NovelToon NovelToon
Amorfati

Amorfati

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Balas Dendam / Keluarga / Trauma masa lalu / Tamat
Popularitas:368
Nilai: 5
Nama Author: Kim Varesta

Amorfati sebuah kisah tragis tentang takdir, balas dendam, dan pengorbanan jiwa

Valora dihancurkan oleh orang yang seharusnya menjadi keluarga. Dinodai oleh sepupunya sendiri, kehilangan bayinya yang baru lahir karena ilmu hitam dari ibu sang pelaku. Namun dari reruntuhan luka, ia tidak hanya bertahan—ia berubah. Valora bersekutu dengan keluarganya dan keluarga kekasihnya untuk merencanakan pembalasan yang tak hanya berdarah, tapi juga melibatkan kekuatan gaib yang jauh lebih dalam dari dendam

Namun kenyataan lebih mengerikan terungkap jiwa sang anak tidak mati, melainkan dikurung oleh kekuatan hitam. Valora, yang menyimpan dua jiwa dalam tubuhnya, bertemu dengan seorang wanita yang kehilangan jiwanya akibat kecemburuan saudari kandungnya

Kini Valora tak lagi ada. Ia menjadi Kiran dan Auliandra. Dalam tubuh dan takdir yang baru, mereka harus menghadapi kekuata hitam yang belum berakhir, di dunia di mana cinta, kebencian, dan pengorbanan menyatu dalam bayangan takdir bernama Amorfati

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kim Varesta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

10. Sama Tapi Berbeda

🦋

Cahaya matahari menampar kelopak mata Gavriel. Dengan suara serak, ia menggerutu.

"Siapa buka jendela kamarku?"

"Aku, Mas."

Seketika, jantungnya melonjak. Di sofa dekat pintu, berdiri Valora, rambutnya basah, dress peach membalut tubuhnya, dan di tangannya… novel Luka yang Kupeluk.

"Sa… sayang…"

Valora tersenyum tipis. "Ini sudah siang. Ayo bangun."

Ia menyerahkan secangkir teh hangat. Gavriel, masih terpaku, hanya menerima dan meminumnya setengah. Tidak ada satu kata pun yang cukup untuk menggambarkan rasa rindunya.

"Sayang, bukannya kamu..."

"Aku sudah siapkan sarapan," potong Valora, menuntunnya ke meja makan.

Nasi goreng pedas manis dengan telur ceplok dan taburan nori. Setiap suapan membawa Gavriel pulang ke masa-masa bahagia mereka.

"Kau tidak makan?" tanyanya.

"Aku sudah kenyang… tadi minum susu," jawab Valora sambil tersenyum manis.

"Susu saja tidak cukup, setelah ini makanlah roti atau nasi agar perutmu tidak sakit..."

Kalimatnya terhenti. Matahari siang yang menyinari mereka mendadak padam. Sekeliling berubah menjadi malam gelap gulita.

Gavriel terperanjat. Ia tahu, Valora benci kegelapan. Ia bergegas menyalakan lampu… tapi Valora menghilang. Panik, ia mencari di setiap sudut rumah.

"SAYANG!"

"VALORA SAYANG, KAMU DIMANA!"

Akhirnya, ia menemukan Valora di dapur, sedang memotong buah apel dengan senyum samar.

Ia memeluk Valora erat.

"Jangan tinggalkan aku lagi."

Namun pelukan itu terasa… aneh. Tubuh Valora dingin. Saat Gavriel menoleh, darah mengalir dari tubuhnya.

Tiba-tiba mereka bukan lagi di dapur, melainkan di bawah hujan deras, di depan gedung AS Grup, tempat Valora terakhir menghembuskan napas.

Valora membuka mata, tangannya menyentuh pipi Gavriel.

"T…tolong… cari… dia…"

Ia menunjuk ke arah dua sosok samar, wanita bergaun merah dan pria bertopi hitam, sebelum tubuhnya lenyap, meninggalkan Gavriel sendirian, basah kuyup, di tengah keheningan.

Saat Gavriel kembali menatap kebawah ia tidak menemukan Valora lagi. Hanya ada dirinya saja di sana, hening dan sunyi tanpa adanya air hujan namun badannya basah kuyup. Gavriel kebingungan dengan apa yang terjadi, apa ini semua hanya ilusi?

"VALORA!!" Teriak Gavriel mencari-cari Valora namun tidak menemukannya

Miss Ki muncul, memegang payung hitam. "Kau tak akan menemukannya kalau terus menutup mata."

Gavriel menghentak bahunya.

"Katakan apa yang kau tahu!"

Tubuh Miss Ki sedingin es. Sebelum ia sempat bertanya lagi

PLAK!

Gavriel terbangun. Di hadapannya berdiri seorang wanita dengan dress navy selutut, rambut terurai, dan mata setajam pisau, Auliandra.

"Cantik…" lirihnya tanpa sadar.

PLAK!

"Sakit, setan!" teriak Gavriel.

Auliandra berdiri dengan kaki disilangkan, menatap Gavriel yang masih terkejut setengah sadar. Dress navy membingkai siluetnya, bibirnya merah ranum, namun tatapannya menusuk.

"Bangun. Kita harus pergi."

"Kenapa kau ada di kamarku?" Gavriel mengusap pipi yang masih panas karena dua tamparan tadi.

"Kau akan ikut denganku, dan kau tidak punya pilihan." tegas Auliandra bangun dari duduknya dan berjalan ke lemari baju Gavriel untuk menyiapkan baju

"Jangan sentuh barangku" geram Gavriel karna ia tidak suka barangnya disentuh oleh wanita lain kecuali Valora.

