Rahim Sewa'An

" Kakak, Cina." teriak Martin.

" Apa Martin?" tanya Matthew.

" Ibu bertengkar dengan kakak ipar lagi, katanya kakak ipar masuk rumah sakit." ujar Martin memberitahu Matthew.

Seketika gandengan tangan itu terlepas, Seina melihat tangannya yang terlepas.

Kok rasanya nyeri ya di dada.

Dalam hati Seina.

Matthew langsung pergi begitu saja tanpa berpamitan.

" Cin, ayo kembali, kakak pasti sangat mengkhawatirkan bini gilanya." ujar Martin mengajak Seina kembali.

Mereka pun kembali ke kediaman pinggir pantai, dan Matthew pun segera pergi ke kota.

Seina tampak sangat sedih.

" Nona, apa anda sedih karena Tuan pergi menemui istrinya?" tanya Mona.

" Ah?, Mona apa yang kau bicarakan?, jangan asal bicara, takut jadi masalah." ujar Seina lembut.

" Maafkan saya Nona." Ujar Mona meminta maaf.

" Tidak apa-apa, santai saja Mona, aku ingin istirahat sebentar." ujar Seina masuk ke kamarnya.

Padahal tadi dia bilang mau membawaku, dan aku tidak boleh menolak, dasar pria pembohong, dia berlari setelah mendengar istrinya masuk rumah sakit, Ya Tuhan Seina kau ini berpikir apa lagi, jelas sekali istrinya, kenapa kau malah marah, cukup tidak tahu dirinya, Tuan hanya kesepian dan aku adalah target yang tepat pastinya.

Seina berperang batin dan pikiran.

" Aku tidak boleh goyah!" Seina mulai mendoktrin dirinya untuk tidak berbuat hal gila.

"Tapi siapa yang tidak tergoda kalau wajahnya seperti itu, suaranya, Oh Tuhan aku sudah gila, tolong jangan buat saya gila." Seina dibuat gundah gulana.

Di rumah sakit.

" Lihat Matthew, ibumu menganiaya anakku, sampai hidungnya patah dan bibirnya robek." teriak ibu Gladys tidak terima.

" Astaga, ..." Matthew sangat terkejut melihat wajah istrinya yang tidak dia kenali lagi.

" Di mana Ibu?" tanya Matthew.

Rupanya ibunya sedang di interogasi oleh polisi.

" Kau kenapa malah mengkhawatirkan ibumu yang jahat itu, sekarang ini istrimu lebih penting." Ujar ibu Gladys.

" Aku tahu ibu mertua, tapi Gladys juga pasti tidak bisa bicara dengan mulut seperti itu, biar dokter yang menanganinya." ujar Matthew segera menghampiri ibunya.

" Apa?, dia tidak memperdulikan mu?" Ibu Gladys sangat terkejut dengan sikap Matthew, yang tidak seperti biasanya.

Gladys terus merengek menangis.

" Ibu kenapa kau membuat Gladys babak belur?" ujar Matthew bertanya.

" Dia kurang ajar sih, biar tahu rasa." jawab Olive.

" Apa yang diperbuat Gladys Bu? " tanya Matthew heran.

Ibunya selama ini hanya adu mulut saja kalau bertengkar, kenapa bisa sampai turun tangan pada istrinya.

" Menjijikan, wanita itu menjijikan." ujar Olive.

" Apa ibu?, tolong yang jelas." ujar Matthew tak mengerti.

" Ibu sudah memberikan keterangan pada polisi, kau tanya saja sama polisi, aku mau pulang mandi dan berkumur, karena terlalu banyak mengucapkan hal kotor, dan juga tolong bersihkan namaku, tapi kalau kau mau memenjarakan ibumu aku akan terima." ujar Olive segera pergi.

Matthew pun segera menemui polisi dan mendapatkan semua keterangan yang ada.

" Itu tidak mungkin pak." ujar Matthew terkejut.

" Tapi istri anda bilang itu dijebak oleh ibu anda, sedangkan ibu anda mendapatkan laporan dari anak temannya yang katanya suaminya berhubungan dengan istri anda." ujar polisi.

" Begitu ya." Gumam Matthew.

" keluarga mereka memasukan laporan menuntut istri anda, dan istri anda menuntut ibu anda yang katanya menjebaknya, jadi bagaimana Tuan Matthew?" tanya polisi.

" Saya ingin berbicara dengan keluarga yang menuntut istri saya dulu." ujar Matthew.

Kepala Matthew rasanya sangat ingin pecah, satu istri dan yang satu adalah ibunya, sebenarnya kapan mereka ini bisa baik - baik saja, masalah anak sudah teratasi, malah muncul masalah lain lagi.

Pertemuan dengan keluarga yang menuntut istrinya.

" Biarkan bukti saja Tuan Matthew yang berbicara, kami tidak akan mencabut tuntutannya." tegas keluarga itu.

Mereka juga punya power untuk menuntut Gladys.

