NovelToon NovelToon
Seindah Cinta Bulan Dan Bintang

Seindah Cinta Bulan Dan Bintang

Status: sedang berlangsung
Genre:Kehidupan di Sekolah/Kampus / Teen / Diam-Diam Cinta / Persahabatan / Kisah cinta masa kecil / Idola sekolah
Popularitas:514
Nilai: 5
Nama Author: NdahDhani

Apa jadinya jika dua orang sahabat memiliki perasaan yang sama, tapi sama-sama memilih untuk memendam perasaan itu daripada harus mengorbankan persahabatan mereka? Itulah yang saat ini dirasakan oleh dua orang sahabat, Bulan dan Bintang.

Bulan, sahabat sejak kecil seorang Bintang, menyukai pemuda itu sejak lama tapi perasaan itu tak pernah terungkap. Sementara Bintang, baru menyadari perasaannya terhadap gadis cantik itu setelah dirinya mengalami kecelakaan.

Keduanya terjebak dalam perasaan yang tak terungkap. Mereka tidak tahu harus melakukan apa. Keduanya hanya tahu bahwa mereka saling membutuhkan satu sama lain. Tapi, akankah persahabatan itu berubah menjadi sesuatu yang lebih?

---------------------------------------------------------------------------

"Lo keras kepala banget! Lo gak tau apa gue khawatir, gue sayang sama lo." gumam gadis itu lirih, bahkan hampir tak terdengar.

"Lo ngomong apa tadi?"

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon NdahDhani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 8: Ruang BK

Bulan sedang bersiap-siap untuk pergi ke sekolah. Ia sedang mengenakan sepatu di teras rumahnya. Tapi, suara deru motor yang berhenti di depan rumahnya jelas membuat Bulan terkejut.

Bulan menoleh, mendapati Bintang yang mengangkat tangannya seperti sedang memanggil Bulan. Bahkan, Bulan bisa melihat jelas bahwa Bintang memakai seragam sekolahnya.

"Mau berangkat bareng?" Ujar Bintang di sela-sela keheningan.

Bulan mengangguk antusias dan segera menyelesaikan kegiatannya. Ia pun berjalan ke arah Bintang setelah berpamitan dengan keluarganya.

"Lo kemarin kemana? Kenapa bolos?" Tanya Bulan khawatir mengingat Bintang yang sama sekali tidak ada kabar di hari sebelumnya.

"Gue di apart Zai. Capek gue di rumah." Ujar Bintang yang terlihat mengeraskan rahangnya, bahkan tangannya memegang erat setang motornya.

Bulan menatap Bintang dengan mata yang berkaca-kaca, terdengar helaan pelan dari mulutnya. Ia merasa simpatik setiap kali mendengar keluhan Bintang tentang rumahnya.

"Soal Papa?" tanya Bulan lirih.

Bintang hanya mengangguk singkat tanpa kata. Lalu memberikan sebuah helm untuk Bulan dan memasang helm full face-nya untuk dirinya sendiri.

"Ayo, ntar telat lagi." Ujar Bintang mengalihkan pembicaraan.

Bulan hanya mengangguk singkat dan memasang helm itu di kepalanya. Ia pun naik ke atas motor Bintang dan meninggalkan rumah Bulan di belakang.

Setibanya di sekolah, keduanya berjalan bersama menuju kelas. Tapi, langkah keduanya terhenti ketika Reva langsung menghampiri Bintang.

"Sayang, kamu kemana aja sih? Kenapa gak ngabarin aku?" Ujar Reva manja sambil memeluk lengan Bintang.

Bulan yang melihat itu langsung mengalihkan pandangannya, ia tidak bisa melihat gadis manapun bersikap manja kepada Bintang. Jelas momen itu membuat hati Bulan terasa panas.

"Gapapa cuma lagi gak enak badan aja." Ujar Bintang.

Bulan mengernyitkan dahinya, ia merasa heran dengan Bintang yang tidak jujur kepada Reva. Bintang langsung berterus-terang tentang apa yang ia alami pada Bulan, tapi pada Reva Bintang seolah mencoba untuk menutupinya.

