NovelToon NovelToon
Reinkarnasi si Pelayan Setia

Reinkarnasi si Pelayan Setia

Status: sedang berlangsung
Genre:Reinkarnasi / Kelahiran kembali menjadi kuat / Harem / Cinta Murni / Fantasi Wanita / Cinta Istana/Kuno
Popularitas:1.6k
Nilai: 5
Nama Author: Black _Pen2024

Di istana yang berkilauan, kebohongan adalah mata uang dan darah adalah harga dari kesetiaan. Seorang pelayan setia menyaksikan dosa tak terampuni yang dilakukan sang Permaisuri—dan dibungkam selamanya.
Atau begitulah yang Permaisuri pikirkan.

Langit yang menjadi saksi pilu mengembalikan Takdir si pelyan setia, mengembalikannya dari gerbang kematian, memberinya wajah baru, identitas baru—tubuh seorang selir rendahan yang terlupakan. Dengan jiwa yang terbakar dendam dan ingatan yang tak bisa dihapus, ia harus memainkan peran sebagai wanita lemah, sambil merajut jaring konspirasi paling mematikan yang pernah ada di istana. Tujuannya bukan lagi sekadar bertahan hidup, melainkan merenggut keadilan dari singgasana tertinggi.

Setiap bisikan adalah pertaruhan. Setiap senyuman adalah topeng. Di tengah intrik berdarah antara selir dan para menteri, mampukah ia meruntuhkan kekuasaan sang Permaisuri dari bayang-bayang sebelum identitas aslinya terungkap dan ia mati untuk kedua kalinya

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Black _Pen2024, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 10 Akhir yang ....

Pintu kayu tua itu berderit tertutup, mengunci Xiao Ling dalam kegelapan yang pekat, dingin, dan berbau lumut. Ruangan itu, bekas ruang penyimpanan yang kini ditinggalkan, terasa seperti rahim yang busuk—tempat rahasia istana dilahirkan dan dibunuh. Cahaya samar dari sebuah lentera minyak yang digantung di sudut hanya cukup untuk memperlihatkan wajah-wajah lima preman bayaran yang kini berdiri mengelilinginya, pandangan mereka seperti pemangsa yang kelaparan.

Xiao Ling dilemparkan ke lantai semen yang lembab. Rasa sakit akibat hantaman di kepala dan pergelangan tangannya yang terikat mendera, tetapi hatinya lebih sakit. Jiwanya meratap, bukan hanya karena kematiannya sendiri yang sudah pasti, tetapi karena kebenaran tentang Selir Hong akan terkubur bersamanya, tanpa ada saksi.

Pemimpin preman itu, pria berbekas luka yang dikenal sebagai Wu, melangkah maju. Dia memegang perkamen yang ia rampas dari Xiao Ling, kini ia membakarnya dengan api lentera. Kertas itu melengkung, berubah menjadi abu hitam, dan lenyap dalam asap pahit. Bukti terakhir kini tiada.

“Kau memang pelayan yang gigih,” kata Wu, suaranya mengandung ejekan yang meremehkan. “Tetapi kegigihan tidak ada artinya jika kau hanya seekor lalat yang berani menantang naga. Permaisuri memberimu kesempatan untuk mati dengan cepat, tapi kau memilih jalan yang sulit, dan sekarang kau harus membayar harga yang mahal untuk penghinaan ini.”

Dia berjongkok, memegang dagu Xiao Ling dengan kasar. Preman lain merobek bagian atas pakaian Xiao Ling, meninggalkan kain sutra yang robek dan menanggalkan martabat terakhirnya. Meskipun hanya seorang pelayan, tubuhnya muda dan indah, dan Wu membiarkan mata anak buahnya berpesta atas pemandangan itu, dan menikmati keindahan itu. Tanpa saksi, seolah-olah itu adalah bagian dari hukuman yang diperintahkan Xiu Feng—mengubahnya menjadi objek yang tidak berharga sebelum dibuang.

