Seorang gadis bernama Amira berusia 20 tahun baru di pecat dari pekerjaannya. Karena rekomendasi dari ibu kosnya akhirnya ia masuk ke yayasan pengasuh milik teman ibu kosnya itu. Tak lama ia pun mendapat majikan yang baik bernama nyonya Sarah. Amira sangat menyukai pekerjaannya itu.
Hampir dua tahun ia bekerja disana dan ia pun bukan hanya mengasuh satu anak namun dua sekaligus karena tak lama setelah Amira diterima menjadi pengasuh nyonya Sarah melahirkan anak keduanya. Perlakuan nyonya Sarah yang baik dan bahkan menganggapnya seperti saudara membuat Amira sangat menghormati dan menyayangi majikannya itu begitu juga dengan kedua anaknya.
Suatu hari saat Amira ikut berlibur bersama keluarga majikannya tiba-tiba terjadi suatu peristiwa yang sangat mencekam. Saat suami nyonya Sarah tiba-tiba harus pergi karena urusan kantor terjadi penyerangan terhadap nyonyanya. Dalam keadaan terluka nyonya Sarah menitipkan kedua anaknya pada Amira. Kini Amira harus berjuang menyelamatkan kedua anak majikannya itu...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ye Sha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Dipecat
Jam dinding sudah menunjukkan pukul 10 malam, itu berarti sudah waktunya cafe tempat Amira bekerja itu tutup. Dengan peluh yang bercucuran Amira gadis tambun berusia 19 tahun itu membereskan bagian dapur dari mencuci piring kotor hingga semua peralatan masak yang ada. Semua dikerjakannya seorang diri karena cuma dia yang dipekerjakan di bagian itu.
Tak ada yang menarik pada dirinya ... wajahnya yang biasa ditambah berat badannya yang diatas rata-rata membuatnya di bagian pekerjaan kasar. Namun Amira sama sekali tidak mengeluh karna baginya, mendapat pekerjaan saja sudah bersyukur di saat orang lain susah mendapatkan perkerjaan. Apalagi dengan hanya berbekal ijasah SMU. Mendapatkan pekerjaan dengan hasil yang tetap saja sudah suatu keberuntungan baginya.
Setelah selesai mengerjakan tugasnya Amirapun beranjak keluar untuk pulang. Namun belum lagi ia sampai ke pintu keluar tiba-tiba pemilik cafe memanggilnya.
"Ra duduk dulu sebentar ..." ajaknya sambil menunjuk salah satu bangku yg ada.
"Ya pak ada apa?" tanya Amira sopan.
"Begini ... karena akhir-akhir ini omset cafe terus menurun saya terpaksa harus merumahkan beberapa karyawan dan kamu termasuk diantaranya" ucapnya.
Amira tertegun tak percaya dengan apa yang didengarnya barusan.
"I ... itu ... artinya saya dipecat Pak?" tanyanya tercekat.
"Ya ... selain kamu masih ada dua orang lainnya dan mereka sudah saya beritahu tadi. Jadi mulai besok kamu sudah tidak perlu datang lagi kemari ... ini sekedarnya untuk pesangon." ucap pemilik cafe sambil menyerahkan sebuah amplop coklat yang berisi uang.
Dengan tangan yang gemetar diambilnya amplop tersebut ... pikirannya langsung melayang entah kemana karena kalut.
"Sudah sana pulang ... sudah malam" ucapan pemilik cafe menyadarkannya.
"Baik Pak ... terima kasih dan maaf jika selama saya bekerja sudah melakukan kesalahan ..." kata Amira sambil membungkukan badannya lalu melangkah keluar dengan langkah gontai.
Sampai di parkiran Amira tidak langsung menyalakan motor bututnya, ia masih tidak percaya bahwa dirinya baru saja dipecat. Setelah terdiam beberapa saat akhirnya ia pun menyalakan motornya dan mulai melajukannya perlahan pulang. Dalam perjalanan sesekali ia mendesah pelan dan menghembuskan nafasnya dengan kasar sambil menahan airmata yang sudah menggantung di sudut matanya.
Sesampainya di kosan ia langsung memarkirkan motornya dan bergegas masuk ke kamarnya. Di atas tempat tidur ditumpahkannya air mata yang sedari tadi ia tahan. Amira menangis sesenggukan sambil menutupi wajahnya dengan bantal. Ia tak tahu harus berbagi cerita pada siapa .... ya Amira adalah anak yatim piatu sejak kedua orang tuanya meninggal saat ia baru lulus SMU karena kecelakaan bus. Lama ia menangis sampai akhirnya ia pun tertidur.
Amira terbangun saat mendengar suara azan subuh dari musolla dekat tempat kosnya. Ia mengerjapkan matanya pelan, ditatapnya kamar yang baru beberapa bulan ia tempati ... entah sampai kapan ia sanggup membayar uang kos jika tidak segera mendapat pekerjaan.
"Ish ... kenapa aku jadi lemah begini?" gumamnya.
"Ayah ... ibu ... jangan khawatir Amira kuat kok ..." ucapnya dengan sedikit lengkungan disudut bibirnya.