"Kamu sakit?" Ujar Reva serius sambil melepaskan pelukannya pada lengan Bintang.

Bintang hanya mengangguk singkat tanpa kata. Ia sendiri pun sebenarnya tidak tahu perasaannya untuk Reva seperti apa, ia merasa tidak leluasa jika harus menceritakan tentang pribadinya kepada Reva. Meskipun memang Bintang sudah menyukai gadis itu sejak lama. Tapi, bukan berarti Bintang bisa menceritakan segalanya pada kekasihnya itu. Ia hanya menatap Reva seolah membiarkan gadis itu dengan asumsinya.

"Aman, jangan khawatir. Gue ke kelas dulu ya."

Tanpa menunggu jawaban dari Reva, Bintang langsung menarik tangan Bulan, membuat Bulan terkejut dan jantungnya berdebar-debar.

Sementara Reva, ia hanya memutarkan bola matanya. Ia semakin tidak suka melihat keakraban Bulan dan Bintang walaupun hanya sebatas sahabat.

"Lo kenapa gak jujur aja sama Reva. Bukannya dia cewek lo?" Ujar Bulan dengan nada yang dibuat seperti biasanya kepada Bintang ketika sudah berjalan menjauh dari Reva.

"Gak semua orang harus tau permasalahan gue, Lan. Hanya orang-orang tertentu yang tau itu." Ujar Bintang santai, tapi berhasil membuat hati Bulan terenyuh.

Bulan merasa spesial hanya karena satu kalimat singkat yang keluar dari mulut Bintang. Senyuman tipis pun terukir di wajah cantik Bulan. Tapi, ketika ia mengingat status mereka hanya sebatas sahabat, senyum itu pun perlahan mulai memudar.

Bintang hanya menganggap Bulan sebatas sahabat, begitu juga dengan kata-kata spesial itu yang pastinya tak lebih dari sekedar sahabat. Setidaknya begitulah yang dipikirkan Bulan saat ini.

"Bintang Almaz Adhikara, ikut saya ke ruangan sebentar."

Baru saja hendak melangkahkan kakinya menuju ruang kelas, tiba-tiba saja seorang guru BK memanggil nama Bintang. Bulan dan Bintang pun langsung berhenti dan menoleh ke arah guru cantik namun judes itu.

"Saya, ada apa ya Bu?" Ujar Bintang, terlihat tidak mengerti dengan apa yang terjadi.

Bulan sendiri merasa jantungnya berdegup kencang. Murid-murid yang dipanggil langsung oleh guru BK sudah pasti bermasalah. Bulan terlihat khawatir, terlebih Bintang memang sering bolos akhir-akhir ini.

"Ada apa ada apa! Ini kali ke lima kamu membolos sekolah dalam bulan ini! Ikut saya ke ruangan!" Titah guru BK itu.

Bintang menghela nafas pasrah, memang benar saja ini kali ke lima ia absen tanpa izin. Sudah pasti, ia akan berurusan dengan guru BK.

"Baik Bu," ujar Bintang yang masih terdengar santai.

Bintang pun melangkahkan kakinya mengikuti guru itu ke ruangannya. Tapi, Bulan langsung menangkap lengannya sebelum sempat ia melangkah.

Pandangan mereka bertemu, dan kebetulan sekali angin berhembus membuat rambut keduanya bergoyang. Terlebih rambut panjang Bulan yang terkena angin sebagian menutupi wajahnya.

Seakan paham kekhawatiran Bulan, Bintang pun mengangguk singkat. Tanpa aba-aba, tangannya pun langsung bergerak merapikan anak rambut Bulan yang menutupi wajahnya.

"Santai, gak usah dipikirin. Lo masuk kelas aja, bentar lagi bel."

Bulan langsung menarik nafas karena terkejut. Dalam situasi genting seperti ini pun Bintang masih bisa bersikap santai. Terlebih perhatiannya kepada Bulan tidak terlihat seperti persahabatan, tapi terlihat seperti sesuatu yang lebih.