Xiao Ling berusaha menarik napas, tetapi rasa malu dan teror hampir mencekiknya. Dia menggigit bibir bawahnya hingga berdarah. Dia menolak untuk menunjukkan ketakutan yang diinginkan para algojo ini. Matanya, meskipun dipenuhi air mata kehinaan, memancarkan api yang membara.

“Aku tidak takut mati! Kematianku hanya akan membuktikan betapa takutnya Permaisuri Xiu Feng pada kebenaran!” Xiao Ling meludahkan kata-kata itu, menantang pandangan bernafsu Wu.

Wu tertawa dingin, berdiri tegak. “Kebenaran? Selir Hong mati karena sakit. Raja berduka, dan setelah itu, selir Hong akan dilupakan. Kau, pelayan rendahan, yang mengarang cerita dan mencoba mencoreng nama Permaisuri. Kau adalah pengkhianat. Dan pengkhianat harus dilenyapkan dengan cara yang membuat jiwanya gentar dan raganya terhina.”ejek ketua preman itu.

Mendengar kata-kata itu, kemarahan Xiao Ling memuncak, melampaui rasa takutnya. selir Hong tidak sakit; selir Hong dibunuh secara keji. Bayinya dirampas! Wu dan Permaisuri bersekutu dalam kejahatan ini, dan mereka berani menutupi semuanya dengan kebohongan yang dingin sambil menanggalkan kehormatannya!"

“Kalian akan membayar!” teriak Xiao Ling, suaranya serak. Dia mencoba berdiri, tetapi dua preman lain menekannya kembali ke lantai, mengencangkan ikatan di tangannya.

“Sebelum kau mati,” ujar Wu, mengambil sebatang besi tua yang berkarat, “aku ingin kau tahu betapa sia-sianya perjuanganmu. Permaisuri Xiu Feng akan terus berkuasa, dia akan menjadi ibu bagi seluruh kekaisaran. Dan Raja Tien Long, dia tidak akan pernah tahu. Dia akan terus mempercayai istrinya yang setia.”

Kata-kata itu, menusuk lebih dalam daripada pisau. Itu adalah penghinaan terakhir terhadap keadilan dan penghinaan terhadap Raja Long, pria baik yang kini dibutakan oleh tirani istrinya. Xiao Ling merasa tenggorokannya tercekat oleh kehancuran harapan.

“Bagaimana kau bisa begitu jahat?” bisik Xiao Ling, gemetar. “Hong tidak pernah menyakiti siapa pun!”

“Di istana ini, kecemburuan adalah racun yang lebih mematikan daripada ramuan apa pun,” balas Wu, kini mengisyaratkan kepada bawahannya untuk memulai penyiksaan. Tujuannya adalah rasa sakit yang ekstrem dan penghinaan total, bukan untuk mendapatkan informasi, tetapi untuk memuaskan hasrat keji Permaisuri Xiu Feng.

Penyiksaan itu dimulai dengan kejam dan tanpa ampun. Setiap pukulan, setiap rasa sakit yang menjalar, diiringi dengan tawa sinis para algojo. Namun, saat tubuhnya melemah, jiwa Xiao Ling justru mengeras. Dia tidak menjerit memohon belas kasihan. Dia menjerit atas nama keadilan. Di tengah deraan, dia hanya memikirkan selir Hong, senyum terakhirnya, dan janji untuk melindungi kebenaran lagi.

Saat salah satu preman mengangkat batang besi untuk pukulan terakhir yang mematikan, Xiao Ling memejamkan mata. Dia tidak melihat kegelapan; dia melihat wajah Xiu Feng yang angkuh dan menang tercemar, wajah yang harus ia lihat menderita.

Di detik terakhir kesadarannya, sumpah yang ia bisikkan di tepi sungai kini berubah menjadi raungan dahsyat di dalam jiwanya. Itu adalah janji yang dicatat oleh langit itu sendiri.

