“saya terima nikah dan kawinya Viana Mumtaz binti bapak munhadip dengan mas kawin seperangkat alat sholat dibayar tunai”
Kalimat terindah yang pernah aku dengar, Dangan Kalimat itulah statusku berubah, dari gadis menjadi istri..
Aku Viana, satu tahun lulus SMK langsung nikah, inginku nikah setelah aku sukses tapi apa lah aku, bodohnya aku disuruh lanjut kuliah ngga mau, 1 tahun kerja 6 tempat itu pun paling lama kerja 1 bulan… Akhirnya aku memilih untuk menikah dengan pacar aku Dion.. aku dan Dion pacaran hampir 3 tahun, dalam 3 tahun itulah aku menikmati pahit manisnya sebuah cinta…
Awal pernikahanku berjalan dengan baik sampai akhirnya aku hamil, dan Dion pun harus cari kerja yang sungguh sungguh.. akhirnya Dion mendapatkan pekerjaan itu pun harus merantau, karena aku masih belum punya rumah sendiri, aku disuruh Dion untuk memilih tinggal sama mertua atau orangtuaku… Aku pasti lah memilih sama orangtuaku, karena sebelum aku punya rumah sendiri, rumah orangtuaku lah yang paling nyaman.
Hari ini aku dan Dion akan berpisah sementara waktu.. dia harus ke kota untuk merantau. “Jaga diri baik baik ya sayang, jaga anak kita” katanya sambil tersenyum “Iya sayang, kamu juga jaga diri baik-baik ya”. Itulah kata sebelum bus yang Dion tumpngi berangkat.. setelah busnya berangkat aku pulang ke rumah orangtuaku.
Berminggu Minggu aku lewati bersama orangtuaku. Di rumah orangtuaku, aku juga menjahit untuk aktivitasku agar nggak bosan… Selama kita LDR, aku dan Dion sering video call bahkan setiap malam.
4 bulan berlalu dion pulang, aku sangat bahagia. Karena Dion pulang jadi aku harus pulang juga ke rumah mertuaku bersama Dion…
Hari ber ganti hari, bulan berganti bulan… Aku tidak pernah ada konflik di rumah itu, sampai akhirnya ibu mertuaku bilang “Aku pingin punya rumah sendiri kalo anak anak sudah pada nikah” ujarnya begitu, karena Dion masih punya adik yang belum menikah jadi kita masih satu rumah. “Di sini aja nanti kan ada Rama sama istrinya kalo sudah nikah kan ramai” balasku begitu… “Nggak ah, susah nanti kalo istri Rama punya anak, kalo anaknya nangis kan ngga enak kalo nggak gendong, padahal ibu kan udah tua mau istirahat dari momong bayi” kata mertua… Kaget lah aku, secara aku kan yang lagi hamil… Pikirku dia pasti ngga mau bantu aku momong anakku.
Aku kepikiran trus kata kata mertuaku, sampai akhirnya aku bilang ke dion karena aku ngga bisa nahan pikiran sendiri… Tapi apa respon dion, dia nyalahin aku, katanya aku yang berlebihan nanggapin ucapan ibu mertuaku.. hancur lah hatiku.
Setelah masalah itu aku jadi suka sakit hati kalau lihat Dion. 2 bulan sudah dia di rumah akhirnya dapat pekerjaan lagi, aku ke rumah ibuku lagi. Sampai akhirnya aku mau lahiran Dion pulang.
Nikmatinya melahirkan telah aku rasakan bayiku laki laki dia sehat, anaku lahir Dion sangat bahagia. Air mata bahagianya jatuh di pipiku serasa kehidupan kita Telah lengkap dengan adanya Malaikat kecil kita. Anakku lahir rumah juga sudah siap ditempati. Kita pulang di rumah kita sendiri, aku berharap tidak ada lagi masalah dengan mertuaku
Hari berganti hari sampai akhirnya kata kata pedas mertuaku keluar lagi, waktu itu ibuku lagi di rumahku, ibuku lagi masak telur, telurnya belum matang tapi mertuaku datang sambil bilang “Gas mahal, masak ngga usah lama lama” sakit lah hati ibuku dengar ucapan mertuaku. Sering sekali ibuku disindir, sampai akhirnya beliau nggak kuat trus pulang dan nggak ke rumah aku… Aku bilang sama Dion “Ibumu lah yang terlalu berlebihan gitu aja ngambek” serasa hatiku tersambar petir… Pingin rasanya kugampar Dion pakai gas LPG 3 kg… Semenjak itu aku dan Dion terasa orang asing, marahlah aku sakit hatiku dengan ucapan dia dan ibunya…
Satu bulan berlalu dion masuk kerja lagi, hubunganku juga membaik. 3 hari sekali dia pulang karena memang sekarang tempat kerjanya lumayan dekat cuma 1 jam kalau pakai sepeda motor.. ketenangan aku dan Dion belum lama sudah terdengar kata menyakitkan lagi “Aku tu ngga boleh gendong cucuku” dia yang emang dari awal sudah ngomong nggak mau Terrepotkan sama cucu tapi sekarang mlah bilang ngga boleh gendong cucu… Padahal aku sendiri jahit dan anakku aku di sebelahku ngga ada yang momong, astaghfirullah batinku, tapi kali ini aku ngga bilang dion… Aku takut nanti aku yang disalahin lagi… Aku berharap keluarga kecilku bisa damai dan bahagia tanpa campuran tangan siapa pun…
Dion masih kerja di kota A, jadi karena dekat aku suruh dia pulang karena uangku habis, tapi Dion bilang motornya lagi dipinjam teman, ya udah lah paling nunggu besok dia pulang. Karena anakku tidur jadi aku ikut tidur melepaskan semua lelah dan stress.
