Ragil yang sedang menyamar menjadi seorang duda dan laki-laki yang buta harus dipertemukan dengan seorang gadis yang menyebalkan baginya dan hampir saja membuat gagal rencananya.
"Sekali lagi kamu mengganggu saya. Saya akan m3m6unuhmu!" Ragil.
"Ayo kita menikah, Om duda!" Adele.
Ragil merasa geram karena Adele seperti tidak takut dengan dirinya.
Apakah Ragil akan berhasil dengan semua rencananya atau justru berakhir takhluk dengan gadis lugu seperti Adele yang sifatnya seperti anak kecil.
Stay Tune!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Maria_azis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
GANIA 'SEBENTAR LAGI'
Dokter yang menangani Rona juga merasa heran, sebab pasiennya menunjukkan gejala yang tidak kritis, tapi kenapa tiba-tiba bisa meninggal seperti itu.
Clara menangis bersedih meratapi kepergian sang mama sambil duduk di kursi tunggu yang ada di depan ruang perawatan sang mama.
"Nona," panggil sang dokter yang sudah ke luar dari dalam ruang perawatan.
Clara langsung berdiri dari duduknya. "Dokter."
"Jika Anda berkenan, Nona bisa melakukan autopsi untuk menyelidiki kematian mama Anda," saran sang dokter.
"Karena waktu terakhir kali saya datang ke sini, nyonya Rona tidak menunjukkan gejala kritis."
"Jika Nona tidak mau, kami bisa segera memberikan surat pemulangan jenazah ke rumah," ujar sang dokter.
"Saya akan memberitahu papa saya dulu ya, Dokter."
"Papa saya sedang berada di luar kota masih perjalanan pulang ke sini," bohong Clara.
"Kalau begitu kami harus memindahkan nyonya Rona ke kamar jenazah," jawab sang dokter.
Terpaksa Clara menganggukkan kepalanya. Dengan langkah gontai Clara mengikuti sang mama yang sedang didorong menuju ke ruang jenazah.
Sesampainya di ruang jenazah Clara langsung menghubungi sang papa. Saat ini Dika masih berada di ruang perawatannya Gania walau dia sudah berulang kali di usir olehnya.
Dika yang mendapat telepon dari Clara langsung mengangkatnya dengan sedikit berbisik supaya tidak membangunkan Gania yang sedang tidur.
"Halo, Clara."
"Pa, hiks ... "
"Kamu kenapa menangis, Clara?" tanya Dika.
"Mama, Pa ... "
"Mama meninggal," jawabnya sambil berderai air mata.
"Apa?" teriak Dika sangat keras sampai membangunkan Gania.
"Tadi Clara, hiks. Tinggal sebentar untuk beli makanan."
"Tahu-tahu waktu Clara kembali, mama sudah tidak bernyawa," jelas Clara.
"Dokter menyarankan untuk autopsi atau visum. Jika tidak mau hari ini mama bisa pulang," ujarnya.
"Apa yang harus Clara lakukan, Papa?" tanyanya sangat sedih sekali.
"Argh." Dika semakin stres. sebab keluarganya pada mati satu persatu.
Gania yang sudah terbangun diam-diam mendengarkan walau matanya terpejam.
"Bilang sama dokter suruh mengautopsi atau memvisumnya. Kalau soal uang akan Papa bayar berapa pun biayanya," kata Dika.
"Baiklah jika seperti itu keputusan dari Papa."
"Clara akan sampaikan kepada dokter," jawab Clara.
"Iya," jawab Dika lalu sambungan teleponnya terputus.
Dika sangat gundah sekali. Tapi yang lebih gundah dan sakit adalah Gania.
"Pergilah. Jangan pedulikan Mama. Sepertinya dia lebih membutuhkan Papa dibandingkan Mama," ujar tiba-tiba dari Gania membuat Dika sangat terkejut.
"Mama ... " ucap Dika.
"Mama sudah tidak sanggup lagi hidup dengan laki-laki pembohong seperti Papa."
"Secepatnya Mama akan mengurus surat perceraian kita," ucapnya pelan.
"Ma."
"Mama jangan bicara seperti itu," kata Dika.
Wajah Dika terlihat bersedih. "Rona meninggal dunia." Jujurnya.
"Tadi yang memberitahu Papa putri Papa dengannya, Ma."
Gania sangat terkejut. "Sekarang jenazahnya masih berada di rumah sakit." Jelasnya.
"Clara sendirian di sana, makanya dia menghubungi Papa."
"Maafin Papa. Papa tahu, Papa sudah salah sama Mama." Ucap Dika.
"Sekarang Papa sedang pusing."