“Aku bersumpah… demi darah Selir Hong dan darahku sendiri… aku akan kembali! Aku akan menghancurkanmu, Xiu Feng! Aku akan merebut kebahagiaanmu, kekuasaanmu, dan nyawamu!”

Batang besi itu menghantam kepalanya dengan kekuatan yang mematikan, mengakhiri penderitaan fisiknya secara instan. Tubuh Xiao Ling ambruk ke lantai yang dingin, kain yang compang-camping menempel di kulitnya yang berlumuran darah. Darah merembes, perlahan menyebar di lantai semen, memadamkan sisa cahaya di matanya.

Wu memerintahkan anak buahnya untuk membereskan kekacauan itu dan membuang mayatnya di tempat yang tidak akan pernah ditemukan. Bagi mereka, ini adalah akhir yang kotor dari kisah seorang pelayan bodoh yang terlalu setia.

Tetapi bagi jiwa Xiao Ling, ini baru permulaan.

Saat nyawa meninggalkan raganya, jiwa Xiao Ling tidak merasakan kedamaian. Sebaliknya, ia merasakan kobaran api yang dahsyat. Amarah, frustrasi, dan pengkhianatan yang dialaminya begitu besar, didorong oleh penghinaan dan kekejaman yang baru saja ia terima, sehingga menolak hukum alam. Jiwanya berputar, tidak menuju dunia bawah, tetapi melayang di atas istana tempat ia dibunuh. Energi spiritualnya, yang oleh dendam yang sah dan keadilan yang tertunda, kini menarik perhatian kekuatan kuno yang mengawasi takdir kekaisaran.

Dia melihat mayatnya tergeletak tak berdaya, bukti dari kejahatan yang tak terhitung. Dan dia melihat Istana Naga, megah di bawah sinar matahari pagi, namun busuk di dalamnya.

Jiwa itu, kini berbentuk gumpalan energi murni yang dipicu oleh kemarahan, merasakan tarikan kuat. Tarikan itu bukanlah tarikan kematian, melainkan tarikan takdir yang diintervensi. Sebuah celah terbuka dirinya tirai realitas, dan janji yang ia buat—dendam langit—mulai ditebus. Jiwa Xiao Ling dilemparkan ke dalam pusaran energi, melewati batas-batas dunia roh, menuju tubuh lainnya menemukan wadahnya. Dendam yang Langit izinkan dibalas kan dengan epic yang baru saja ditinggalkan. Tubuh yang lemah, yang juga telah menderita di bawah bayangan Xiu Feng.

Amukan terakhirnya adalah badai spiritual yang melanda Istana Naga. Dan kemudian, kegelapan total menelannya. Xiao Ling telah mati. Tetapi sumpah yang ia bawa akan segera bangkit untuk kembali.

Di Istana Dingin, seorang selir yang tidak penting, yang telah lama putus asa, tiba-tiba menarik napas tajam, terbangun dari tidur panjang yang bukan tidur. Sebuah kekuatan baru, dingin, dan penuh perhitungan kini menghuni raganya.

Dendam Langit telah menemukan wadahnya. Dendam yang Langit izinkan dibalas kan dengan epic dan tepat.

1
Wida_Ast Jcy
keren certinya saling follow yuk kak
Black_Pen2024 Makin Sukses 🎉✨: oke siap. udah aku folback ya kakak. Terima kasih banyak sudah mampir. lope lope sejagat😍🙏👍
total 1 replies
Ita Xiaomi
Kecerdikan utk melawan kelicikan.
Ita Xiaomi
Seramnya tinggal di lingkungan yg penuh intrik dan konspirasi.
Ita Xiaomi
Wah keren ceritanya. Menegangkan.
Ita Xiaomi: Sama-sama kk. Insyaa ALLAH. Tq kk. Berkah&Sukses selalu.
total 2 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!