NovelToon NovelToon
Life After Marriage: My Annoying Husband

Life After Marriage: My Annoying Husband

Status: sedang berlangsung
Genre:Cinta Seiring Waktu / Enemy to Lovers / Cintapertama
Popularitas:46
Nilai: 5
Nama Author: Aluina_

Keira Anindya memiliki rencana hidup yang sempurna. Lulus kuliah, kerja, lalu menikah dengan pria dewasa yang matang dan berwibawa. Namun rencana itu hancur lebur saat ayahnya memaksanya menikah dengan anak rekan bisnisnya demi menyelamatkan perusahaan.
Masalahnya calon suaminya adalah Arkan Zayden. Pria seumuran yang kelakuannya minus, tengil, hobi tebar pesona, dan mulutnya setajam silet. Arkan adalah musuh bebuyutan Keira sejak SMA.

"Heh Singa Betina! Jangan geer ya. Gue nikahin lo cuma biar kartu kredit gue gak dibekukan Papa!"

"Siapa juga yang mau nikah sama Buaya Darat kayak lo!"

Pernikahan yang diawali dengan 'perang dunia' dan kontrak konyol. Namun bagaimana jika di balik sikap usil dan tengil Arkan, ternyata pria itu menyimpan rahasia manis? Akankah Keira luluh atau justru darah tingginya makin kumat?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aluina_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

10

Matahari pagi belum terlalu tinggi ketika Arkan sudah sibuk mematut diri di depan cermin besar di kamarnya. Berbeda dari biasanya yang selalu rapi dengan setelan jas formal, hari ini Arkan mengenakan pakaian kasual yang cukup stylish. Dia memakai kemeja flanel kotak-kotak yang lengan bajunya digulung sesiku, dipadukan dengan celana jin hitam dan sepatu kets putih bersih.

Keira yang baru keluar dari kamar mandi dengan handuk melilit di kepala menatap suaminya dengan penuh curiga. Dia bersandar di ambang pintu sambil melipat tangan di dada.

"Mau ke mana lo rapi amat? Katanya hari ini izin enggak masuk kantor karena mau urus berkas di bank," tanya Keira menyelidik.

Arkan sedikit tersentak. Dia buru-buru menyisir rambutnya dengan jari agar terlihat lebih santai.

"Memang mau ke bank, Ra. Tapi abis itu gue ada janji temu sama klien di kafe. Kliennya anak muda pengusaha start-up, jadi gue harus menyesuaikan gaya biar nyambung obrolannya. Kalau gue pakai jas nanti dikira mau nawarin asuransi," jawab Arkan beralasan. Alasan yang sudah dia susun rapi di kepalanya sejak semalam.

Keira berjalan mendekat. Hidungnya mengendus-endus udara di sekitar Arkan seperti anjing pelacak.

"Wangi banget. Lo mandi pakai parfum ya? Ini wanginya nyengat banget sampai bikin hidung gue gatal," komentar Keira pedas.

"Ini namanya wangi kesuksesan, Ra. Udah ah, gue berangkat dulu. Lo berangkat naik taksi daring aja ya hari ini. Mobil lo kan masih di bengkel gaib itu," kata Arkan sambil mencubit pipi Keira sekilas, lalu buru-buru menyambar kunci mobilnya dan kabur sebelum diinterogasi lebih lanjut.

Sepeninggal Arkan, Keira tidak lantas bersiap ke kantor. Firasatnya mengatakan ada yang tidak beres. Sejak pesan misterius tentang 'tamu kecil' semalam, insting detektif Keira menyala terang benderang. Dia yakin Arkan menyembunyikan sesuatu yang besar.

"Klien anak muda? Cih, gue yakin itu kode buat ketemuan sama cewek," gumam Keira pada pantulan dirinya di cermin.

Keira mengambil ponselnya. Dia tidak memesan taksi untuk ke kantor, melainkan memesan ojek daring. Tujuannya bukan Firma Desain Interior, melainkan mengikuti mobil Arkan. Untungnya, dia sempat melihat aplikasi pelacak GPS yang terhubung dengan mobil Arkan di tablet suaminya yang tertinggal di meja makan. Arkan lupa kalau mereka tinggal di rumah pintar di mana semua perangkat saling terhubung.

