Awalnya kupikir Roni adalah tipikal suami yang baik, romantis, lembut, dan bertanggung jawab, namun di hari pertama pernikahan kami, aku melihat ada yang aneh dari diri Suamiku itu, tapi aku sendiri tidak berani untuk menduga-duga sebenarnya apa yang tersembunyi di balik semua keromantisan suamiku itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dewi tan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ke Tempat Edi
Mas Roni nampak buru-buru berangkat ke toko, padahal dia makan baru beberapa suap saja, setelah aku selesai membuatkan nasi goreng.
Sarapan Mas Roni masih tersisa banyak di piring, padahal biasanya dia selalu menghabiskan makanannya.
Aku berpikir apakah makananku tidak enak, tapi saat aku mencoba masakanku sendiri, rasanya tidak mengecewakan kok.
“Pokoknya nanti Mas akan pulang sore sebelum magrib!” kata Mas Roni sambil mengenakan helmnya.
“Iya Mas!” sahutku menganggukan kepalaku.
Setelah Mas Roni pergi, aku segera bersiap-siap untuk keluar, aku sepertinya memang harus ke rumah Edi, adiknya Mas Roni.
Tidak sulit untuk mencari rumah Edi, karena Edi memiliki sebuah bengkel kecil tepat di pertigaan pasar Senen.
Cuma ada satu bengkel di pertigaan itu, bengkel milik Edi, dan rumah Edi berada persis di belakang Bengkel.
Aku tau itu saat hari pernikahanku, aku berkenalan dengan Edi, dan dia mengatakan di mana dia tinggal dan usaha, dan Edi adalah keluarga Mas Roni satu-satunya yang datang di acara pernikahan kami.
Tak lama kemudian, ojek online yang aku pesan sudah datang di depan rumah, aku buru-buru mengunci pintu dan kemudian langsung naik ke atas ojek lalu langsung menuju tempat kediaman Edi.
Sekitar setengah jam lebih perjalanan, akhirnya aku sampai juga di pertigaan Pasar Senen, aku pun segera turun dari ojek online, sengaja aku tidak turun tepat di depan bengkel Edi, aku takut mereka langsung kaget ketika melihat aku datang.
Setelah membayar ojek online, aku pun berjalan kaki menyeberang menuju ke bengkel Edi yang sudah terlihat plang namanya, ternyata bengkel milik Edi itu tidak terlalu kecil, lumayan besar dan kelihatannya ramai karena tempatnya sangat strategis.
Di depan bengkel itu ada beberapa orang yang sedang memperbaiki beberapa sepeda motor, aku kemudian langsung masuk ke dalam bengkel itu, yang terlihat begitu semrawut, karena banyaknya barang-barang yang tak beraturan, maklum namanya saja bengkel.
Seorang wanita muda terlihat berjalan mendekatiku, mungkin dia heran melihatku yang datang tanpa sepeda motor, karena biasanya yang datang ke bengkel itu kalau bukan karena ban bocor, motor rusak, atau servis, tapi aku hanya berjalan kaki masuk ke dalam bengkel ini.
“Ada yang bisa saya bantu mbak, mau cari siapa ya?" tanya wanita muda itu, sebelumnya aku tidak pernah melihat wanita ini, tapi feelingku mengatakan kalau wanita ini adalah istrinya Edi.
“Apa benar ini bengkelnya Mas Edi?” Tanyaku to the point.
“Benar Mbak, Edi itu suami saya, ada keperluan apa ya Mbaknya mencari suami saya?" tanya wanita itu yang kini matanya menyelidiki seperti menaruh curiga.
Wajar saja dia curiga padaku, Aku adalah seorang wanita yang mencari suaminya, pikirannya pasti sudah travelling ke mana-mana.
“Kenalin Mbak, saya Fani, Saya istrinya Mas Roni, Abangnya Mas Edi!" ucapku sambil mengulurkan tanganku.
Dia tersenyum sambil membalas jabatan tanganku, wajahnya terlihat lega setelah aku memperkenalkan diri.
“Oh Mbak Fani, saya Diah Mbak istrinya Bang Edi, Ayo masuk dulu, kita ke rumah aja yuk ngobrol, di sini berantakan!“ sahut Diah sambil menarik tanganku melewati beberapa orang ke arah belakang rumah yang merupakan tempat tinggalnya.
“Bang Edi! Ini ada tamu Bang, istrinya bang Roni!“ teriak Diah ketika kami sudah masuk ke dalam rumahnya.
Seorang laki-laki muncul dari dalam kamar dan dia sangat terkejut saat melihat aku datang dan sudah ada di ruang tamu rumahnya itu, laki-laki itu adalah Edi adiknya Mas Roni.
