"Menikahlah lagi mas! Aku ikhlas!"
Kalimat yang pada akhirnya menjadi boomerang bagi pernikahan Sekar Indraswari
Keluarga besar Adrian Baskara sang suami, menuntut hadirnya penerus bagi keluarga, membuat Sekar mengambil keputusan yang begitu menyakitinya
hadirnya wanita lain sebagai madu perlahan memaksa Sekar meninggalkan indahnya mahligai cinta bersama Adrian
Kemana takdir akan membawanya? akankah pertemuan dengan seorang duda beranak satu bernama Alvaro menjadi awal kebahagiaannya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon e_Saftri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tawaran
"Pagi sayang!" Adrian datang dengan penampilannya yang sudah rapi, menghampiri sang istri lalu mendaratkan satu kecupan pada sebelah pipinya
"Selamat pagi mas" Sekar berbalik, lalu membawa wadah berisi nasi goreng buatannya
"Waahh.. aromanya kecium sampe kamar!" Sekar merasa tidak nyaman saat sang suami memeluk pinggangnya
"Mas, malu ada Lilis" bisik Sekar, sebenarnya ia tak enak hati pada Widia
"Ngapain malu sih mbak, lagian Lilis udah biasa liatnya, mungkin yang gak biasa itu mbak Widia" Tatapan tajam Widia berikan pada asisten rumah tangga itu
"Mas belum sapa Widia!"
Adrian menatap istri keduanya yang duduk dihadapannya dengan dibatasi oleh meja "Selamat pagi Widia"
"Pagi mas" Tak ada senyuman apalagi kecupan sama seperti yang Sekar dapatkan, membuat Widia menelan kekecewaan
"Mas, aku mau minta izin!" Ucap Widia pada suaminya
"Iya"
"Mas" tegur Sekar, harusnya Adrian bertanya kemana Widia akan pergi
Adrian menghela napasnya "Kamu mau kemana?"
"Aku hari ini ada pemotretan, boleh kan mas?" Jawab Widia
"Iya" Sekar kehabisan kata-kata, jawaban singkat suaminya pastilah melukai Widia
"Kalau boleh, aku mau minta mas Adrian temenin!"
"Kamu gila? Saya ini karyawan bukannya bos yang bisa seenaknya gak masuk kerja!" Bukan hanya Widia, bahkan Sekar saja terkejut saat mendengar suara tegas sang suami, pasalnya selama ini Adrian selalu berucap lembut
"Emm.. kalau kamu gak keberatan, gimana kalau aku aja yang nemenin, Wid?" Sekar menawarkan diri
"Mbak Sekar ada waktu?"
"Ada kok, gimana?"
"Ya udah deh, kita berangkatnya jam sepuluh ya mbak" ucap Widia pasrah, pupus sudah harapan agar Adrian terkesan melihatnya tampil memukau di depan kamera
"Boleh kan mas?" Sekar bertanya pada suaminya
"Kalau aku jawab nggak boleh?"
"Kasian Widia mas, mungkin selama ini dia memang ada yang nemenin kalau pemotretan!" Bujuk Sekar
"Ya udah boleh, tapi kamu harus hati-hati disana, jangan bandel!" Perbedaan tatapan yang diberikan Adrian pada kedua istrinya sangat kentara
"Makasih ya mas"
"Sama-sama sayang" Adrian tersenyum lembut "Ya udah, ini aku udah selesai!"
"Aku anterin kedepan!" Sekar ikut bangkit dari kursinya "Sebentar ya Wid!"
"Iya mbak"
***
Jam sepuluh pagi, kedua istri Adrian itu selesai bersiap
"Mbak bisa nyetir kan?"
Sekar mengangguk "Bisa"
"Kalau gitu mbak Sekar yang nyetir! Aku takut nanti kecapean!" Ucap Widia seraya menyerahkan kunci mobilnya pada Sekar
Mobil itu melaju dengan kecepatan sedang, menuju tempat dengan arahan dari Widia. Hingga mobil mereka berhenti di sebuah gedung yang cukup besar
"Mbak Sekar pasti belum pernah ketempat seperti ini!" Ucap Widia dengan nada meremehkan
"Aku selalu jalan bareng mas Adrian, beberapa kali ke salon sama Dita, jadi kalau tempat seperti ini emang belum pernah" Sekar tersenyum
Widia memutar matanya malas "Ayo masuk!"
"Widia.."
"Bang Remon" keduanya saling berpelukan
"Udah siap?" Tanya pria bernama Remon itu
"Siap dong"
"Siapa dia Wid?"
"Dia.." Widia memandang Sekar "Temen"
"Waah.. dia yang kita cari selama ini! Kecantikan wanita khas Indonesia!" Remon menatap Sekar dengan tatapan memuja
"Lo serius bang?"
