NovelToon NovelToon
ISTRI YANG DIPOLIGAMI

ISTRI YANG DIPOLIGAMI

Status: sedang berlangsung
Genre:Dosen / Poligami
Popularitas:4.6k
Nilai: 5
Nama Author: Naim Nurbanah

Cinta sejati terkadang membuat seseorang bodoh karena dibutakan akal sehat nya. Namun sebuah perkawinan yang suci selayaknya diperjuangkan jika suami memang pantas dipertahankan. Terlepas pernah melakukan kesalahan dan mengecewakan seorang istri.

Ikuti kisah novel ini dengan judul
ISTRI YANG DIPOLIGAMI

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Naim Nurbanah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 9

Citra menatap Nay dengan tatapan yang dingin, nyaris tanpa berkedip.

“Aku dan Umar sudah dijodohkan sejak SMA,” ucapnya pelan, tapi setiap katanya tajam menusuk hati Nay.

Mendengar pengakuan itu, tubuh Nay serasa membeku. Matanya terpaku pada Umar yang sedang sibuk mengajar di depan, tak tahu apa yang sebenarnya tersimpan di balik senyum lelaki itu.

“Aku pikir kamu tahu, tapi mungkin Umar sengaja menyembunyikannya.” Citra menyipitkan mata, nada bicaranya semakin menusuk.

“Dia nggak akan seserius itu sama kamu, Nay. Aku yang dipilih keluarga jadi calon istrinya.”

Nay menarik napas panjang, pandangannya tak lepas dari Umar yang kini sedang menggores papan tulis. Keraguan mendera pikirannya,

“Apakah aku selama ini hanya dipermainkan?” Citra melangkah maju, suaranya turun serendah mungkin, seperti mengukuhkan sesuatu yang tak bisa Nay tolak.

“Mulai sekarang, jauhi dia. Orang tua kami sudah bicara, pernikahan kami sudah diatur. Hubunganmu sama Umar cuma main-main. Jadi, jangan berharap lebih.”

Mendengar itu, hati Nay bergetar keras, tapi wajahnya tetap datar, mencoba menyembunyikan kecewa yang mulai merayap perlahan.

Citra menatap kosong ke jendela kamar, suara langkah kaki pelan di ruang sebelah terdengar samar. Hatinya penuh kegelisahan.

“Apakah aku benar-benar layak mendapatkan Umar? Atau aku hanya egois mengejar keinginanku sendiri?” gumamnya pelan, jari-jarinya menggenggam erat kain di pangkuan.

Pernikahan ini sudah menjadi keputusan keluarga, sebuah kehormatan sekaligus beban yang harus dia pikul.

“Aku harus bisa menjaga Umar, membangun kebahagiaan bersamanya,” bisiknya, berusaha menenangkan hati yang bergolak.

Namun di balik itu, pertanyaan lain menusuk.

“Bagaimana kalau Nay benar-benar mencintainya? Aku malah jadi penghalang bagi kebahagiaan mereka.”

Tiba-tiba, tangisan pilu dari ruang sebelah menyelinap ke dalam hatinya, mengiris rasa bersalah yang tak kunjung usai. Citra menunduk, air matanya mulai tumpah, sementara keraguannya terus membelit setiap nafasku.

Citra menarik napas panjang, berusaha menekan getar cemburu yang mengusik hatinya. Matanya terpaku pada Nay yang asyik tertawa dengan Umar tadi, dan dadanya sesak.

“Umar milikku. Aku sudah dijodohkan dengan dia, bukan untuk bersikap baik-baik saja pada Nay,” gumamnya pelan, bibirnya mengekang kata-kata dingin yang nyaris terlontar.

Tapi, di balik tekad itu, ada sesuatu yang mengganjal.

Rasa bersalah mengendap seperti bayang-bayang yang terus mengintip dari sudut hati.

Ketika matanya menangkap Nay yang duduk sendiri di pojok aula, wajahnya tiba-tiba mereda. Citra menahan langkahnya, tak tega membiarkan temannya merasa terasing di tengah keramaian.

Hatinya mendadak bercampur, cemburu dan kasihan berkelindan tanpa henti, membentuk sebuah dilema yang tak kunjung bisa diurai.

