam ini, awas aja gak di makan nasi goreng nya. Mas bakal ngelempar kamu di gedung depan sana. " Arjun melototin matanya saat mendengar Aruna yang tidak nafsu makan kembali.

"Iihhh, jahat banget. Mas udah kayak ibu tiri bawang merah aja. " cibir Aruna, kembali memasukkan nasi goreng ke mulutnya.

Arjun gak ngejawab cuman ngedengus jengkel aja, Aruna ini udah dia anggap adiknya sendiri. Maklum anak tunggal, jadi ngeliat Aruna, Arjun ngerasa punya adik.

Hahaha, kalau dilihat dari percakapan diatas. Dibanding kayak adik-kakak, Arjun ini malah kayak ibu Aruna saja. Ngomelnya udah kayak ibu-ibu yang ngeliat anak gadisnya malas-malasan.

"Gimana sekolah mu tadi, aman-aman aja kan?" Arjun balik ke topik yang lain, percakapan ini udah yang ke seribu kali Aruna dengar, tapi gak buat dia jengkel kayak tadi, malah Aruna sangat senang.

Selain Arjun, gak ada lagi yang tanya-tanya soal bagaimana keseharian Aruna di sekolah. Ada sih, Kak Sarah dan ibu kos yang kadang suka menanyai bagaimana sekolahnya, tapi tidak sesering kayak Arjun.

"Ya gitu-gitu aja, mas. Kayak biasanya, tapi tadi ada di kasih tau sama guru buat belajar lebih giat lagi karena udah mau dekat-dekat ujian kelulusan sekarang. " Aruna menjawab dengan sesekali menyuapkan nasi goreng ke dalam mulutnya.

"Eh? Kamu sekarang udah kelas dua belas, ya? Gak kerasa banget, mas masih ingat banget kamu datang pertama kali di cafe ini buat ngelamar kerja, pas itu umur kamu berapa, ya?" Arjun menengadahkan kepalanya ke atas, tengah mengingat-ingat bagaimana pertemuan pertamanya dengan Aruna yang datang melamar kerja di cafe ini.

"Enam belas tahun, mas. Mas Arjun masih ingat aja masa-masa dulu. " terkekeh geli mengingat awal pertama dirinya masuk melamar kerja di sini, masih sebagai tukang cuci piring dulu kerjanya hingga kini naik menjadi pelayan.

"Ingatlah, mas kan masih muda, masa lupa sama kejadian awal kamu datang ke sini. Eh, kalau kamu udah dekat mau ujian, kamu libur kerja aja dulu untuk fokus buat belajar. Mas gak mau ya kalau nanti nilai kamu jelek. " titah Arjun, menyimpan gelas kosong bekas teh diminumnya tadi dibawah lantai dekat kursi di dudukinya.

"Gak mau ah, aku gak enak sama kak Kinan." tolak Aruna mentah-mentah, dia gak mau di istimewakan seperti ini. Dia tau kalau cafe ini punya Arjun. Jadi laki-laki itu suka asal saja memutuskan sesuatu.

"Aku kerja sampai jam setengah 8 malam aja deh serius gapapa, aku beneran gak enak sama kak Kinan, mas. " Aruna lagi-lagi memotong ucapan Arjun yang hendak berbicara, tidak menyetujui keinginan Aruna untuk tetap bekerja walau jam kerjanya potong hingga jam delapan malam.

Menghela nafas panjang, Arjun mau tak mau ya menyetujui permintaan Aruna. "Yaudah, tapi sampai jam setengah delapan, yaaa. Awas aja kamu kebablasan kerja sampai jam 10 nanti, mas jitak kepalamu nanti sampai bolong. "

"Iihhh, sadis banget ancamannya, emang aku sundel bolong apa dibuat bolong gitu kepalanya. " bibirnya mencabik kesal. "Mas ini udah kayak ibu tiri aku aja, kalau marah-marah mulu awas cepat tua loh... " godanya, membuat Arjun mendengus jengkel.

"Aruna! Dasar anak nakal. " cibir Arjun, kesal.

"Hahahaha, jangan marah-marah dong ibu tiri. "

Bahagia memang sesederhana ini, tapi setelah kejadian tadi apakah kebahagiaan akan terus berlanjut di kemudian hari nanti?

1
Arieee
semangat Thor up nya q selalu menunggu 🥰
Sandri Ratuloly: makasih banyak atas dukungannya 😍😍
total 1 replies
Arieee
pergi Aruna cari kebahagiaan u sendiri💪💪💪💪💪💪💪💪👍👍👍👍👍👍👍
Arieee
Aruna 👍👍👍👍👍👍💪👍💪👍💪👍 berjuang utk kebahagiaan gak usah berharap ma tama
Black Moon
Thor, ini Helena siapa ya? Apa nama panjang Aruna 😁
Arieee
si Cindy belum kualat aja😡😡😡😡😡😤😤😤😤😤😤😤😤😤bukan hidup situ yg rusak kenapa jadi hakim
Black Moon
ko aku ngerasa, kalo Alana ini nantinya bakal jadi duri ya. Apalagi ditambah sama Tama yg memang ga tegas buat jadi suami 🤔
Sandri Ratuloly: masih labil jadi gak begitu tegas jadi suami, apalagi dia nikahin Aruna karena kepaksa😌🤭
total 1 replies
Arieee
approve ma temen" nya Tama yang waras😆👍👍👍👍👍👍👍
Sandri Ratuloly: untung teman-temannya gak gebukin kepala tama🤣
total 1 replies
Black Moon
setuju sama Aruma, kalo udah lahiran tinggalin aja laki modelan begitu. Ga cocok juga disebut laki-laki, lebih cocok disebut kaum berdaster 😒
Arieee
percuma gak ada sadar nya😡😡😡😡
Arieee
pergi aja lah si mertua juga gak peka 😡
Black Moon
Sejujurnya, ini menguras emosi 😭
Black Moon: Author sendiri kuat banget begadang sampe jam segini, tidur dulu Thor 🤭😁
Sandri Ratuloly: tidur kak, kamu kuat banget begadang baca cerita sampai jam segini😭😭
total 2 replies
Black Moon
Emang Dit, temen kamu itu 🤬🤬🤬🤬🤬 aku pun esmosi. Harus 🤾 pake bakiak
Black Moon
Aruna beruntungnya kamu punya keluarga yang sayang banget sama kamu, apalagi ini bukan keluarga sedarah. Jadi terhura, eh salah. Terharu maksudnya
Black Moon
Dasar laki-laki 🤬🤬🤬🤬🤬🤬🤬🤬🤬🤬
Black Moon
jahatnya, minimal peluklah dulu sahabat kamu Ra 🤬
Arieee
ya diusut lah laporin polisi biar tau rasa yang nyinyir 😡😡😡😡😡😡😡gak tau cerita nya eh bikin cerita sendiri
Sandri Ratuloly
bagussss
Arieee
Aruna 👍👍👍💪💪💪
Arieee
tuh kan sudah q duga 😤😤😤😤😤😤😤
Arieee
karma nya harus pedihhhh ya😤😤😤😤😤😤😤😤😤😤
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!