NovelToon NovelToon
World Without End. Final Re:Make

World Without End. Final Re:Make

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi Isekai / Light Novel / Fantasi / Anime / Solo Leveling / Mengubah Takdir
Popularitas:1.8k
Nilai: 5
Nama Author: Ady Irawan

Keyz berpetualang di Dunia yang sangat aneh. penuh monster dan iblis. bahaya selalu datang menghampirinya. apakah dia akan bisa bertahan?

Ini adalah remake dari novel yang berjudul sama. dengan penambahan alur cerita.

selamat membaca

kritik dan saran di tunggu ya. 😀

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ady Irawan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Magical Night

Sad Town Night Lights

Malam telah datang ketika Keyz selesai makan di bar. Ia terkejut, sebab penerangan di Sad Town tidak berasal dari api seperti di dunia baru yang ia kenal.

Cahaya itu datang dari makhluk-makhluk kecil bersayap yang beterbangan perlahan di udara, memantulkan kilau lembut di setiap sudut ruangan. Dari kejauhan, mereka tampak seperti serpihan cahaya yang hidup—bergetar, berputar, lalu melayang ke arah langit-langit seperti kunang-kunang yang diberkahi sihir.

“Itu Roar,” kata pemilik bar, Kim, pria besar berotot yang tampak lebih cocok menggenggam pedang daripada sendok kayu. Wajahnya keras, tapi matanya memancarkan ketenangan orang yang sudah lama berdamai dengan kehidupan nya. “Sejenis monster serangga.”

“Mirip Pixy,” jawab Keyz pelan, matanya masih menatap ke arah makhluk-makhluk bercahaya itu. “Dulu, aku punya teman Pixy. Kami pernah berpetualang ber—”

“Hahaha! Jangan ngaco, anak muda.” Kim menepuk pundak Keyz dengan tangan sekeras batu. “Pixy punya bahasa sendiri, tak satu pun manusia bisa memahaminya. Lagipula, mereka diyakini sudah punah ratusan tahun lalu—sejak perang antara Dewa dan Iblis.”

Kim mengambil gelas dari meja, mengelapnya perlahan. “Kau pertama kali datang ke sini, kan? Cobalah keluar sebentar. Lihat sendiri bagaimana hebatnya pemandangan malam Sad Town.”

Two Moons in the Sky of Sad Town

Benar-benar menakjubkan. Begitu Keyz melangkah keluar dari bar, udara malam langsung menyambutnya dengan sejuk yang menusuk namun nyaman. Kota ini… benar-benar hidup bahkan setelah matahari tenggelam.

Cahaya-cahaya Roar menari di udara, berkelap-kelip di antara atap rumah, di sela menara jam, dan di sepanjang jalan batu yang basah oleh embun. Mereka tidak hanya menerangi, tetapi juga memberi napas pada kota ini—membuat setiap bayangan terlihat lembut, setiap warna tembok berubah menjadi pendar keunguan yang hangat.

Keyz mendongak.

Langitnya… indah sekali. Ada dua bulan di sana—satu merah darah, satu biru pucat seperti es. Cahaya keduanya bersatu, berbaur menjadi ungu lembut yang membasuh seluruh langit. Dan ribuan bintang berkelap di atas sana, terang sekali, seolah bisa ia gapai hanya dengan menjulurkan tangan.

Tak ada awan, tak ada kabut. Hanya langit yang jernih dan luas, seperti cermin tak berujung tempat mimpi-mimpi mengambang.

Di pinggir jalan, seorang petugas keamanan sedang memberi makan pada Roar di dalam sangkar. Tubuh kecil makhluk itu bersinar lembut, seperti arang panas yang berdenyut pelan.

“Roar termasuk monster, kan?” tanya Keyz. Petugas itu menoleh, dan Keyz mengenalinya—orang yang tadi siang sempat menyapanya.

“Ah, kamu lagi, Keyz.” Ia tersenyum. “Benar. Tapi mereka sudah dijinakkan. Kita hanya perlu memberi makan mereka agar tak kembali liar.”

Obrolan mereka hanya berlangsung singkat. Tak lama, suara peluit memanggil petugas itu, mungkin dari rekannya yang berjaga di sisi lain jalan. Ia melambaikan tangan sebelum bergegas pergi.

Keyz menghela napas pelan. Angin malam membawa aroma tanah lembab, bunga liar, dan sisa makanan dari bar yang masih hangat.