Kriiingggg…. Kriiinnnggg… “Halo Viana, maaf motornya Dion rusak, aku kecelakaan, maaf ya” Kaget aku bangun tidur ditelfon temannya Dion gitu “Dion gimana, ikut kamu nggak?” “Dion di kos ngga ikut pulang. Maaf ya motornya rusak tapi aku tanggung jawab kok” “Iya nggak papa yang penting kamu baik baik saja”
Malamnya Dion pulang, kerjanya diliburkan karena teman kerjanya kecelakaan jadi yang kerja bareng Dion ngga ada. Karena Dion pulang ibu mertuaku Dateng ke rumah dia tanya kenapa Dion ngga kerja.. Dion bilang kalo motornya dibawa temannya kecelakaan…
“Makanya kamu vi klo jadi istri ngga usah sering bilang uangnya aja yang pulang, kan jadinya motornya Dion kecelakaan untung ngga sama Dion” terdiam aku, mau aku bicara Takut salah “Viana ngga pernah bilang gitu kok, ibu tu kalo bilang jangan ada ucap saja, kalo kaya gini nanti jadi Masalah lagi.” Hah.! Dion belain aku, ngga nyangka aku…
Setelah ibu mertuaku pulang aku tanya sama Dion. “Tadi kamu belain aku?” Kataku “Kan emang kenyataan gitu kan” kata Dion “Kan kamu tau seperti apa ibumu” kataku sambil beranjak menemui bayiku… Akhirnya Dion percaya kataku dan setiap apa yang dikatakan ibunya dia tanya dulu sama aku.
2 bulan berlalu aku kangen orangtuaku, aku WhatsApp Dion kalau aku mau ke rumah orangtuaku, Aku dibolehin, semua rumah aku kancing Takut ada maling masuk, aku kasihan juga sama bapak mertuaku, dia lelah pulang kerja kalau aku ngga di rumah dia yang kancing dan hidupin semua lampu rumahku, aku kasihan dia pasti lelah, jadi aku kancing sendiri rumahku.
1 Minggu aku di rumah orangtuaku, mereka sangat senang karena cucu pertamanya datang… Karena sudah 1 Minggu jadi aku pulang, 2 hari kemudian tetanggaku bilang, “kemarin rumahmu dikancing semua ya”… “Iya aku kancing, kasian bapak mertua lelah pulang kerja harus mengurus rumahku” “Tapi ibu mertuamu bilang sambil nangis dia kira ngga boleh Dateng ke rumahmu, katanya rumahnya mau diambil lagi” marah aku dengarnya, emang itu rumah mertua yang buat tapi juga ada hasil keringat suamiku.
Aku bilang ke suami karena menurutku ini Masalah besar.. dia marah sama aku, serasa ingin pergi dari rumah.. setelah suamiku pulang dia minta maaf, dia bilang ke ibunya, ternyata dia bener bilang gitu, tapi aku ditemanin sama dion, “ngga apa-apa ini rumah juga ada hasil keringatku, kita hadapi semua masalah bersama, aku akan melindungi aku akan selalu di posisimu…”
Setelah itu dia tau sifat ibunya ke aku jadi dia maklumi, tapi Dia tetap bujuk aku agar maafin semua kesalahannya karena emang dia udah tua jadi sifatnya kembali ke anak anak… Tapi bagi aku luka tak bisa benar benar disembuhkan pasti ada saatnya luka itu muncul kembali di fikiranku… Tapi ngga papa selama Dion dan anakku di sisiku pasti aku kuat.
TAMAT
Cerpen Karangan: Ayuk Pratama Facebook: Ayuk prett Nama: Wahyu Pratama Email : ayukpratama27[-at-]gmail.com Inginku jadi desainer, selain itu aku ingin jadi penulis, agar semua orang bisa menikmati karyaku Terimakasih