"Gue gak pernah becanda!" Pria bertato itu mengulurkan tangannya "Saya Remon"
"Sekar" wanita cantik itu menyambut uluran tangan dari Remon
"Nama yang bagus!" Sekar tersenyum sopan
"Lo siap-siap dulu, gue mau ketemu sama bos" Pria yang merupakan fotografer itu berlalu entah kemana
"Mbak Sekar duduk disana dulu! Aku mau ganti baju!" Ucap Widia menunjuk kearah sebuah sofa panjang disudut ruangan dan Sekar mengangguk
Tok
Tok
"Masuk"
"Bos"
"Ada apa Remon?"
Remon berdiri didepan seorang pria tampan dengan tubuh yang tegap, kulitnya putih dengan sedikit bulu-bulu halus pada bagian rahang menambah kesan maskulin
"Saya sudah ketemu sama orangnya bos!" Pria yang tengah duduk dikursi kebesarannya itu mengerutkan keningnya
"Wanita yang cocok dengan produk baru itu!" Sambungnya yang mengerti akan kebingungan sang bos
"Siapa dia?"
"Namanya Sekar, dia temennya Widia!"
"Menarik, dimana dia sekarang?" Pria itu bangkit dari duduknya
"Diruang tunggu!"
Kedua pria itu berjalan beriringan menuju tempat para model melakukan pemotretan, selama perjalanan beberapa wanita cantik nan seksi menyapa pria yang merupakan pemilik agency itu
"Itu dia!" Remon menunjuk kearah seorang wanita cantik yang tengah duduk disebuah sofa
"Kamu benar Remon, dia yang kita cari!" Bisik pria itu dan melangkah mendekati Sekar
"Hay" Sekar mendongak, menatap seorang pria yang berdiri di hadapannya
"Hay"
"Kenalkan saya Kamasean, pemilik agency ini!" Pria itu mengulurkan tangannya kearah Sekar dan wanita itu menyambutnya
"Sekar"
"Boleh saya duduk?"
"Tempat ini punya anda kan?" Pria dihadapannya mengangguk "Lalu kenapa masih bertanya"
Pria tampan itu menarik sudut bibirnya, wanita dihadapannya ini bukan saja cantik juga sangat menarik
"Kamu temennya Widia?"
"Iya pak"
"Jangan panggil pak, panggil Sean saja! Sepertinya kita seumuran!" Ucap Sean ramah dan Sekar tak menjawab, sesuai arahan sang suami dirinya tidak akan dekat dengan orang lain terlebih seorang pria
"Kamu juga seorang model?"
"Tidak"
"Ketus sekali!" Gumam Sean "Ingin jadi model? Saya bisa membuat kamu terkenal dan banyak uang"
"Saya tidak kekurangan uang, suami saya memberikan uang yang cukup!" Jawab Sekar
"Kamu sudah menikah?" Tanya Sean, pria tampan itu terlihat kecewa
"Iya"
"Tidak masalah, disini ada beberapa model yang sudah menikah, bahkan ada yang sudah punya anak" Sean tak ingin menyerah begitu saja
"Tapi saya tidak berminat untuk jadi model, saya juga kesini hanya untuk menemani Widia"
Sekar terlihat tidak nyaman dengan pria bernama Sean ini, terlebih sejak tadi tatapannya tak lepas memandang kearah Sekar
Sean mengulurkan sebuah kartu berwarna putih "Ini kartu nama saya, kamu bisa menghubungi saya jika berubah pikiran!"
Tak ingin membuatnya rumit, Sekar mengambil kartu nama tersebut dari Sean
"Mbak Sekar" panggil Widia saat berada disekat Sekar
"Kamu udah selesai?" Tanya Sekar yang langsung berdiri
"Udah, aku ganti baju dulu" Pandangan Widia lalu mengarah pada pria yang berdiri dibelakang kakak madunya itu
"Bos Sean? Bos disini?"
"Saya mau bicara sama kamu Widia! Bisa kita keruangan saya!" Ujar Sean dengan tatapan dingin
Widia mengangguk "Sebentar ya mbak"
Widia duduk dihadapan pria yang merupakan pemilik agency tempatnya bekerja selama ini, pria tampan itu memang terkenal dingin dan sedikit gila dalam urusan perempuan
"Ada apa ya bos?"
"Sekar itu teman kamu?"
Widia mengerutkan keningnya, ada urusan apa antara Sean dan Sekar? "Iya bos"
"Saya ingin dia"
"Maksudnya?"
"Saya ingin kamu membujuk Sekar untuk masuk agency saya, dia cocok untuk proyek baru saya!" Titah Sean tanpa basa-basi