"Tapi Bin-"

"Udah, masuk kelas gih." Ujar Bintang langsung memotong pembicaraan Bulan.

Bintang hanya tersenyum tipis, ia pun melepaskan tangan Bulan di lengannya dengan lembut. Lalu ia melangkahkan kakinya menuju ruang BK.

Bulan menghela nafas, ia tidak mungkin mengikuti Bintang ke ruangan BK. Terlebih bel masuk baru saja berbunyi. Bulan pun akhirnya berjalan masuk ke dalam kelas, dan bergabung dengan teman-teman sekelasnya untuk mengikuti pelajaran hari ini.

"Sumpah, gue kepikiran lo Bintang." Batin Bulan, terlihat tidak fokus pada pelajaran yang berlangsung.

Sementara itu di ruang BK, Bintang yang tiba di ruangan langsung duduk dan menunggu apa yang akan dikatakan oleh guru BK itu.

Ia melihat sekeliling ruangan, hanya ada dirinya sendiri. Teman-temannya juga bermasalah, tapi kenapa hanya Bintang yang dipanggil ke ruangan itu.

"Bintang, kamu pasti sudah mengetahui apa tujuan saya memanggil kamu ke sini." Ujar guru BK itu menatap Bintang dengan tatapan tajam.

Bintang hanya terdiam tanpa kata, ia sama sekali bersikap acuh tak acuh dengan situasi saat ini. Tapi, ia mengakui bahwa adanya dirinya di dalam ruangan ini memang karena ulahnya sendiri.

"Kamu sudah sering membolos akhir-akhir ini, Bintang! Dalam bulan ini saja kamu sudah absen lima kali. Kemana aja kamu?! Udah gak minat sekolah?!" Ujar guru BK itu meninggi sambil menghentakkan tangannya di atas meja, membuat Bintang terkejut.

Bintang yang menunduk, kini menghela nafas panjang, lalu menatap guru BK itu dengan tatapan serius.

"Jangan salahkan saya seperti ini, Bu. Salahkan keluarga saya kenapa membuat saya jadi seperti ini." Ujar Bintang yang menolehkan pandangannya ke arah lain, menahan air matanya yang mulai berkaca-kaca.

"Saya tidak peduli apa yang terjadi dalam keluarga kamu! Kamu bersekolah di sini dan seharusnya kamu mengikuti semua peraturan yang ada!" Bentak guru BK itu tidak mau tahu.

Bintang terdiam, ia mencoba untuk menenangkan diri dari emosi yang mulai menguasai. Ia berpikir bahwa ayah dan ibunya lah penyebab semua yang terjadi pada dirinya saat ini.

"Saya akan menghubungi ayah kamu, Bintang! Saya perlu berbicara dengannya." Ujar guru BK itu langsung menekan panggilan telepon tanpa menunggu jawaban dari Bintang.

Bintang terkejut dengan tindakan guru itu yang terkesan sepihak. Rahang Bintang bergerak naik turun mengikuti emosinya. Bintang pasti akan mendapatkan masalah baru lagi jika guru itu menghubungi ayahnya. Tapi, menghalau guru itu pun percuma karena beliau sudah lebih dulu berbicara dengan ayah Bintang di seberang telepon sana.

"Selamat pagi, Pak. Apa benar ini dengan wali murid atas nama Bintang Almaz Adhikara?" Ujar guru BK itu setelah sambungan telepon terhubung.

"Selamat pagi, ya betul saya ayah Bintang. Ada apa ya?" Tegas suara dari seberang telepon.

Guru itu pun menjelaskan tentang tujuannya menghubungi ayah Bintang. Sementara Bintang sendiri terlihat semakin cemas, bahkan bayang-bayang konflik itu sudah terbayang jelas di benaknya. Ia takut ayahnya akan mengkasari dirinya lagi. Bintang mencoba untuk menenangkan diri, tapi tetap saja tidak bisa.

"Hanya itu yang ingin saya sampaikan, Pak. Mohon sekiranya untuk bisa hadir agar kita lebih leluasa untuk membahas tentang anak Anda. Terima kasih atas waktunya." Ujar guru itu sebelum akhirnya panggilan telepon pun terputus.