"Semangat Amira ..." ucapnya lagi.
Lalu ia pun bergegas ke kamar mandi membersihkan diri lalu menunaikan sholat shubuh.Setelah selesai dengan ibadahnya Amira merasa semakin tenang.
"Mulai hari ini aku harus cari kerja ...kalau tidak uang pesangon ku ga akan cukup untuk bayar kos dan makan sehari - hari ..." ucapnya dalam hati.
Kruuyuuk ... tiba - tiba perutnya berbunyi.
"Ah ...karna masalah ini aku jadi lupa ga makan semalaman ..." diambilnya dompet lalu ia keluar untuk membeli makanan.
Selesai sarapan Amira langsung mengeluarkan semua dokumen yang dibutuhkan untuk melamar kerja. Setelah itu ia pun mulai mengendarai motornya berkeliling mencari lowongan pekerjaan. Tujuan pertamanya adalah daerah pertokoan dia berharap ada lowongan disana. Dengan membaca bismillah ia mulai memasuki toko yang sekiranya ada lowongan pekerjaan. Sudah seharian Amira berkeliling mencari kerja namun belum juga mendapatkannya. Banyak sekali alasan pemilik toko menolaknya diantaranya karena tubuhnya yang dianggap tidak proporsional dan dianggap tidak punya tenaga karena kegemukan.
Padahal kalau masalah tenaga Amira tak kalah dengan para pekerja kasar lainnya, ini karena sejak kecil ia sudah dididik menjadi pekerja keras oleh kedua orang tuanya walau pun ia anak tunggal. Karena sudah sering mendapat cibiran karena tubuhnya Amira sama sekali tidak patah semangat, baginya hidup tak akan berubah jika hanya berpangku tangan. Sore hari barulah ia pulang ke tempat kosnya. Dalam perjalanan pulang Amira terus memberi semangat pada dirinya sendiri.
"Tenang Ra ... ini baru satu hari kamu cari kerja jadi jangan patah semangat." gumamnya dalam hati.
Setelah membersihkan dirinya dan sholat ashar ia pun duduk didepan teras sambil memperhatikan ibu kosnya yang sedang menyirami tanaman.
"Ada apa? kok keliatannya lagi suntuk ..." ucap ibu kos setelah menyelesaikan kegiatannya.
"Em ... ga ada apa - apa Bu ... " jawab Amira tidak enak karena ketahuan.
"Kalau ada apa-apa bilang saja mungkin ibu bisa bantu..." ucapnya lalu ia pun menghentikan kegiatannya dan menghampiri Amira.
"Sebenarnya tadi malam aku dipecat Bu..." jawab Amira sambil menundukkan wajahnya. Sungguh sebenarnya ia tak ingin menceritakannya ... namun beban yang ia rasakan sangat besar apalagi ibu kos sudah sangat baik padanya, hingga ia tak bisa berbohong.
"Jadi sejak pagi kamu keluar itu untuk cari kerja?" tebak Bu Wati pemilik kos.
"Iya Bu..." sahut Amira dengan senyum kecut.
"Sudah dapat?" sambungnya.
"Belum Bu..."kata Amira sambil berusaha terlihat tegar.
Padahal dalam hatinya ia sangat khawatir sebab sebentar lagi sudah waktunya ia membayar uang sewa kos.
"Sebenarnya ibu punya teman yang punya yayasan penyalur pembantu dan pengasuh ... apa kamu berminat?"tanyanya hati - hati.
"Ya bu ..." jawab Amira cepat.
"Apa kamu tidak malu?".
"Nggak bu ... yang penting halal ..." jawab Amira sambil tersenyum cerah.
"Ya sudah, besok pagi kita kesana ..." ucap bu Wati.
"Ayo masuk ... udah mau magrib"sambungnya.
Kemudian keduanya pun masuk kedalam rumah. Sehabis sholat magrib Amira berdo'a agar segala urusannya dilancarkan tak lupa ia pun mendo'akan kedua orang tuanya yang telah meninggal.
"Ra .. kata bu Wati kamu habis di pecat ya?" tanya Nura teman sesama kos di tempat bu Wati.
''Iya ... tapi besok aku mau diajak bu Wati ketempat temannya ... mudah - mudahan aku bisa dapat kerja." jawab Amira sambil tersenyum.
"Iya aku do'akan semoga kamu cepat dapat kerja lagi ... jadi kamu jangan patah semangat ya ...".
"Makasih ya Nur ..." kata Amira.
Dalam hati ia bersyukur sudah dipertemukan dengan orang - orang yang baik yang mau membantunya yang dalam kesulitan walau pun mereka bukan siapa - siapa namun sudah seperti keluarga. Setelah berbincang sejenak dengan teman sesama kosnya ia pun pamit untuk istirahat di kamar. Sebelum ia merebahkan dirinya diatas tempat tidur tak lupa ia menjalankan sholat isya' terlebih dahulu dan berdo'a agar ia cepat mendapat pekerjaan yang halal. Dan karena badannya yang lelah karena seharian mencari kerja ia pun langsung tertidur begitu kepalanya menyentuh bantal.