Citra menatap kosong ke luar jendela, hatinya bergulat antara dua pilihan.

"Haruskah aku melupakan persaingan ini demi menjaga persahabatan dengan Nay, atau tetap mempertahankan jarak agar perasaanku tak terluka?" pikirnya, dada terasa sesak tanpa alasan jelas.

Waktu berlalu begitu cepat. Satu jam telah lewat sejak Umar selesai menyampaikan materi kepada para kader. Kini tiba saatnya isoma, waktu istirahat, salat, dan makan. Umar menyeka keringat di dahinya lalu menoleh ke sekeliling.

"Seharusnya Nay juga ikut beristirahat sekarang," gumamnya, matanya mencari sosok yang biasa ia temui, tapi tak kunjung terlihat.

Gelagat gelisah mulai merayapi Umar. Ia segera melangkah ke arah Citra, berharap bisa bertanya tentang Nay. Namun, Citra pun tak ada di sana. Nafasnya mulai memburu, jantung berdegup tak karuan.

"Mana mereka? Apakah Nay baik-baik saja?" bisiknya cemas.

Di sudut ruangan, Umar akhirnya bertemu Adam. Ia berhenti sejenak, bingung apakah harus bertanya langsung. Namun, rasa khawatir mendorongnya maju. Dengan nada suara yang bergetar, ia menegur Adam, mencoba menahan kekhawatirannya.

"Adam, kamu tahu di mana Nay sekarang?" tanyanya pelan.

Umar menatap tajam ke arah Adam, suaranya bergetar penuh kecemasan, "Adam, kamu tahu tidak, di mana Nay sekarang? Aku benar-benar khawatir."

Matanya berkaca-kaca, napasnya terasa berat seolah beban dunia ada di dadanya. Di dalam hati, umpatan terlontar tanpa henti,

"Seharusnya aku lebih waspada. Jangan-jangan Nay sedang ada masalah, tapi aku malah sibuk dengan urusan ini."

Perasaan bersalah dan gelisah menyiksa Umar, membuat dadanya sesak. Ia menunduk, menutup mata, dan berdoa dalam diam, berharap Nay baik-baik saja. Adam menghela napas pelan, berusaha menenangkan Umar yang jelas tampak panik.

"Tadi saya sempat ngobrol panjang lebar dengan Bu Citra, Pak. Mungkin mereka makan siang bersama di ruangan wanita," jawab Adam, suaranya lembut mencoba meredakan kekhawatiran itu. Ia tahu betul betapa dalam cinta Umar pada Nay, kadang sampai terlalu protektif.

"Mungkin mereka cuma ingin mengobrol santai," tambah Adam, memberi harapan. Tapi tanpa sepatah kata, Umar sudah berbalik dan melangkah cepat ke ruangan wanita, meninggalkan Adam termenung sendiri di aula yang sunyi.

Adam menekan bibirnya jadi satu, senyum simpulnya seperti menahan gelombang perasaan yang campur aduk. Matanya mengerling ke arah Umar yang tampak resah, tangan lelaki itu menggenggam jadwal pengkaderan dengan erat seolah mencari pegangan di tengah badai pikiran.

“Kadang cinta memang bisa bikin orang berubah, ya,” bisik Adam pelan dalam hati, mengamati dinamika itu dengan campuran iba dan geli.

Mereka berdua seperti sepasang kekasih muda, penuh semangat sekaligus cemburu yang menyelinap, membuat suasana jadi sedikit konyol namun juga mengundang iri.

Adam lalu mengalihkan pandangan ke wajah Pak Umar, menyelami kerutan-kerutannya yang berbaur antara bingung dan bimbang.

“Apa iya dia sedang menghadapi dilema besar? Memilih Bu Citra atau Bu Nay, ya?” gumam Adam dalam diam, mencoba mengurai benang kusut perasaan dan pikiran yang mengusik lelaki itu.

Setiap gerak-gerik Pak Umar yang cemas makin menguatkan rasa penasaran Adam, seolah di balik keraguan itu tersembunyi cerita yang belum terucap.