Setelah panggilan berakhir, guru itu menatap Bintang dengan tatapan semakin tajam. Bintang sendiri terlihat menunduk dan wajahnya sama sekali tidak bersemangat. Rasanya ia pun ingin berlari dari situasi yang tidak menyenangkan ini.

"Saya melakukan ini demi kebaikan kamu, Bintang. Jadikan ini sebagai pelajaran untuk kamu." Tegas guru BK itu.

Bintang hanya menunduk, tidak ingin sama sekali melihat guru di depannya. Beberapa menit berlalu, seseorang masuk ke dalam ruangan BK.

Guru itu mempersilahkan pria paruh baya dengan setelan jas tapi itu untuk duduk. Sementara Bintang, ia sama sekali tidak bisa memprediksi apa yang akan terjadi selanjutnya.

"Saya tidak punya waktu lama, Bu. Silahkan jelaskan apa yang terjadi dengan Bintang." Ujar ayah Bintang sambil melirik arloji di tangannya.

Guru itu pun menjelaskan tentang permasalahan Bintang serta menjelaskan peraturan sekolah yang berlaku. Ayahnya jelas saja terlihat sangat marah ketika mengetahui bahwa Bintang bukan kali pertamanya membolos sekolah. Tapi, sudah terjadi sejak tiga bulan terakhir.

"Apa?! Bolos sekolah sejak tiga bulan terakhir?!" Ujar ayahnya tidak percaya.

"Iya, Pak. Sejak tiga bulan terakhir. Apa Bintang tidak pernah memberikan surat panggilan itu kepada Anda?" Ujar guru BK itu heran.

Bintang semakin ciut melihat kemarahan ayahnya. Memang Bintang tidak pernah memberikan surat panggilan itu kepada ayahnya. Karena ia tahu bahwa ayahnya tidak akan memberinya ampun jika mengetahui hal itu.

Tapi, kini semua sudah terjadi. Bintang pun sudah tahu pasti apa yang akan dilakukan oleh ayahnya. Ia tak sanggup berlama-lama di ruangan itu. Ia beranjak dan mengambil tasnya lalu keluar dari ruangan tanpa kata.

Gurunya menggelengkan kepalanya melihat tingkah Bintang yang tidak beretika. Sementara ayahnya terlihat geram dan ingin memberikan pelajaran untuk anaknya itu.

"Baik Bu, terima kasih atas informasinya. Kalau begitu saya permisi." Ujar ayah Bintang hanya diangguki singkat oleh guru BK.

Ayah Bintang pun keluar dari ruangan itu, dan langsung menuju tempat parkir untuk mengambil mobilnya. Matanya menatap tajam ke arah putranya yang sudah meninggalkan area sekolah dengan motornya.

Bintang sendiri tidak menghiraukan semua orang yang berlalu-lalang. Bahkan, ia langsung keluar begitu saja dari area parkiran sekolah dan memacu motornya dengan kecepatan tinggi.

^^^Bersambung...^^^

1
JJ Official
Hai Kak, Saya Sudah membaca Novel Kaka dari Bab 1 - 7 dan saat saya baca novel Kaka, Saya sedikit Kebingungan, sebenarnya Konflik Apa yang sebenarnya Dihadapi Oleh bintang sehingga dia menjadi anak yang nakal dan acuh tak acuh? dan apa pekerjaan Orang Tua Bulan sehingga dia bisa tinggal di keluarga yang Tidak Terlalu Kaya dan tidak terlalu Miskin? dari Bab 1 Bintang dan Bulan Tampaknya sudah Kenal, tidak dijelaskan bahwa mereka ketemu dimana? kenalan dimana? dan suka ngobrolin apa? begitu ya kak. itu saja kritik dari saya semoga Kaka bisa Up Episode 8 Dengan Alur yang Lurus ya kak 😊
ndah_rmdhani0510: Sudah di revisi, semoga suka ya sama ceritanya... Happy reading 🤗
total 2 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!