Lampu-lampu Roar menari di atas kepalanya, dan dua bulan di langit seperti mata raksasa yang memandang tenang dari kejauhan.

Hari ini terlalu panjang. Tubuhnya terasa berat, dan kelopak matanya mulai menurun perlahan.

Dengan langkah perlahan, Keyz kembali menuju bar. Ia memutuskan untuk mengakhiri hari itu dan pergi tidur.

Meeting In The City Ruins

‘Tania’s Alchemy.’

Tulisan pada plang kayu itu bergoyang pelan diterpa angin siang. Letaknya tepat di samping bengkel pandai besi milik Kinh. Sekarang sudah hampir tengah hari. Sepertinya Keyz tidur terlalu nyenyak semalam—sampai-sampai matahari sudah tinggi ketika ia bangun.

Baru saja Keyz hendak melangkah masuk ke dalam toko itu, tiba-tiba—

“Kyaaa!!”

Teriakan nyaring terdengar dari arah kanan bangunan. Suaranya datang dari luar dinding kota.

Entah kenapa, tanpa berpikir panjang, tubuh Keyz langsung bergerak. Ia berlari ke arah sumber suara itu.

Begitu melewati gerbang kecil menuju luar kota Sad Town, matanya langsung menangkap pemandangan yang cukup mencengangkan—seorang Elf berambut keemasan, dikuncir kuda, dengan zirah hijau keemasan yang memantulkan cahaya matahari, sedang diserang oleh segerombolan Colon di tengah-tengah reruntuhan kota.

Tanpa pikir panjang, Keyz langsung pergi ke tengah-tengah pertempuran.

Tubuhnya seakan bergerak secara otomatis, seolah mengingat walau pikirannya masih dipenuhi ingatan yang gelap. Beberapa menit kemudian, sekitar dua puluh Colon sudah tergeletak di tanah, dan tubuh mereka perlahan memuai seperti asap yang dihembus angin.

“Terima kasih,” ucap Elf itu sambil mengatur napas. Meski dia baru saja bertarung, tak ada satu luka pun di tubuhnya. “Biasanya mereka tidak berbahaya. Tapi kalau sebanyak ini, aku bisa sedikit kewalahan.”

“Sama-sama,” jawab Keyz, sambil memunguti barang-barang yang tercecer dari tubuh para Colon yang sudah mati.

“Benda itu tidak terlalu berharga, kenapa kamu mengumpulkannya?” tanyanya dengan nada heran.

“Aku masih baru di kota ini, jadi… butuh banyak biaya untuk hidup,” jawab Keyz sambil nyengir kuda, memperlihatkan senyum termanis yang ia bisa. “Namaku Keyz. Kamu?”

“Ah, maaf. Aku Nay. Salam kenal, Keyz.”

“Oiii!!”

Suara teriakan lagi, kali ini dari belakang bangunan terbengkalai. “Nay!! Di sana sudah beres, kan? Sini bantu aku! Banyak Colon yang menyerangku!!”

“Ah, itu kakakku!” Nay langsung bersiap. “Aku harus ke sana! Ya!! Aku datang!!”

“Aku juga akan membantu,” kata Keyz, mengikuti langkah kaki Nay yang cepat bagaikan angin.

Meteor Breaker

Di balik bangunan tua itu, jumlah Colon ternyata jauh lebih banyak—setidaknya lima puluh, mungkin lebih, dan mereka terus berdatangan seperti gelombang tak berkesudahan.

Tanpa banyak bicara, mereka bertiga langsung bertarung.

“Slash!!” Keyz merapal mantra skill-nya—jurus yang sebelumnya ia namai Air Bender. Ia sengaja menggantinya agar lebih mudah diucapkan.

Kakak Nay, seorang pria berkulit sawo matang dengan otot sekeras batu, mengayunkan kapak raksasanya. Setiap serangan membuat tanah bergetar. Nay sendiri menari-nari di antara mereka, pedang rapiers-nya berkelebat secepat kilat.

Ketika para Colon mulai membentuk formasi lingkaran, Keyz tahu inilah waktunya. Ia melompat tinggi, memutar tubuh dua kali di udara, lalu menghujamkan dirinya ke tanah dengan sekuat tenaga dan berteriak,

“Meteor Breaker!!!”

Blar!!!

Ledakan dahsyat mengguncang tanah. Batu-batu berterbangan. Debu membumbung tinggi.