Adam menatap Pak Umar yang tengah sibuk membicarakan sesuatu dengan kedua wanita itu. Ia tak bisa menahan tawa kecil yang tiba-tiba keluar, membayangkan betapa bingungnya Pak Umar menjaga perasaan mereka berdua. Tapi di balik canda itu, hatinya ikut berat.

"Semoga Pak Umar bisa cari jalan yang terbaik," gumam Adam pelan, menahan rasa iba yang mulai muncul.

*****

Umar melangkah pelan, matanya mencari sosok Nay di tengah kerumunan. Saat pandangannya bertemu dengan Nay, ia melihatnya duduk berdampingan dengan Citra, wajah keduanya tampak santai menikmati hidangan siang yang sudah disediakan panitia. Sesuatu di dada Umar mengendur sedikit, lega merayap masuk, meski hanya sebentar.

"Nay, Citra, kalian di sini," sapanya, suaranya lebih ringan dari biasanya saat melangkah mendekat.

Beberapa panitia di sekitar menoleh dengan tatapan serius, memperhatikan tiga sosok penting itu.

"Mas Umar, sini gabung yuk!"

Citra tersenyum ramah, sembari menyerahkan kotak nasi yang sudah siap saji. Nay menatap Umar dengan senyum tenang, seperti tak ada masalah yang mengganggu mereka. Umar membalas dengan setengah senyum, menaruh kotak nasi itu di tangan. Namun di balik kedamaian itu, rasa gelisah masih bersemayam dalam hatinya, tak ingin dilepaskan begitu saja.

Umar menatap piringnya yang hampir tak tersentuh, bibirnya sesekali bergerak menyesap minuman di gelas. Di antara tawa dan obrolan teman-temannya, pikirannya malah melayang ke perjodohan yang selama ini menghantui, apakah benar Citra belum bilang apa-apa ke Nay? Rasanya jantungnya berdebar setiap kali membayangkan reaksi Nay nanti.

"Kalau Nay sampai tahu, apa dia akan kecewa? Atau malah marah?" gumamnya dalam hati, mencoba menekan gelisah supaya terlihat santai. Ia tahu, kali ini ia harus tetap biasa saja, tidak boleh membuat keretakan antara Nay dan Citra.

Di sisi lain meja, Nay menyelidik gerak-gerik Umar dan Citra dengan tatapan tajam yang susah disembunyikan. Citra terlihat sengaja melempar senyum hangat ke Umar, penuh perhatian, seolah ingin Nay tahu sesuatu. Nay menelan ludah, berusaha menarik napas panjang dan menenangkan hatinya yang bergejolak.

"Mungkin ini memang sudah ditakdirkan," pikir Nay, teringat cerita Citra barusan soal jodoh yang sudah diatur orang tua mereka. Meski hati tetap berat, ia mencoba tersenyum dan menerima kenyataan yang ada.

Mas Umar dan Mbak Citra memang seperti dua kepingan puzzle yang sempurna saling melengkapi. Tak mengherankan jika orang tua mereka sudah menancapkan ikatan sejak lama, merajut harapan dalam tiap bisik doa.

Namun di sudut hati Nay, perlawanan sengit berkecamuk.

"Sepantasnya aku menyerah setelah ini," bisiknya getir, mencoba menyembunyikan keretakan dalam dirinya.

Matanya menatap jauh, berjuang menahan gelombang kecewa yang terus menggulung tanpa ampun. Dia tahu, tak semua perasaan bisa dimenangkan dengan alasan dan logika. Kadang, melepas adalah luka terbesar yang harus ia terima demi kebahagiaan orang lain.

1
Shaffrani Wildan
bagus
Dhani Tiwi
kasuhan nay... tinggal aja lah si umar nay..cari yang setia.
tina napitupulu
greget bacanya thorr...gak didunia maya gak didunia nyata banyak kejadian serupa../Grievance/
Usman Dana
bagus, lanjutkan
Tini Hoed
sukses selalu, Thor
Ika Syarif
menarik
Sihna Tur
teruslah berkarya Thor
Guna Yasa
Semangat Thor.
NAIM NURBANAH: oke, terimakasih
total 1 replies
Irma Kirana
Semangat Mak 😍
NAIM NURBANAH: Terimakasih banyak, Irma Kirana. semoga nular sukses nya seperti Irma menjadi penulis.
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!