Luna punya segalanya, lalu kehilangan semuanya.
Orion punya segalanya, sampai hidup merenggutnya.
Mereka bertemu di saat terburuk,
tapi mungkin… itu cara semesta memberi harapan baru..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon CHRESTEA, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Need Help?
Sore itu juga, Damian menghubungi nomor Luna, tapi nomor itu tidak menjawabnya. Untungnya dia tidak habis ide, mungkin Luna takut menjawab nomor asing, meskipun tengah ada masalah, gadis itu tetaplah artis papan atas.
Damian : “Hai,aku Damian. Aku calon kakakmu. Bisa hubungi aku jika membaca pesan ini. Aku sedang perlu bantuan secepatnya.”
Luna baru saja keluar dari apartemennya secara diam-diam. Kini dia tengah duduk di mobil milik Kai. Nafasnya memburu tajam seperti baru berlari maraton.
“Gimana udah siap balik Jakarta?” tanya Kai lembut.
Luna menggeleng kecil. “Sejujurnya tidak.”
“Kenapa?”
“Kamu tau, disana aku sudah tidak punya teman atau apapun. Bahkan keluargaku sendiri tidak berharap aku pulang.”
Kai menggengam tangan Luna erat, “Aku akan menyusul kamu nanti, setelah menyelesaikan masalah disini. Bagaimana?”
“Tidak perlu.. aku sudah cukup merepotkan kamu.”
“Tidak repot..Oh iya ini ponselmu, tadi tertinggal di meja.” ucap Kai.
Luna menerima ponselnya, ada sebuah pesan muncul di layar ponselnya dari nomor asing, bahkan nomor otu terlihat menelepon beberapa kali. Dia membuka pesan itu, membacanya dengan sedikit bingung dan kaget. Ada perasaan tidak ingin membalas, tapi sesutu dalam dirinya juga penasaran.
“Damian? Kakak? Apa dia anak calon istri papa?” Batinnya lirih.
Damian melihat pesannya terbaca, dia langsung tegang dan sangat berharap. Tapi menunggu lama tidak ada balasan.
Damian : “Aku bukan penipu, mamaku benar akan menikah dengan papamu. Mamaku minta untuk mencarimu, dia ingin kamu datang ke acara pernikahan mereka.”
Dia mengirim pesan lagi dengan harapan lebih besar. Luna yang mendapat pesan lagi, dibuat semakin penasaran. Akhirnya Luna membalasnya.
Luna : “Ada urusan apa mencariku? Dari mana kamu dapat nomorku?”
“Yeeyy! Berhasil! Sedikit lagi! Sedkit lagi!” seru Damian penuh semangat.
Perawat yang berada satu ruangan dengan Damian sampai terkejut bukan main. “Dokter, ada apa? Anda mengagetkan saja.”
“Sepertinya aku akan berhasil membuat Orion kembali hidup.”
Perawat disana seketika menunduk lesu, “Ya semoga saja.”
Damian kembali membalas pesan dengan cepat.
Damian : “aku dapat dari mamaku, dia bilang peter yang memberikannya. Oh, bisa temui aku cafe dekat St.Claire Hospital? Aku sedang membutuhkan bantuanmu.”
Luna : “Bantuan apa?”
Damian : “aku tidak bisa menjelaskan lewat pesan, bisa temui aku sekarang? Waktuku tidak banyak, ini menyangkut nyawa seseorang.”
Luna yang membaca pesannya mengerutkan kening, dia menatap Kai bingung.
“Ada apa?” tanya Kai yang sadar akan tatapan Luna.
“Ada orang yang mau bertemu denganku, dia bilang calon kakakku.” jelas Luna pada Kai.
Kai menghentikan mobilnya di tepi jalan, menatap Luna serius. “Kakak? Siapa? Sejak kapan?”
Luna menghela nafas berat, kemudian mulai menjelaskan pada Kai tentang rencana pernikahan papanya. Kai tidak bisa berkata-kata mendengar cerita Luna. Dia tidak menduga seburuk itu hubungan Luna dan papanya. Selama ini Kai pikir papa Luna hanya butuh waktu untuk menerima keadaan. Nyatanya tidak begitu.
“Jadi gimana sekarang? Kamu mau ketemu sama orang itu?” Tanya Kai.
“Aku bingung. Dia bilang ini ada hubungannya sama nyawa orang. Aku takut kalau..” Luna tidak melanjutkan ucapannya.
“Kita pergi saja.” putus Kai.
“Apa kamu yakin? Gimana kalau ada orang yang lihat?”
“Aku jaga kamu, kamu gak usah takut. okay?”
Luna mengangguk paham, Kai mengemudikan mobilnya menuju tempat yang di infokan Damian. Sekitar 30 menit mereka berdua sampai di rumah sakit. Luna baru sadar jika ini rumah sakit untuk rehabilitasi. Sebelum turun, Luna sudah siap menutupi wajahnya dengan masker dan kaca mata hitam. Mereka berdua turun, masuk kedalam rumah sakit.
“Selamat sore..” sapa Kai sopan.
“Selamat sore, ada yang bisa kami bantu?” Tanya perawat itu ramah.
“Bisa bertemu dengan Damian?”
“Oh maksud anda dokter Damian ya?”
“Iya.”
“Baik, saya hubungi dulu dokter Damian, anda bisa menunggu di ruangan itu.” ucap perawat itu dengan sopan.
Kai mengangguk paham dan membawa Luna masuk kedalam ruangan. Untungnya tempat itu cukup tertutup sehingga Luna bisa sedikit bernafas lega. Tak berselang lama seorang pria dengan jas putih masuk kedalam ruangan, dia tersenyum ramah.
“Kamu pasti Luna ya? Kenalin aku Damian,calon kakak kamu.”