Sya yang merupakan fresh graduate tahun ini telah diterima bekerja di PT Santoso Group. Di hari pertamanya bekerja dia dikagetkan dengan seorang bocah berusia 3 tahun yang memanggilnya " Bunda".
" Dunda.. Dunda.. Kendla mau pipis. " seorang bocah laki-laki menarik celana kerjanya saat Sia berdiri di lobi kantor.
Maureen Calisya Putri ( 23 )
Sungguh mengejutkan ternyata bocah yang memanggilku Bunda adalah anak dari pemilik perusahaan tempatku bekerja.
Raditya Diko Santoso ( 30 )
Kamu hanya akan menjadi ibu sambung untuk anakku karena dia menginginkannya.
Bagaimana perjalanan kisah mereka disaat salah satu diantara mereka melanggar perjanjian yang sudah disepakati?
Akankah terus bersama atau memilih untuk berpisah?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anggi Dwi Febriana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Terkejut
" Ada yang kamu sembunyikan ke Mama? " Tanya Mama.
" Tidak. " Sekali lagi aku menjawab dengan sesingkat mungkin.
" Lalu siapa wanita yang Kendra panggil Bunda? "
Ya sekali lagi aku sudah menebaknya jika Mama akan bertanya tentang masalah ini. Sangat tidak mungkin jika Mama melepaskan masalah tentang wanita yang akan menjadi pendampingku. Apalagi Kendra sudah memanggil wanita itu dengan sebutan Bunda.
" Apa yang sudah Kendra katakan kepada Mama? " Bukannya menjawab aku justru balik bertanya kepada Mama.
" Kendra mengatakan jika dia mempunyai Bunda cantik di kantor mu."
" Mama seharusnya paham apa yang dikatakan Kendra. Dia masih anak-anak. Dan seperti yang setiwp Mama beritahukan pada Kendra kalau Bundanya cantik. Mungkin wanita itu cantik menurut Kendra." Aku mencoba menjelaskan kepada Mama tentang pendapatku mengenai Kendra yang memanggilnya Bunda kepada wanita itu, Maureen.
" Tapi sebelumya Kendra tidak pernah memanggil seorang wanita cantik dengan sebutan Bunda." Mama masih tidak percaya dengan kata-kata yang aku ucapkan.
" Terserah Mama saja jika memang Mama percaya dengan ucapan Kendra." Ujarku menjawab dengan santai.
" Benar kamu tidak ada hubungan dengan wanita yang Kendra sebut sebut Bunda itu? " Mama bertanya sekali lagi untuk memperjelas jawabanku.
" Benar Ma, dia hanya karyawan baru di Kantor aku."
" Akhirnya kamu mengatakan siapa wanita itu, Mama tau jika kamu sedang berbohong dengan mengatakan tidak tau mengenai wanita itu." Terdengar Mama tertawa di sebrang telfon.
Ya Tuhan, apa yang sudah aku katakan? Apa aku mengatakan jika aku mengenal wanita Bundanya Kendra? Ooh tidak, masalah ini akan semakin rumit jika Mama sudah ingin mencari tau tentang hal ini.
" Bukan gitu Ma, dia memang karyawan di kantor aku. Karyawan baru di divisi marketing dan dia juga sudah memiliki pacar. Jadi Mama jangan berfikir aneh-aneh." Aku mencoba menghalangi Mama untuk berfikir terlalu jauh.
" Memangnya, Mama akan berfikir seperti apa? " Pertanyaan Mama seakan mencoba untuk mengejekku dengan apa yang telah aku katakan.
" Ma... " Aku hanya bisa berharap Mama tidak akan melakukan tindakan terlalu jauh seperti yang aku katakan.
" Tadi kamu bilang tidak mengenal wanita itu, sekarang kata kamu dia karyawan baru di kantor, ditambah kenapa kamu bisa tah kalau wanita itu sudah memiliki pacar? Apa kamu juga penasaran dengan calon Bundanya Kendra itu? Besok kalau Mama sudah sampai di Jakarta jangan lupa kenalkan wanita itu." Astaga ternyata fikiran Mama lebih jauh dari yang aku bayangan.
Bagaimana mungkin aku mengenalkan Maureen sebagai wanitaku, sedangkan aku dan dia tidak saling mengenal, hanya hubungan sebagai karyawan dan bos saja. Sungguh Mamaku itu satu-satunya wanita yang bisa membuatku sakit kepala dan tidak bisa berkutik.
" Ma, dia bukan calon Bundanya Kendra, Maureen saja baru kerja di perusahaan belum ada satu minggu. Dan juga satu lagi, aku tidak ada hubungan apapun dengan wanita itu. Kita hanya sebatas karyawan dan atasan, tidak lebih. Jadi Mama jangan berharap apapun dengan hubungan ini." Semoga dengan aku berkata seperti ini akan membuat Mama mengertikan aku.
