Nama panggilannya Surya. Pemuda biasa yang bekerja sebagai tukang dekorasi pengantin itu akan mengalami banyak keanehan.
Anak muda yang sudah lama tidak menjalin hubungan asmara, tiba-tiba didekati beberapa perempuan dengan status yang berbeda-beda.
Awalnya Surya merasa senang dan menganggap itu adalah hal normal. Namun, ketika dia pengetahui ada rahasia dibalik botol parfum yang dia temukan, seketika Surya menjadi dilema.
Akankah Surya akan membuang botol parfum itu? Atau anak muda itu akan menyimpan dan menggunakannya demi kesenangan dia?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon rcancer, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bersama Emak Bapak
"Nih."
Anak muda yang telah mengenakan pakaiannya kembali dan saat ini bersiap untuk pulang, nampak terkejut kala wanita yang baru saja melakukan kegiatan penuh kenikmatan bersama anak muda itu menyodorkan sesuatu.
"Apa ini, Mbak?" tanya anak muda itu sambil menerima benda berupa amplop putih, lalu dia mengecek isinya. "Ya ampun, Mbak, banyak banget, uang buat apa ini?"
Wanita yang akrab dipanggil Rani lantas tersenyum. "buat jajan kamu."
"Ya ampun, Mbak, ini kebanyakan," ucap anak muda bernama Surya merasa tak enak hati.
"Nggak apa-apa, Sayang," balas Rani. "Anggap aja itu sebagai tanda terima kasih, karena kamu mengijinkan aku menikmati bau ketiak kamu."
"Astaga,,," Surya sontak cengengesan. "Yang harusnya ngomong terima kasih tuh aku, Mbak, soalnya jarang banget loh ada wanita yang mau ngasih lubang nikmatnya secara gratis. Apa lagi kita kenal belum lama."
Rani kembali tersenyum. "Udah, nggak perlu sungkan," ucapnya dengan enteng. "Yang penting kamu jangan bosan main ke sini."
"Nggak bakalan lah, Mbak, orang tiap main kesini selalu dikasih yang enak-enak, mana mungkin aku bosan," balas Surya masih sambil cengengesan. "Ya udah ya, Mbak, aku pulang dulu, takut Emak marah karena aku pergi dari tadi siang."
Rani mengangguk. Dengan terpaksa wanita itu harus merelakan anak muda yang masih dirindukan untuk meninggalkannya.
Surya pun segera memasukan amplop berisi uang sebanyak satu juta ke dalam kantong celananya lalu dia segera menyalakan mesin motor. Setelah pamit kedua kalinya, Surya segera melajukan motornya meinggalkan rumah wanita yang ditinggal suaminya.
Setelah menempuh perjalanan beberapa menit, Surya pun kini telah sampai di kediamannya. Kepulangannya sontak membuat kening Emak berkerut dan wanita itu memasang wajah heran dan penasaran.
"Kamu darimana aja sih, Sur? Jam segini kok baru pulang?" tanya Emak.
"Kan tadi aku udah bilang mau ngecek lokasi, Mak," jawab Surya begitu turun dari motor.
"Loh, masa ngecek tempat doang sampai jam segini?" Emak jelas tak percaya begitu saja. "Emang apa aja yang dicek sih?"
"Ngeceknya sih tadi cuma sebentar, Mak, tapi pas jalan pulang aku ketemu teman dan dia ngajakin main ps, ya udah aku main ps dulu." jawab Surya terpaksa berdusta lagi.
"Ya ampun, apa kamu nggak lapar? Baru bangun tidur langsung pergi dan jam segini baru balik," oceh emak seperti biasanya. "Tadi ada yang nyariin kamu loh."
"Nyariin aku, Mak? Siapa?" Surya cukup kaget mendengar informasi dari wanita yang saat ini duduk di bangku depan warung.
"Emak nggak tanya namanya siapa, tapi tadi dia ngomong katanya dia orang yang hendak memakai dekorasi pelaminan dan pengin konsultasi sama kamu."
"Hah!" Seketika Surya pu berpikir. "Dia tahu alamat rumahku dari siapa, Mak?"
"Dari Rusdi mungkin," jawab Emak. "Soalnya tadi dia juga nyebut nama bos kamu."
"Ohh..." balas Surya. "Ya udah, nanti aku tanya Mas Rusdi aja. Aku mandi dulu, Mak, gerah."
Emak hanya mencebikan bibirnya sedangkan Surya pergi begitu saja menuju kamarnya. Sebelum pergi ke kamar mandi, Surya kembali memeriksa uang yang dia dapat dari Rani. Senyumnya pun kembali terkembang dan tentunya dia senang mendapat uang sebanyak itu.
