Tak Semudah Yang Dijalani
Ini adalah sebuah kisah dari seorang anak remaja yang beranjak dewasa. Ia hidup di sebuah keluarga kecil yang sederhana. Kehidupan yang dulunya ia rasakan sangat menyenangkan dan hampir tidak merasaka
0
0
Nilam Aku Pergi
TOPI Sarjana yang beberapa saat lalu disemat dan disyahkan oleh seorang profesor dekan fakultas, kuturunkan dari kepalaku. Entah ada yang melihatku melakukan kebodohan ini, diantara hadirin. Cita-cita
0
0
I (Never) Give Up
Hari ini kalender menampilkan tanggal 12 Juli, tanggal di mana seorang perempuan berumur 11 tahun berulang tahun. Naura Haira Taqiya, biasa dipanggil Haira. Seseorang yang terkenal dengan kepintaranny
0
0
Ngobrol Bareng Bapak
Aku anak terakhir alias anak bungsu dari tiga bersaudara. Aku memiliki satu orang abang dan satu orang kakak. Aku begitu dekat dengan kakakku, namun sayangnya aku tidak terlalu akrab dengan abangku. S
0
0
Dengarkan Aku Sebentar
Mereka bilang aku calon penghuni neraka, emang mereka sudah pasti jadi penghuni surga? Terlahir berbeda itu bukan pilihanku. Apalagi terlahir di keluarga yang sangat otoriter, itu bukan pilihanku. Ada
0
0
Yang Terbuang
Pagi itu gerimis, seorang perempuan saat pulang pengajian ikut temannya, seorang lelaki dengan kendaraan mobil mewah. Turun dari mobil, nampak suaminya sedang membersihkan rumput di halaman rumahnya.
0
0
Kasih Sayang
Saat ini seorang laki-laki yang dari dulu sampai sekarang yang, berumur 17 tahun itu tidak pernah merasakan arti dari kasih sayang dari keluarga maupun teman-temannya. Dia bernama Andi yang sekarang s
0
0
Bilakah Aku Akan Pulang?
Hari masih begitu pagi ketika aku akan memulai perkuliahan pada semester ini. Jam dinding menunjukkan pukul empat kurang sepuluh menit. Azan Subuh juga belum berkumandang dari surau di dekat tempat ti
0
0
Usaha dan Cita Cita
Pukul 3 pagi, ayam-ayam telah berkokok dengan bersautan, Mak rum segera bergegas bangun dari tempat tidurnya dan melangkahkan kakinya ke ruangan samping beliau tidur untuk membangunkan suaminya Pak Ha
0
0
Mertua Ujianku
“saya terima nikah dan kawinya Viana Mumtaz binti bapak munhadip dengan mas kawin seperangkat alat sholat dibayar tunai” Kalimat terindah yang pernah aku dengar, Dangan Kalimat itulah statusku berubah
0
0
Sepucuk Surat dari Bapak (Part 2)
Angin mendesir menggoyangkan beberapa pohon hingga tega menjatuhkan beberapa lembar daun yang bercokol mesra yang masih ingin menggantung di ranah sang ranting. Daun yang berserakan di pelataran kampu
0
0
Sepucuk Surat dari Bapak (Part 1)
“Plak…!!” Begitu kerasnya tamparan yang mendarat di pipiku, kepalang bukan main sakitnya, terasa perih, panas dan pegal tentunya. Pipiku langsung merah lebam. Tapi aku tidak peduli dengan kondisi fisi
0
0
Buta (Part 5)
“Yo, kayaknya minus kakak kamu nambah, deh?” cerita kak angel yang sedang merapikan kembali penampilan gue. Ya, sebelumnya gue sudah mencoba berdandan, istilah bagi perempuan. Tapi karena gue tidak bi
0
0
Paham (Part 2)
Tidak lama setelah ibu selesai menulis di lembaran kertas, ada ibu-ibu yang menghampiriku dia mengukur badanku menggunakan tali pengukur badan, sepertinya dia akan menjaitkan baju untukku, aku masi ti
0
0
Paham (Part 1)
Siapa Aku? Aku hanyalah seorang wanita dari milyaran manusia di muka bumi ini, wanita yang mempunyai banyak pertanyaan dalam hidupnya dan selalu mencari jawabannya sendiri, tentang arti hidup yang ia
0
0
Mother’s Day
Langit sore terhampar seumpama permadani. Pendar kekuningan memenuhi setiap penjuru ruang. Cicit kenari pada dahan pohon depan kamar perlahan lekas berganti dengan lengang. Hanya menyisakan satu dua b
0
0
Embusan (Part 2)
Saat ini Nindya dan Mia sudah kembali berada di pantai, tepatnya di sebelah pohon kelapa tempat mereka pertama kali bertemu pagi tadi. Hari hampir senja. Semburat jingga terlukis di langit dengan inda
0
0
Embusan (Part 1)
Matahari mulai menampakkan dirinya. Sinarnya yang hangat menyambut siapa saja yang berada di pantai itu, termasuk seorang perempuan yang sedang berdiri menghadap ke laut. Punggungnya bersandar ke sebu
0
0
Kisah Haru Seorang Perantau Muda
Aroma tanah di pagi hari seusai hujan semalam menusuk kedua lubang hidungku, aku pun bergegas menuju sebuah langgar kecil dengan sarung yang kubalutkan ke tubuh dan peci hitam yang menutupi helaian ra
0
0
Hujan dan Keraguan
Rumah beratapkan genteng berwarna merah bata kokoh berdiri. Di ambang pintu berwarna cokelat seorang gadis berusia 20 tahun tengah berbaring menatap langit biru, bersih, dan tidak berawan. Kaki yang i
0
0