"Kena lo, Buaya Darat. Mari kita lihat siapa klien muda yang lo maksud," desis Keira sambil menyeringai licik.

Arkan memacu mobilnya membelah kemacetan Jakarta menuju sebuah kafe privat di kawasan Kemang. Hatinya bergemuruh gelisah. Dia harus bertemu Clara hari ini. Dia harus menyelesaikan kegilaan ini sebelum Clara nekat mendatangi rumahnya lagi atau menemui Keira secara langsung.

Sesampainya di kafe, Arkan memilih meja di sudut paling belakang yang agak tersembunyi oleh pot tanaman hias besar. Dia memesan black coffee tanpa gula, sepahit nasibnya hari ini.

Sepuluh menit kemudian, sosok yang ditunggu datang. Clara terlihat mencolok dengan gaun merah marun pas badan dan kacamata hitam besar ala selebriti papan atas. Dia berjalan melenggok menghampiri meja Arkan, menarik perhatian beberapa pengunjung lain.

"Hai, Arkan. Aku senang akhirnya kamu mau meluangkan waktu buat kita," sapa Clara dengan suara manja yang dibuat-buat. Dia duduk di hadapan Arkan dan meletakkan tas mewahnya di meja.

Arkan menatap Clara dengan dingin. Tidak ada senyum sedikit pun di wajahnya.

"Jangan buang waktu, Clara. Langsung ke intinya. Apa mau lo? Dan apa maksud lo kirim teror ke rumah gue dan kirim pesan ke istri gue?" tembak Arkan langsung.

Clara membuka kacamata hitamnya, memperlihatkan mata yang dirias smokey eyes dramatis. Dia tersenyum miring.

"Wow, santai dong, Sayang. Kamu kelihatan tegang banget. Aku cuma mau ngasih kabar bahagia. Masa punya anak enggak bahagia?"

"Anak?" Arkan tertawa sinis. "Clara, kita putus tiga bulan lalu. Dan lo tahu persis kita enggak pernah melakukan hal sejauh itu. Kita cuma jalan bareng, makan, nonton. Paling jauh cuma pegangan tangan sama cium pipi. Jadi jangan ngarang cerita fiksi ilmiah di sini."

Wajah Clara berubah sendu. Akting memelasnya dimulai. Dia mengeluarkan sapu tangan dari tasnya.

"Kamu lupa malam itu, Arkan? Malam pesta ulang tahun teman kamu di kelab? Kamu mabuk berat. Aku yang antar kamu pulang ke apartemen. Dan di sanalah kejadian itu terjadi. Kamu mungkin lupa karena pengaruh alkohol, tapi aku ingat semuanya. Dan sekarang ada buktinya," Clara menyodorkan sebuah amplop putih ke atas meja.

Arkan menatap amplop itu dengan jijik. Dia tidak menyentuhnya.

"Gue enggak pernah mabuk sampai hilang ingatan, Clara. Gue sadar seratus persen waktu itu. Gue ingat lo antar gue, terus gue usir lo pulang karena lo coba-coba nyium gue. Itu faktanya," bantah Arkan tegas.

"Kamu jahat, Arkan! Kamu mau lari dari tanggung jawab karena kamu sudah nikah sama perempuan kampung itu? Siapa namanya? Keira? Apa bagusnya dia dibanding aku?" suara Clara mulai meninggi, memancing perhatian pelayan kafe.

"Jaga mulut lo. Keira bukan perempuan kampung. Dia istri sah gue. Dan dia jauh lebih berkelas daripada lo yang halu kayak gini," Arkan membela istrinya dengan nada tinggi.

Sementara itu, di balik pot tanaman besar yang memisahkan area smoking dan non-smoking, seorang wanita dengan jaket hoodie kebesaran dan topi hitam sedang mengintip. Itu Keira.

Dia sampai di kafe itu sepuluh menit setelah Arkan. Dengan kemampuan menyamar seadanya, dia berhasil masuk dan duduk di meja yang cukup strategis untuk mengamati, meski tidak bisa mendengar percakapan mereka dengan jelas karena suara musik kafe yang cukup kencang.

