BERAWAL DARI SALAH KIRIM NOMOR, BERAKHIR DI PELAMINAN?!
Demi tes kesetiaan pacar sahabatnya, Dara (22) nekat kirim foto seksi sambil ngajak "kawin". Sayangnya, nomor yang dia goda itu BUKAN nomor pacar sahabatnya, tapi Antonio (32), Oom-nya Acha yang dingin, mapan, tapi... diam-diam sudah lama suka sama Dara!
Dara kabur ke pelosok desa, tapi Nio justru mengejar. Dara mencoba membatalkan, tapi Nio justru malah semakin serius.
Mampukah Dara menolak Om-om yang terlalu tampan, terlalu dewasa, dan terlalu bucin karena salah chat darinya ini?
Novel komedi tentang cinta yang beda usia 10 tahun. Yuk, gas dibaca. Biar tahu keseruan hidup Dara-Nio yang serba gedabak-gedebuk ini 🤭
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ame_Rain, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 8. Kartu Terakhir
Sepupu Dara merasa tak percaya.
"Enggak mungkin. Masa orang yang seperti itu bisa suka sama orang biasa?" katanya.
Saking tak percayanya, dia sampai mengambil ponsel miliknya dan segera mengetikkan nama Antonio Wijaya di kolom pencarian. Tak lama, mesin pencarian itu menunjukkan hasilnya. Wajah Nio terpampang jelas saat sedang tersenyum ke arah wartawan yang memotretnya.
Sepupu Dara itu mengangkat ponselnya, seolah membandingkan wajah yang ada di foto dengan pria di hadapannya.
"Gila. Mukanya beneran sama." gumamnya.
Nio terkekeh pelan.
"Seperti yang sudah saya katakan, saya memang Antonio Wijaya. CEO dari Wijaya Group." katanya.
Anggota keluarga Dara merasa syok melihat foto yang ada di mesin pencarian itu. Apalagi, saat membaca judul-judul pada setiap artikel yang memamerkan kesuksesan Wijaya Group. Aroma tumpukan uang tercium jelas hanya degan membaca itu.
"Ta-Tapi, bagaimana bisa orang yang seperti itu tiba-tiba suka pada Dara yang dari keluarga biasa-biasa saja ini?" tanyanya lagi.
Nio tersenyum lembut mendengar pertanyaan itu. Tiba-tiba, katanya? Padahal kenyataannya Antonio Wijaya sudah menyukai gadis itu secara diam-diam sejak lama. Hanya saja, memang baru kali ini dia berani mengambil langkah, sebab Dara sendiri yang memberinya lampu hijau.
Bima yang berdiri disebelahnya merasa merinding. Dia tidak pernah melihat bosnya tersenyum lembut seperti itu. Tidak sekalipun. Apa cinta memang sedahsyat itu?
Tapi, Bima tidak mengerti. Sejak kapan bosnya jatuh cinta pada gadis itu?
Karena dengan melihat sikapnya yang begini, Bima sangat yakin bahwa tak mungkin jika bosnya baru mencintai Dara selama sehari dua hari.
"Cinta tidak butuh alasan." jawab Nio dengan singkat, jelas, dan padat.
Kali ini, Bima benar-benar merinding. Sangat, sangat merinding. Buku kuduknya bahkan sudah berdiri.
'Berasa seperti melihat kisah yeen dan CEO yang ramai dibahas di tiktok itu, deh...' batin Bima.
Berbeda dengan Bima, seluruh keluarga Dara justru merasa senang. Mereka tak menyangka bahwa anak, keponakan, cucu, atau sepupu mereka bisa dicintai oleh orang sehebat Antonio Wijaya. Strata sosial mereka jadi ikutan naik jika menjadi satu keluarga dengan Nio, kan? Ini jelas keuntungan besar bagi mereka semua.
"Jadi, sekarang Pak Nio maunya bagaimana?" Papanya Dara bertanya.
Nio kembali menatap calon mertuanya.
"Karena usia saya sudah matang, dan Dara juga meminta agar kami segera menikah, saya rasa tidak ada alasan untuk mengulur-ulur waktu, kan?" tanya Nio.
Semua keluarga mengangguk. Kalau memang kedua calon mempelai sudah setuju, yah... ya sudah. Mereka tidak akan melarang. Lagipula kesempatan untuk menjalin hubungan kekeluargaan dengan Nio juga tidak boleh disia-siakan.
"Tapi, bagaimana dengan keluargamu? Apa mereka setuju?" tanya Mamanya Dara, memastikan.
Nio mengangguk.
"Mereka setuju. Sebenarnya mereka juga ingin datang bersama saya untuk melamar. Tapi, karena tiba-tiba lokasinya diubah kesini, mereka jadi tidak bisa ikut. Mereka menitip salam saja untuk seluruh keluarga Dara disini." jawab Nio dengan mulus.
Lagi, keluarga Dara merasa lega. Jika Dara memang diterima dengan baik oleh keluarga Nio, tentu saja itu artinya tidak ada lagi yang perlu dikhawatirkan.