Colon-colon itu beterbangan seperti daun kering tertiup badai, dan ketika tubuh mereka menyentuh tanah, mereka memuai. Nay dan kakaknya ikut terhempas ke belakang—mungkin sedikit terlalu keras.

“Buodoh!!! Kamu juga mau bunuh kami, hah?!” teriak kakaknya, wajahnya merah padam, urat di lehernya menegang. “Siapa kamu, hah?! Mau ngajak ribut?!”

“Tu-tunggu! Aku nggak nyangka kalau efek seranganku se—”

“Hentikan, Kak!” Nay buru-buru menarik tangan kakaknya yang sudah nyaris mencekik leher Keyz. “Dia tadi menolongku!”

Pria itu, yang ternyata bernama Tim, masih terengah, tapi mulai mereda. “Hmph! Untung adikku mencegahku. Kalau tidak…”

“Kak Tim!!” Nay membentak. “Dia nggak sengaja! Lagian Kak juga nggak terluka sama sekali!”

“Cuh.” Tim meludah ke tanah, lalu menatap Keyz dari atas ke bawah. “Baiklah. Kamu siapa, orang baru ya? Jangan belagu, Keyz. Namaku Timmy, kakaknya Nay. Ada urusan apa kamu di sini?”

Keyz menjelaskan kalau ia awalnya hanya ingin menemui pemilik toko Alchemy, tetapi mendengar teriakan tadi, ia langsung berlari ke sana dan menemukan mereka diserang Colon.

“Aah, jadi si Tania, ya?” kata Nay.

“Tania?” Tim menyipitkan mata. “Dia lebih cocok disebut ahli alkemis. Eh, apa kamu bahkan tahu apa itu Alchemy? Kamu lahir di gua kah, sampai nggak tahu begituan?”

Keyz menjelaskan kalau ia kehilangan ingatan, dan tidak banyak tahu-menahu tentang dunia ini.

Nay tampak menyesal. “Maaf, Keyz. Kami sama sekali tidak tahu soal itu.”

“Ah, nggak apa-apa,” jawab Keyz sambil tersenyum kecil, berbohong sedikit—ia sebenarnya sudah mulai mengingat beberapa hal di tengah-tengah pertempuran tadi. “Ngomong-ngomong, kalian tahu apa tentang Slot dan Crystal Core ini?”

“Kami nggak bisa jelaskan dengan detail,” kata Tim. “Lebih baik kamu langsung ke Tania. Dia paham betul soal itu.”

Ia mengeluarkan sebuah kantong kecil dari sakunya. “Sekalian, tolong kasihkan ini ke Tania.”

“Hei! Kak! Itu nggak boleh! Quest-nya kan tanggung jawab kita!” protes Nay.

“Tidak apa-apa,” jawab Keyz cepat. “Aku bisa diandalkan kok.”

“Tapi masih ada satu item yang belum kita dapat,” Nay menatap Keyz ragu. “Dan itu cuma bisa didapat dari monster yang disebut Bos Colon.”

“Inti? Bos Colon? Dari namanya saja sudah kedengaran berbahaya,” jawab Keyz sambil menggaruk kepalanya.

“Ah, inti yang aku maksud itu Core—atau Crystal yang tadi kamu tanyakan,” jelas Nay. “Dan Bos Colon nggak terlalu berbahaya kok. Mengingat kamu bisa melakukan jurus... apa tadi? Ah iya, Meteor Breaker! Aku yakin kamu bisa menanganinya.”

“Bos Colon itu di mana?” tanya Keyz.

Tim menunjuk ke arah rumah besar yang tampak tua dan terbengkalai di kejauhan. “Aku tadi lihat dia masuk ke dalam sana.”

“Jadi,” Nay menatap Keyz sambil tersenyum, “apakah kamu mau menyelesaikan quest ini, Keyz?”

Keyz mengepalkan tangan, menatap rumah besar itu.

“Baiklah,” jawabnya dengan mantap jiwa. “Akan ku usahakan yang terbaik.”

1
Surya
keren ini transmigrasi ke dunia game kah?
PiaPia_PipiOlipia
woh ada cerita tambahannya 💪💪💪
PiaPia_PipiOlipia
wuih. puluhan bab sekaligus. ini mah setara dengan satu buku.😍😍😍😍
PiaPia_PipiOlipia
Bagus
Ady Irawan
Kritik dan saran di tunggu ya gess
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!