"Mbak Rani ada-ada aja yah?" gumamnya. "Ngasih uang segini banyak kok enak banget. Padahal aku sudah dikasih enak dengan tubuhnya, eh malah ditambah uang kaya gini. Lumayan banget buat jajan pas nganggur."
Surya pun menaruh amplop itu ke dalam tas slempang yang menggantung di dekat pintu kamar, lalu dia segera ke kamar mandi.
Setelah selesai mandi, Surya hanya mengenakan celana kolor dan memilih duduk di teras. kebetulan di sana ada Bapak yang sedang duduk santai sambil menikmati kopi dan rokok kesukaanya
"Gimana tadi di toko, Pak? Rame?" tanya Surya basa basi sambil menyomot pisang goreng yang ada di dekatnya sebagai teman menikmati kopi pahit kesukaan bapak.
"Yah, biasa aja, Sur," jawab Bapak. "Yang beli nggak terlalu ramai."
Surya nampak manggut-manggut. "Katanya jualan di pasar sekarang lagi pada sepi ya, Pak?" tanya anak muda itu lagi.
Si bapak pun mengangguk. "Pasar sekarang ngggak bisa diandalkan buat nyari rejeki, Sur. "Apa lagi pedagang juga banyak banget."
"Nggak di pasar aja yang sepi," Emak ikut bersuara sambil mendekat ke tempat suami dan anaknya berada. "Emak aja yang jualan di rumah sedang mengalami sepi pembeli. Biasa jam segini sayur udah habis, eh, ini lalah masih."
"Sayur tadi pagi?" tanya Surya dengan polosnya.
"Bukan," bantah Emak. "Yang tadi pagi sih udah habis. Yang masak jam dua."
"Kirain Emak hari ini masak satu kali doang," balas Surya. "Di pasar tadi heboh nggak pak, dengan kasus yang kemarin di rumah sakit?" kali ini Surya menatap bapaknya.
"Kasus yang katanya menggunakan pelet?" tanya bapak dan Surya mengangguk. "Yah, cukup heboh. Orang-orang pada heran, pakai pelet kok bisa korbannya banyak."
"Emang kejadian selengkapnya gimana sih, Pak?" sekarang emak yang bertanya.
"Bapak nggak tahu, orang Bapak aja dengar cuma sekilas," jawab Bapak. "Biasanya kalau ada berita kaya gini, kan Emak yang paling tahu lebih cepat."
"Hhahah, iya, Mak," Surya menimpali. "biasanya tiap ada emak-emak tetangga yang belanja, emak kan suka pada ngobrol."
Emak sontak memasang wajah masam. "Tadi emang banyak yang cerita, konon katanya, anak itu beneran pakai pelet."
"Bukan susuk?" tanya Bapak.
"Katanya sih bukan," balas Emak. "Tadi orang-orang bilang, korbannya tuh ngaku, jika lihat wajah pelaku, kaya lihat wajah orang lain yang ganteng banget."
"Serius, Mak?" Surya nampak terperangah.
"Katanya sih begitu," balas Emak. "Salah satu korbannya kan keponakan bu Puji."
"Bu puji?" bapak yang bersuara.
"Itu, Bu puji, belakang rumahnya Pak Rt," tegas Emak. "Tadi dia jenguk keponakannya dan keponakannya, ngaku kalau lihat wajah pelakunya tuh kaya menarik banget gitu. Menurut si keponakan, cowoknya kelihatan ganteng banget."
"Emang ketemunya dimana sih?" tanya bapak lagi.
"Katanya sih pertama kali ketemu di pasar," jawab Emak. "keponakan Bu Puji kan jualan es cendol. Tersangkanya tuh beli es cendol dan makan di situ. Dari sana tersangka ngajak ngobrol korbannya dan disitulah mereka mulai dekat."
"Owalah," seru Surya. "Berarti kemungkinan, korbannya dirayu dan dimodusin ya, Mak?"
"Yah, seperti itu," balas Emak. "Parahnya, dimata korbannya, pria itu adalah pria yang baik dan sopan serta ganteng. Makanya mereka dengan mudah menyerahkan segalanya termasuk tubuh dan uang mereka."
"Uang?" Surya kembali terkejut.
"Iya, katanya korbannya juga suka ngasih uang jajan buat pelaku."
"Astaga! Untung banyak dong pelakunya." seru Surya lagi.
"Emang bentuk peletnya seperti apa sih? kok bisa ampuh banget?" tanya Bapak.
"Katanya sih bentuknya seperti air yang dimasukan ke dalam botol parfum gitu."
"Hah!"