"Eh, kita sudah bahas panjang lebar dari tadi, tapi si calon mempelai wanitanya belum juga muncul. Bagaimana kalau Dara dipanggil kesini?" usul sepupunya Dara.
"Oh, benar-benar. Biar saya yang panggilkan."
Papanya Dara segera beranjak menuju kamar yang paling belakang, kamar tempat putrinya bersembunyi. Langkahnya terasa ringan. Dara yang berdiri di belakang pintu sambil menempelkan telinga jadi agak terhuyung saat tiba-tiba pintu itu dibuka.
"Sudah, Pa? Orang gila itu sudah diusir?" tanya Dara.
Dia benar-benar tidak bisa mendengar apapun selain kasak dan kusuk yang tak jelas.
Papa Dara tersenyum melihat putrinya.
"Hmm, sekarang kamu boleh keluar. Yang lain udah nungguin di depan." jawabnya.
Dara pun bersorak dengan senang. Akhirnya, AKHIRNYA pria itu diusir juga. Dia jadi tidak perlu merasa khawatir karena Oomnya Acha harusnya paham bahwa dia tidak bisa memaksanya menikah. Toh Papa dan Oomnya Dara sudah mengusirnya, kan?
"Makasih, Papa. Love you!" kata Dara, mengecup pipi Papanya kanan dan kiri.
Dia pun keluar dari dalam kamar dengan riang gembira. Rasa pusing dan mualnya seketika menghilang. Sepertinya selain mabuk perjalanan kondisi buruknya sebelumnya juga dikarenakan tekanan mental. Dan sekarang, semuanya hilang setelah dia tak lagi memikirkan masalah Oomnya Acha tersebut.
Tanpa dia sadari, Papanya yang berjalan dibelakangnya kini sedang menyengir lebar.
"Halo, semuanya. Udah nungguin la---"
Ucapan Dara terhenti seketika. Matanya melotot, rahangnya jatuh saat melihat sosok pria yang kini tengah duduk dengan nyaman ditengah-tengah keluarganya. Senyumnya begitu lebar saat dia menatap Dara.
"Halo, Sayang. Akhirnya kamu keluar juga. Saya datang untuk menepati permintaan kamu." katanya.
Demi apapun, Dara rasanya ingin segera menggaruk-garuk tembok.
'Ah, Achaaaaa! Ini gimana dong, ah!' gerutunya dalam hati.
Satu tepukan lembut di bahunya membuatnya menoleh. Papanya tersenyum.
"Kok enggak bilang kalau kamu punya pacar? Mau kasih kejutan buat kami, ya?" tanyanya.
Dara menatap Papanya dengan nelangsa.
'Jangankan Papa. Gue juga terkejut ini mah, hiks.' batinnya lagi.
Dara menatap pada kotak-kotak di dekat meja, sepertinya itu semua adalah hadiah yang pria itu bawa. Duh! kok malah jadi begini, sih?! Padahal awalnya dia hanya berniat menolong, tapi sekarang malah dia sendiri yang jadi korbannya.
"Om, Oom ini Oomnya Acha, kan?" tanya Dara.
Nio mengangguk.
"Ya, kenapa?" tanyanya.
Dara menarik napas panjang. Sepertinya, dia memang harus menjelaskan semuanya.
"Sebenarnya, ini semua cuma kesalahpahaman, Om. Gue--- maksudnya saya, saya ini sebenarnya cuma mau bantuin Acha doang, buat ngetes kesetiaan pacarnya. Tapi Acha salah kirim nomor. Makanya yang saya chat malah jadi Oom." katanya.
Antonio terdiam. Dia tak terlihat terkejut, lebih seperti berusaha memahami maksud perkataan Dara.
"Jadi, maksudnya kamu enggak benar-benar mengajak saya menikah?" tanyanya.
Dara mengangguk lagi.
"Benar, Om. Saya enggak---"
"Tapi kenapa kamu kirim foto seksi kamu ke saya?" tanyanya.
Nio mengangkat ponselnya, menunjukkan foto seksi Dara yang menunjukkan dari bagian dada hingga ke paha. Dara syok, seluruh keluarga kini melihat kebinalannya.
"DARA?!?!?!"
Ibunya berteriak, menambah gedebak-gedebuk ritme jantung gadis itu yang sejak sebelumnya sudah tak normal.
***
Waduh, kartunya Dara dibongkar Om Nio 🙈
Tapi ada yang gini juga enggak, sih? keliatan polos didepan keluarga, tapi kalau diluar... ulala~
Jangan ya kakak-kakak, jangan 😂
Okelah, sampai jumpa lagi besok. Karena tiap hari up nya 2 bab, ya.
See you~
Acha bakal punya adekkk🤣
ayook, antonio gpl kejar target, biar cpt dapet dollar..
btw, Dar kuatin punggung lu aja ya, pria umur segitu masih ke itung muda. 🤣