Setelah melihat cctv yang ada, rupanya tidak hanya sekali dua kali mereka cek in ke hotel, itu jelas bukan jebakan.

Setelah itu Matthew menemui Ibu mertuanya.

" Ibumu menjebak anakku Matthew." ujar Ibu Gladys.

" Memang ada orang dijebak berkali-kali?" ujar Matthew.

" Apa maksudnya?" Ibu Gladys sangat terkejut.

" Apapun itu pasti semua ada alasannya, kenapa Gladys melakukan itu, tapi ibumu sangat kejam, dia memukuli anakku tidak beraturan, kami tidak akan mencabut tuntutan kami." teriak ibu Gladys.

" Sama, saya juga tidak bisa menghentikan keluarga mereka untuk menuntut Gladys, saya sudah mengurus semua prosedur pengobatan Gladys, dan dia juga akan diawasi oleh pihak berwenang, saya harus kembali pulang karena sudah sangat lelah." ujar Matthew.

" Istrimu sekarat!, kau mau pulang?" teriak ibu Gladys.

Matthew sudah cukup sangat kecewa, tapi dia masih bingung harus bagaimana untuk urusan kedepannya, dia tidak bisa berpikir jernih, cintanya pada istrinya tidak pernah main-main, meskipun dia memang jarang memberikan perhatian, tapi dia tidak pernah berselingkuh.

Sekarang dia mau pulang kemana bingung, akhirnya dia kembali ke kediaman pinggir pantai untuk menemui Seina.

Pukul 2 malam Matthew tiba dan langsung mengetuk pintu kamar Seina.

" Hem, ... Apa Mona?, ah Tuan." Seina sangat terkejut tiba-tiba sekali ada Matthew di depannya, bukanya dia sudah kembali menemui istrinya.

Matthew langsung memeluk Seina dan menangis.

Seina segera menutup pintu.

" Apa anda Tuan Matthew?, atau jangan - jangan genderuwo yang menyamar menjadi Tuan Matthew?" ujar Seina memastikan.

" Hahahah." Matthew tiba-tiba terkekeh mendengar ucapan Seina.

" Biasanya kan genderuwo itu menyamar menjadi suami seseorang kan, jadi aku ini suamimu ya." ujar Matthew tertawa meskipun matanya merah karena menangis.

" Sepertinya anda benar-benar genderuwo mata anda merah sekali." Ujar Seina dengan tenang.

" Iya, Genderuwo ini butuh tempat Seina." ujar Matthew memeluk kembali Seina.

" Seina aku baru saja menemui ibu dan istriku aku bingung." Matthew melepas topi dan sepatunya lalu duduk di atas ranjang sambil menarik Seina duduk di pangkuannya.

Matthew menceritakan semuanya sambil berderai air mata, terlihat jelas betapa terlukanya Matthew karena istrinya.

Seina mengusap kepala Matthew dengan lembut sambil mengecup kening Matthew.

" Biarkan semua berjalan sebagaimana mestinya Tuan, anda tidak bisa menutupi semua kesalahan istri anda terus-menerus, dan saya rasa ibu anda sama halnya dengan ibu nyonya Gladys, dia tidak terima anaknya dikhianati, semua ibu akan seperti itu, saya juga akan melakukan hal yang sama, tapi saya mungkin tidak akan bisa, karena bukan saya yang akan membesarkan mereka." Ujar Seina tampak sedih sambil mengusap perutnya.

" Seina, ... bagaimana jika kau menjadi istri keduaku?" Ujar Matthew.

" Tu-tu-tuan, anda jangan bercanda." Seina langsung dapat serangan fajar.

" Aku akan memberikan hak anak padamu, kau juga akan mendapatkan hak yang sama sebagai Nyonya Howard sah." tegas Matthew.

" Saya tidak mau menjadi perusak rumah tangga orang lain ." ujar Seina.

" Tanpa adanya kamu, rumah tangga ini sudah cacat." ujar Matthew.

" Tolong aku Seina, aku akan memberikan segalanya, aku ingin membalas semua rasa sakit yang tidak bisa aku tanggung ini." Ujar Matthew memohon pada Seina.

" Tuan, jika anda merasa sepi saya akan membantu menghilangkan kesepian anda, tapi saya tidak mau menjadi yang kedua atau di duakan, saya mau menjadi satu-satunya." ujar Seina tertunduk, Seina sudah tidak bisa menahan diri atas godaan suami orang yang malang itu.

Seina tidak mau menanggung kesalahan orang lain, jika dia menerima menjadi istri kedua Matthew saat ini, dia akan menanggung cap sebagai perusak rumah tangga orang lain, karena sebagai yang kedua, sedangkan Gladys akan terbebas dari pandangan negatif karenanya.

Meskipun hati ini ingin berteriak mau, tapi otak ini tidak mau menanggung resikonya.

Dalam hati Seina.

Matthew bisa menilai betapa bijaknya pertimbangan Seina di usia yang sangat muda.