"Ines meninggal secara tiba-tiba. Sekarang Rona."
"Papa yakin jika ada yang tidak suka dengan keluarga kita, Mama."
"Tolong mengerti Papa."
"Mobil yang seharusnya Mama kendarai malah dinaiki oleh Ines dan akhirnya dia yang meninggal."
"Itu artinya target sebenarnya adalah Mama bukanlah Ines," kata Dika panjang lebar.
"Sama seperti sekarang, kata Clara tiba-tiba saja Rona meninggal dunia setelah tadi dia baik-baik saja."
"Papa menyuruhnya untuk memvisum jenazahnya supaya tahu kenapa penyebab kematiannya Rona," ujar Dika lagi.
"Pa ... " tatap serius dari Gania.
"Tadi ada salah satu orang yang datang ke sini menemui Mama." Cerita Gania.
Wajah Dika terlihat penasaran. "Siapa yang datang ke sini, Ma?" tanyanya.
"Katanya dulu dia pernah menjadi anak buah Papa. Tapi sekarang sudah tidak lagi."
"Dan dia mengatakan jika Ines memang meninggal karena atasannya," jelas Gania.
Mata Dika melotot lebar sekali. "Mama serius?" tanya Dika lagi.
Gania menganggukkan kepalanya. "Jika Mama ingin selamat, Mama harus mengikuti semua rencananya, Pa."
"Mama juga diancam untuk jangan memberitahu Papa," jelas Gania.
"Kurang ajar!" geram Dika.
"Jadi benar sudah ada orang yang menargetkan keluarga Papa," ucapnya.
"Apa Papa sedang bermasalah dengan seseorang, Pa?" tanya Gania.
"Mama jadi takut."
"Mama tenang saja, selagi masih ada Papa. Mama akan aman," jawab Dika.
Gania hanya diam saja dan Dika terlihat memikirkan sesuatu. Siapa yang sudah berani mengusik keluargaku?" batinnya.
"Seingatku aku tidak sedang bermasalah dengan seseorang. Kecuali ... " Dika menjeda ucapannya di dalam hati.
"Ragil?"
"Hanya dia orang yang tidak sejalan denganku."
"Tapi dia buta dan tidak tahu jika sebenarnya akulah yang sudah menyebabkan kematian kedua orang tuanya serta mengambil alih saham yang mereka punya selama ini," ujarnya lagi masih di dalam hati.
"Aku harus menyelidikinya. Aku harus mencari tahu di mana Ragil sekarang."
Ternyata anak buah yang tadi mengancam Gania sudah memasang CCTV tersembunyi di dalam ruang perawatannya.
"Sial4n!" geram Arfan karena mendapatkan laporan dari anak buahnya jika Gania melaporkannya kepada Dika.
Sama seperti Arfan, Ragil juga merasa geram dengan ulah Gania. Yang awalnya ingin mengampuni plus ada pengecualian untuknya, sekarang tidak lagi.
"Beren953k!" umpat Ragil.
"Habisi dia sekarang juga. Biar Dika semakin stres karena kedua istrinya mati secara bersamaan di hari yang sama," perintahnya.
Arfan menganggukkan kepalanya. "Baik, Tuan," jawab Arfan.
Arfan langsung mengerahkan anak buah untuk melancarkan aksinya tidak peduli itu berbahaya atau tidak.
Karena terlalu sibuk mengurus rencananya untuk menghancurkan Dika membuat Ragil sampai terlupa waktu.
Ragil merasa mengantuk lalu istirahat tanpa makan siang terlebih dahulu.
Ragil terbangun ketika waktu sudah menunjukkan pukul tiga sore. Dia lalu ke luar kamarnya sambil menguap lebar berjalan menuruni tangga.
"Om Ragiiiillllll ... " tiba-tiba suara Adele memenuhi ruang di rumahnya.
Mata yang awalnya masih mengantuk langsung terbuka lebar karena mendengar suaranya Adele. "Ooooommm!" teriak Adele lagi.
"Itu suara Adele," gumam Ragil.
Ragil dari atas sudah melihat Adele sedang celingukan mencarinya.
Sebelum ketahuan olehnya Ragil langsung berbalik badan dan masuk kembali ke dalam kamarnya.
"Eh, Adele." Sapa Isha yang mendengar suaranya Adele.
"Eh, Tante."
"Om Ragilnya ada, Tante?" tanya Adele.
"Hmm, Tante lagi," gemas Isha.
"Tahan, sabar ... " batinnya.
"Dia bodoh," gerutunya.
Bersambung ....
😁🤭🤭
ngk salah kamu dika
kurang sadis dek🤣🤣