Walaupun wajah Auliandra dan Valora sama tapi mereka orang yang berbeda. Terlihat jelas dengan sikap Auliandra yang agresif, pemaksa, pengancam dan melakukan apa yang ia inginkan berbeda dengan Valora yang lebih banyak diam dan berfikir dulu sebelum bertindak.

"Oh... oke" Auliandra tidak jadi menyiapkan baju untuk Gavriel dan ia memilih untuk duduk di sofa yang ada di kamar Gavriel.

Gavriel mengerutkan kening, namun tatapannya jatuh pada sepiring nasi goreng telur ceplok dengan taburan nori di meja. Masih mengepulkan uap.

"Nyonya Shara bilang kau selalu sarapan seperti itu. Aku minta Nira memesankannya," jelas Auliandra, suaranya tenang, terlalu tenang.

"Tak perlu repot-repot," gumam Gavriel, lalu berjalan masuk ke kamar mandi. Valora-lah yang biasa menyiapkan itu… bukan dia.

*Di mobil*

Keheningan menyelimuti. Auliandra sibuk di tabnya, Gavriel di ponselnya. Satu jam berlalu tanpa satu kata pun.

Satu jam berlalu begitu saja tanpa interaksi atau pembicaraan apapun. Auliandra turun lebih dulu sedangkan Gavriel menyusul dan berdiri disamping Auliandra.

Saat mobil berhenti, Nira sudah menunggu.

"Nona, ini berkas yang harus ditandatangani."

Auliandra mengambil pulpen, menandatangani tanpa membaca, lalu mengembalikan.

Gavriel menatapnya curiga.

"Kau tak cek isinya?"

"Nira sekretaris sekaligus orang kepercayaan ku, Nita selalu memeriksa semua berkas sebelum sampai padaku," jawabnya sambil melangkah.

"Bagaimana jika dia berkhianat?"

Auliandra berhenti. Mata hitamnya menusuk.

"Dia tidak akan berkhianat. Kalau iya… seluruh keluarganya akan habis."

Gavriel diam. Kata-kata itu dingin, tanpa ragu, seolah nyawa orang hanyalah angka.

Gavriel hanya mengekori Auliandra tanpa bertanya mereka akan kemana. Gavriel hanya menurut, toh dia di bayar atas semua ini jadi tak ada salahnya menurut bukan?

*Di ruang kerja Auliandra*

Aroma cokelat panas memenuhi ruangan. Auliandra duduk di kursi eksekutif, sementara Gavriel menjatuhkan tubuh ke sofa, matanya tertuju pada foto di ponsel: Valora tersenyum pucat sambil menggendong Zayn. Dadanya sesak.

"Kau hanya akan menatap ponsel seharian?" tanya Auliandra, meletakkan setumpuk berkas di meja.

"Tidak ada yang bisa kukerjakan." Gavriel mematikan layar ponselnya, kebiasaan yang ia dapat dari Valora.

BRAK.

Tumpukan berkas jatuh di hadapannya.

"Selesaikan. Baru kau boleh pulang."

Tiga jam berlalu. Hanya suara ketikan, notifikasi ponsel, dan gesekan pena.

Tok… tok… tok.

"Masuk," ucap Auliandra tanpa menoleh.

Klik.

"Kenapa teleponku tak kau angkat?!" suara Jevano memenuhi ruangan. Ia menaruh paper bag cokelat di meja Auliandra.

"Maaf, aku sibuk," jawab Auliandra lembut, menutup laptopnya.

Gavriel mengangkat kepala. Jevano? Pandangannya penuh tanya. Kekasih? Rekan bisnis? Atau… keduanya?

"Apa yang kau lakukan di sini?" tanya Gavriel, suaranya rendah tapi tajam.

Jevano menoleh, menatapnya dengan senyum sinis. Tubuh Gavriel kurus, matanya cekung, kontras dengan dirinya yang tampak semakin berkuasa.

"Bertemu kekasihku," ucap Jevano, mencium tangan Auliandra.

Gavriel mengerutkan kening.

"Bukankah kau… mencintai Valora?" Gavriel berdiri dari duduknya, ia tak habis pikir bagaimana bisa Jevano melupakan Valora secepat ini sedangkan dirinya saja tidak sanggup melupakan Valora walau hanya sedetik saja

Jevano melepaskan tangan Auliandra, melangkah mendekat. Tatapannya memanas.

"Valora tak akan tergantikan. Aku tidak pernah berpaling. Dan kali ini… aku tidak akan mengalah."

Kata-katanya berbisik di telinga Gavriel, tapi menusuk seperti belati.

Gavriel akhirnya mengerti, Auliandra dimanfaatkan. Wajahnya, geraknya… semua dimiripkan dengan Valora.

"Sejauh apa kau membentuknya agar mirip istriku? Auliandra tetap berbeda, Jevan. Kau takkan pernah membuatnya menjadi Valora."

Jevano tersenyum tipis, tapi matanya dingin.

"Kau hidup enam tahun bersama Valora, tapi tak pernah benar-benar mengenalnya. Aku mengenalnya lebih baik dari siapa pun. Dan kau? Kau hanya menghancurkannya."

"Wow… tontonan yang menarik," suara asing menyela, membuat ketiganya menoleh bersamaan.

🦋To be continued...

1
eva lestari
🥰🥰
Nakayn _2007
Alur yang menarik
Sukemis Kemis
Gak sabar lanjut ceritanya
Claudia - creepy
Dari awal sampe akhir bikin baper, love it ❤️!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!