“Yo, kayaknya minus kakak kamu nambah, deh?” cerita kak angel yang sedang merapikan kembali penampilan gue. Ya, sebelumnya gue sudah mencoba berdandan, istilah bagi perempuan. Tapi karena gue tidak bisa melihat diri di cermin, jadi, ya, kalian pasti tahu sendiri.
By the way, hari ini gue mau quality time bersama pacar orang, alias pacar kak tiko. Gadis cantik, lembut dan perhatian ini akan menemani gue seharian menggantikan kak tiko yang tiba-tiba waktunya dipakai untuk tugas kuliah yang mendesak. Karena tak enak hati sama gue, kak tiko meminta pacarnya itu buat menemani adiknya jalan-jalan seperti yang dijanjikan olehnya waktu itu. Kalaupun batal tidak jadi masalah sebenarnya, kak tikonya aja yang terlalu berlebihan.
“Nambah?” gue mengulangi pertanyaannya itu. “Iya, kemarin dia salah manggil orang pas lagi ketemuan mau makan di caffe. Padahal, sebelumnya dia masih bisa ngenalin kakak walaupun gak pake kacamata,” jelasnya sambil menyisiri rambut gue. “Udah tahu gak bisa lihat jelas tanpa kacamata, sok-sok’an gak pake kacamata dia,” “Eh, gak boleh gitu sama kakak kamu. Kemarin itu kacamatanya ketinggalan, jadi dia gak pake,” “Enggak mungkin ketinggalan, Kak. Pasti kacamatanya rusak, deh? Pecah atau gak patah,” “Dia bilang, sih, ketinggalan kemarin,” “Bohong dia, Kak, pasti kacamatanya rusak,”
Oh iya, gue lupa menceritakan bahwa kak tiko itu pengguna kacamata. Dia mulai memakai kacamata di usia yang masih sangat dini, kelas 4 sekolah dasar. Dia berkacamata bukan karena genetik, tapi kesalahan dia sendiri yang membiarkan matanya menatap layar gadget setiap hari dan membaca buku (komik) sambil tiduran. Jadi, gue tahu banget bagaimana kakak gue. Tidak mungkin barang seberharga itu bisa ketinggalan yang padahal sedari kecil ia sudah pakai.
Mama sudah berkali-kali memberitahunya untuk tidak melakukan itu. Namun, dia tetap terus melakukan aktivitas tersebut sampai akhirnya indra penglihatannya itu bermasalah. Pokoknya, apapun yang terjadi sama dia itu merupakan kesalahan dia sendiri, dan apapun yang terjadi dengan gue juga merupakan kesalahan dia. Hahahaha.
kak tiko juga pernah tidak mengenali gue seperti yang diceritakan oleh kak angel tadi. Hari itu kacamatanya pecah. Karena malu memakai kacamata yang retak, ia memutuskan untuk tidak memakainya. Kebetulan kita sekeluarga ada makan malam di luar. Mama dan ayah meminta kami lebih dulu datang ke tempat yang akan kami kunjungi.
Setiba di sana, kak tiko langsung ke toilet karena kebelet pipis, sementara gue yang mencari meja. Dia yang tidak tahu gue di meja nomor berapa pun dengan asalnya ikut duduk bersama orang lain, dan dengan pede-nya dia berkata, “mama sama ayah belum datang?” sambil terus memainkan ponselnya.
Orang yang dilontarkan kalimat seperti itu olehnya pun wajahnya dipenuhi tanda tanya. “Mas, kayaknya salah orang, deh?” ucapnya tak lama kemudian. Kak tiko yang mendengar itu langsung melihat ke arahnya sambil menyipitkan kedua matanya. Setelah jelas melihat orang yang di depannya bukan gue, matanya pun terbelalak.
“Maaf, ya, Mas. Saya kira adik saya,” katanya sambil beranjak dari kursi yang tengah ia duduki. “Iya, gak apa-apa, Mas,” balas orang itu sambil tertawa kecil.
Gue pun langsung memanggil dia dengan sedikit teriakkan, “woi, gue di sini!” Gue terawa terbahak-bahak melihat kesialan yang dialami oleh kak tiko. Ia lalu berjalan ke arah gue sambil sesekali menyipitkan kedua matanya untuk memastikan bahwa yang dilihatnya itu benar gue. “Buta banget, sih, lo! Masa adik lo yang ganteng ini disamain sama orang itu?” ucap gue setelah kak tiko sudah duduk satu meja dengan adiknya ini. “Dari gue keluar toilet, gue lihat orang itu kayak elo, Yo, makanya gue samperin. Eh, tahu-tahunya bukan. Habisnya muka semua orang sama, sih,” kak tiko menjelaskan apa yang ia alami itu. “Bukan muka semua orang sama, mata lo-nya aja yang bermasalah!” “Pantes, kok, lo agak gendutan. Hahaha,” “Enak aja! Badan gue six-pack begini dibilang gendut,” “Hahaha,”
Di acara makan malam keluarga kami saat itu, kak tiko kembali membahas keinginannya yang mau melasik matanya. Kalian pasti tahu, kan, lasik itu apa? Ya, menurut KBBI, lasik adalah operasi mata dengan laser untuk membebaskan pasien dari ketergantungan penggunaan kacamata atau lensa kontak.
Selama ini, beberapa tahun terakhir, sih, kak tiko selalu mengeluhkan ke mama capek menggunakan kacamata dengan alasan lensa kacanya yang semakin lama semakin tebal karena minusnya terus bertambah dan sering mengeluarkan uang untuk membeli kaca mata yang baru karena sering rusak juga. Sebenarnya gue yang lebih sering menyebabkan kacamatanya rusak ketika kami sedang marah atau bertengkar. Tapi setelahnya gue langsung meminta maaf dan bahkan sampai menangis-nangis karena sudah berbuat jahat kepada kakak sendiri.
Yang membuat gue menyesal hingga meneteskan air mata adalah kak tiko tidak pernah marah apalagi memukul gue setelah melakukan perbuatan itu padanya. Gue jadi malu sendiri. Gue sendiri juga yang melebeli diri gue sebagai adik durjana yang padahal sebelumya kak tiko berikan pada gue. Ya, tindakan gue memang tidak baik. Gue memang bukan pengguna kacamata, tapi gue tahu dari kak tiko dan teman-teman gue yang menggunakannya, bagaimana rasanya saat kita tidak memakai kacamata. Buat kalian yang matanya masih sehat, tolong dengan sangat dijaga matanya agar tidak bermasalah yang mengharuskan menggunakan kacamata.
“Kemarin kakak kamu kasih ini ke kakak, katanya buat penyamaran kamu,” ucap kak angel sambil memakaikan gue kacamata dan topi. Oh, jadi ini maksudnya. “Udah rapi, deh. Ganteng banget kamu, ya, jadinya,” puji gadis itu. “Percuma, Kak, akunya aja buta gini,” gue pesimis, karena mana ada cewek-cewek yang mau sama cowok buta?” “Eh, kok, ngomong kayak gitu? Kamu pasti bisa melihat lagi, kok. Percaya sama kakak. Udah, yuk, kita berangkat.”
Kak angel lalu membantu gue bangkit dari kursi yang gue duduki tadi dan langsung membawa gue ke tempat yang akan kami kunjungi untuk quality time. Jujur, ini kali pertama gue ngedate sama cewek. Hihihi. Tapi… dengan mata gue yang tidak bisa melihat. Hiks.
Cerpen Karangan: Siti Mariyam Blog / Facebook: Siti Mariyam