“Mbak Fani? Tumben datang ke sini? Bang Roni mana?“ tanya Edi sambil celingukan dan kemudian dia duduk di hadapanku.
“Aku datang sendiri, Mas Roni Kan ada di toko, Aku sengaja main ke sini karena mau kenalan dan ngobrol sama istri kamu!“ jawabku.
"Oh, aku kira ada apa, pantas saja kok tumben main ke sini!“ ujar Edi.
Tak lama kemudian Diah nampak berjalan dari arah belakang membawa sebuah nampan yang di atasnya ada tiga gelas es teh manis dan satu piring cemilan.
“Ayo diminum dulu mbak, pasti haus kan, maaf yang waktu bang Roni menikah aku tidak sempat datang, ya Maklum saja masih pusing pusingnya, ini bawaan bayi!“ kata Diah sambil meletakkan nampan itu di atas meja tamu.
Aku memperhatikan perut Diah memang agak membuncit, memang sepertinya dia sedang hamil.
"Ya sudah kalian ngobrol saja dulu di sini, Aku mau lihat bengkel dulu, kelihatannya udah mulai rame tuh!” pamit Edi yang kemudian langsung berdiri dan melangkah menuju ke bengkelnya, yang ada di depan rumahnya itu.
“Diah itu bengkel sudah lama ya, sudah banyak pelanggan dong!“ kataku memulai pembicaraan, Diah duduk di hadapanku sambil mengelus perutnya yang membukit itu.
"Iya mbak, bengkelnya Bang Edi memang sudah lama, dari sejak Bang Edi remaja dia sudah merintis usaha bengkel sih, Makanya pas nikah dia mengajak aku tinggal di sini supaya lebih dekat dengan tempat usahanya, yah meskipun agak semrawut begini!“ ungkap Diah.
Aku manggut-manggut tanda mengerti, meskipun usahanya terlihat semrawut dan kecil, tapi sepertinya putarannya bagus karena kelihatan pelanggannya sudah banyak.
“Oh ya Diah, kalian kenapa tidak main-main ke rumah kami? Bukannya kata Mas Roni Kalian sering main ke rumah dulu waktu sebelum kami menikah?" tanyaku.
“Duh Bukannya tidak mau main ya mbak, Bang Edi itu kalau aku ajak ke sana, ya biar dekat dengan saudara, tapi dia selalu beralasan sibuk!“ jawab Diah.
“Memangnya kapan terakhir Kalian main ke rumah Mas Roni?" tanyaku yang mulai menyelidiki.
“Waduh sudah lama sekali Mbak, itu waktu kami baru menikah 1 bulan, ya mungkin kira-kira sekitar 6 bulan yang lalu, itu juga cuma sebentar Paling cuma 2 jam, waktu itu Bang Edi mengembalikan uang yang dia pinjam sama Bang Roni!" Jawab Diah.
Aku tertegun mendengar jawaban Diah, mereka hanya satu kali datang ke rumah Mas Roni dan itu pun hanya sebentar, hanya 2 jam tidak lebih, tapi mengapa Mas Roni mengatakan kalau mereka pernah menginap?
Itu berarti pakaian yang aku lihat di lemari Mas Roni itu bukan milik Diah, bisa jadi pakaian itu milik orang lain.
Entah kenapa hatiku menjadi gundah Gulana, tapi aku pun tidak bisa langsung berterus terang pada Diah yang baru aku kenal ini, aku harus menyimpan semuanya di dalam hati, biar pelan-pelan aku mengetahui kebenarannya.
“Mbak Fani kenapa? Kok tiba-tiba diam, wajahnya juga kelihatan pucat?" tanya Diah sambil memperhatikan aku yang masih duduk tertegun, karena sempat kaget mendengar jawaban dari mulutnya itu.
"Ah tidak apa-apa, mungkin aku cuma lelah saja, oh ya waktu kalian ke rumah Mas Roni Apakah kamu meninggalkan barang atau ada sesuatu yang ketinggalan gitu?" tanyaku lagi.
Aku benar-benar penasaran, apakah mungkin Mas Roni tega membohongi aku seperti itu.
“Ya ampun Mbak, boro-boro ada barang yang ketinggalan, orang kami datang ke sana tidak membawa apapun, cuma mampir Mbak, dan itu pun cuma sebentar!“ jawab Diah meyakinkan.
Aku mengangguk-ngangguk, ya benar mereka hanya datang sebentar, Jojo juga pernah bilang kalau Edi dan istrinya hanya datang satu kali, hanya saja aku yang kurang percaya, sekarang aku yakin Mas Roni telah berbohong padaku.
Entah apa maksud dan tujuan dia membohongiku tapi aku harus menyelidiki semuanya.
Bersambung ….