Hati Keira mencelos saat melihat siapa wanita yang duduk bersama Arkan. Benar dugaannya. Clara. Mantan pacar Arkan yang datang ke resepsi waktu itu. Wanita yang mengaku sebagai teman lama.

Keira melihat Clara menyodorkan amplop. Dia melihat Arkan tampak emosi. Lalu dia melihat Clara mulai menangis. Bahu wanita itu berguncang hebat. Tangan Clara terulur mencoba meraih tangan Arkan di atas meja.

Arkan menepisnya kasar.

"Gue enggak butuh drama lo, Clara. Kalau lo emang hamil, kita tes DNA begitu anak itu lahir. Kalau terbukti itu bukan anak gue, gue bakal tuntut lo atas pencemaran nama baik dan pemerasan. Dan gue pastikan lo membusuk di penjara," ancam Arkan tajam.

Clara terdiam mendengar ancaman itu. Dia tidak menyangka Arkan akan sekeras ini. Biasanya Arkan selalu mengalah pada wanita.

"Oke, kalau itu mau kamu. Tapi jangan salahkan aku kalau besok pagi berita tentang CEO Zayden Group yang menghamili mantan pacarnya lalu menikah dengan wanita lain jadi headline di semua media gosip. Saham perusahaan papamu pasti bakal terjun bebas," balas Clara dengan senyum licik. Air matanya kering seketika.

Arkan mengepalkan tangannya kuat-kuat di bawah meja. Dia ingin sekali melempar kopi panas di depannya ke wajah Clara, tetapi dia masih punya akal sehat.

"Lo ngancem gue?"

"Aku cuma negosiasi, Arkan. Aku mau kamu ceraikan Keira dan nikah sama aku. Itu aja. Simpel kan?" tawar Clara enteng.

"Dalam mimpi lo," Arkan berdiri kasar, membuat kursi berderit nyaring. "Jangan pernah mimpi gue bakal ninggalin Keira demi wanita ular kayak lo. Silakan lo sebar gosip itu. Gue punya tim pengacara terbaik yang siap ngelawan lo."

Arkan mengambil dompetnya, melempar beberapa lembar uang ratusan ribu ke meja untuk membayar kopi yang tidak diminumnya, lalu berbalik pergi meninggalkan Clara yang menatapnya dengan kemarahan membara.

Keira yang melihat Arkan berdiri buru-buru menundukkan kepalanya, berpura-pura sibuk membaca buku menu. Jantungnya berdegup kencang. Dia melihat wajah Arkan yang merah padam menahan amarah saat melewati mejanya. Untungnya Arkan terlalu emosi untuk menyadari keberadaan istrinya di sana.

Setelah Arkan keluar dari kafe, Keira kembali menatap Clara. Wanita itu sedang merias wajahnya kembali dengan tenang, seolah tidak baru saja terlibat pertengkaran hebat. Clara tersenyum miring sambil menatap amplop di meja.

Keira merasa darahnya mendidih. Dia tidak tahu apa isi amplop itu, tetapi intuisinya mengatakan itu adalah sumber masalah. Keira ingin sekali mendatangi Clara dan menjambak rambut indahnya itu, tetapi dia menahannya. Dia harus bermain cerdas. Dia tidak boleh gegabah.

Keira mengeluarkan ponselnya dan memotret Clara diam-diam sebagai barang bukti.

"Tunggu aja tanggal mainnya, Mbak Ular. Lo salah cari lawan," gumam Keira pelan.

Keira memutuskan untuk pulang lebih dulu sebelum Arkan sampai di rumah. Dia harus berpura-pura tidak tahu apa-apa. Dia ingin melihat seberapa pandai suaminya itu berbohong nanti malam.

Malam harinya, Arkan pulang dengan wajah lelah. Dia menemukan Keira sedang duduk santai di ruang tamu sambil menonton acara kuis keluarga. Di meja terhidang teh hangat dan pisang goreng. Suasana yang sangat kontras dengan medan perang yang baru saja dia hadapi.