" Ooh, jadi namanya Maureen. Ya sudah Mama tutup dulu telfonnya. Kalau kamu tidak mau mengenalkan dia kepada Mama tidak apa-apa, biar Mama yang ke kantor kamu untuk berkenalan dengan Maureen. Sebenarnya wanita seperti apa yang bisa membuat cucu Mama langsung memanggilnya Bunda. Pasti dia wanita yang cukup istimewa bukan."
Belum sempat aku membalas ucapan Mama, tiba-tiba sambungan telfon sudah diputuskan secara sepihak.
" Astaga Mama, " Aku meremas rambutku sendiri. Sekarang apa yang harus aku lakukan jika Mama sendiri sudah tau nama dia. Kenapa juga aku harus mengatakan namanya dan statusnya sebagai karyawanku di perusahaan.
Entahlah aku tidak mau berfikir mengenai itu, biarlah Mama melakukan sesuka hatinya. Toh ini sudah biasa dia lakukan saat mengenalkan wanita-wanita untuk aku nikahi seperti dulu.
.
.
Sia POV~
Hari ini sangat melelahkan, dengan pekerjaan yang menumpuk seperti jurnal pembukuan untuk akhir bulan yang saat ini menjadi tanggung jawabku dengan nominal mencapai triliunan membuat otakku seperti mendidih.
Dulu saat praktek matkul ekonomi aku hanya menghitung jurnal pembukuan dengan data-data yang tidak sebesar ini, dan saat ini aku harus mengolah keuangan mencapai triliunan. Seperti apa wujud uang triliunan itu, dan seberapa besar ruangan yang dibutuhkan untuk menyimpannya? Lagi-lagi pikiran anehku kembali muncul.
Sudah pukul 7 malam, dan aku belum sempat makan. Aku ingat saat ini dikosanku hanya ada susu dan sereal, tapi itu untuk besok saat aku akan berangkat ke kantor. Lebih cepat dan praktis.
Sepertinya aku harus keluar untuk mencari makan ke warteg dan membeli beberapa susu dan sereal lagi di supermarket untuk persediaan , karena saat ini sereal dan susu yang aku punya hanya tersisa satu porsi untuk besok.
Aku ganti celana tidur pendek dengan celana training panjang, tidak lupa juga jaket. Walaupun Jakarta panas, tapi apa salahnya menggunakan jaket agar tidak terkena angin malam. Kemudian aku keluarkan motor di garasi kosan.
" Pak, saya keluar dulu ya mau cari makan, bapak mau titip sekalian tidak? " Aku bertanya kepada Pak Didin, satpam tempat kosanku tinggal.
" Tidak usah Mbak Sia, saya sudah makan tadi dari Ibu Kos." Jawab Pak Didin.
" Ya sudah, kalau gitu saya keluar dulu ya Pak."
" Iya Mbak, hati-hati. "
Aku langsung mengendarai motorku menuju jalan raya.
Setelah berkeliling cukup lama, aku memutuskan untuk membeli pecel ayam saja, karena aku lihat kedai pecel ayam tersebut tidak sedang ramai. Karena memang masih sore, biasanya disini akan ramai saat menjelang tengah malam.
" Bang, pecel ayam komplit ya." Ujarku pada Abang penjual.
" Siap neng tunggu sebentar ya."
Setelah kurang lebih 10 menit menunggu, pecel ayam pesenanku sudah jadi.
" Ini neng pecel ayamnya,"
" Jadi berapa bang? "
" 20 ribu neng."
Setelah membayar makanan yang di beli langsung saja aku menuju supermarket yang memang dekat dengan tempat penjual pecel ayam ini.
Langsung saja aku mengambil 3 koplak susu coklat dan 2 kotak sereal gandum. Disaat orang lain makan sereal menggunakan susu putih, maka tidak untukku, aku lebih menyukai menyiram serealku dengan susu coklat.
Baru saja aku akan membayar belanjaanku, tiba-tiba seseorang menabrak bahuku sedikit keras hingga susu dan serealku berjatuhan, karena memang aku tidak menggunakan keranjang belanjaan.
" Awhh, kalau jalan liat-liat dong mas, barang-barang saya jadi jatuh semua nih." Aku jongkok untuk mengambil susu dan sereal yang jatuh.
" Maaf, saya tidak sengaja." Laki-laki itu ikut jongkok membantuku.
Saat aku menaikkan kepala ternyata.
" Pak Radit? "
selalu ngalamin itu, karena nama asli saya juga panjang banget 😂
kali ini Lo salah sya, gimana kalau keadaannya di balik?
mengingat sifatnya diawal bagaikan freezer 😂