"Hai, Mas Suami. Udah pulang? Gimana meeting sama klien mudanya? Lancar?" sapa Keira dengan senyum manis yang menyimpan seribu jarum.

Arkan duduk di sebelah Keira dan melonggarkan kerahnya. Dia merasa bersalah setiap kali melihat wajah tulus Keira.

"Lancar, Ra. Cuma agak alot negosiasinya. Biasalah anak muda, maunya banyak tapi modalnya dikit," dusta Arkan lagi.

Keira mengangguk-angguk paham. "Oh gitu. Kliennya cowok apa cewek?"

"Cowok kok. Namanya... Doni. Iya, Doni," jawab Arkan cepat.

"Doni ya? Ganteng enggak? Rambutnya panjang atau pendek?" pancing Keira. Dia ingat betul rambut Clara panjang bergelombang.

"Pendek lah, Ra. Namanya juga cowok. Masa gondrong kayak bintang rock," Arkan tertawa garing.

Keira ikut tertawa. Tawa yang terdengar sangat menyeramkan di telinga Arkan.

"Arkan," panggil Keira lembut. Dia menggeser duduknya agar lebih dekat dengan suaminya. Tangannya merayap naik ke bahu Arkan, lalu memijatnya pelan.

"Ehm, iya Ra? Tumben mijitin. Ada maunya ya?" tanya Arkan gugup. Pijatan Keira enak tapi aura di sekitarnya terasa mencekam.

"Gue cuma mau bilang. Gue paling benci sama pembohong. Dulu waktu kecil gue punya temen yang suka bohong. Terus gue kasih dia makan sambel satu toples sampai dia nangis darah. Lucu kan?" cerita Keira dengan nada dongeng sebelum tidur.

Arkan menelan ludah. Bulu kuduknya meremang.

"I-iya lucu banget. Sadis juga lo ya waktu kecil," komentar Arkan terbata.

Keira mendekatkan wajahnya ke telinga Arkan. "Jadi, kalau suami gue bohong, kira-kira enaknya dikasih makan apa ya, Arkan? Apa dikasih makan janji manis? Atau dikasih makan fakta pahit?"

Arkan terdiam kaku. Dia merasa Keira tahu sesuatu.

"Gue mandi dulu ya. Gerah banget hari ini. Jakarta panasnya kayak neraka bocor," Arkan berdiri mendadak, melepaskan diri dari pijatan maut Keira. Dia setengah berlari menuju tangga.

Keira menatap punggung suaminya yang menjauh. Senyum di wajahnya menghilang seketika. Matanya berkaca-kaca menahan kecewa.

"Lo bohong lagi, Arkan. Lo bilang klien cowok namanya Doni. Padahal gue liat jelas lo sama Clara," lirih Keira.

Keira mengambil bantal sofa dan memeluknya erat. Hatinya sakit. Bukan karena cemburu buta, tetapi karena dikhianati kepercayaannya. Dia sudah mulai membuka hati untuk Arkan, sudah mulai nyaman dengan keberadaan pria tengil itu. Namun ternyata Arkan masih menyimpan rahasia besar bersama mantan kekasihnya.

"Oke, Arkan. Kalau lo mau main rahasia-rahasiaan, kita main. Gue bakal cari tahu sendiri apa isi amplop itu. Dan kalau ternyata itu surat cinta atau bukti perselingkuhan lo, gue pastikan lo bakal nyesel seumur hidup," sumpah Keira dalam hati.

Di kamar mandi lantai atas, Arkan berdiri di bawah guyuran shower. Air dingin membasahi kepalanya yang terasa mau pecah. Dia terjebak. Maju kena, mundur kena. Jika dia cerita, Keira akan terluka. Jika dia diam, Keira akan curiga.

"Sialan lo, Clara. Sialan!" teriak Arkan frustrasi, suaranya teredam oleh suara gemericik air.

Perang dingin di rumah tangga Zayden resmi dimulai malam ini. Tidak ada lagi piring terbang atau teriakan heboh, yang ada hanyalah senyum palsu dan tatapan penuh selidik. Dan itu jauh lebih menakutkan daripada perang dunia mana pun.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!