wanita dengan dendamnya dan pria dengan rahasia kelam.
"huhuhuh, sungguh sial saya bertemu dengan wanita seperti kamu," ucapnya seraya menutup wajahnya sambil menangis.
wanita yang tidur bersamanya menatapnya dengan tak percaya,"bapak serius nangis, pak, yang harus nangis itu saya, kan bapak ambil keperawanan saya,"ujarnya tak percaya apa yang di lihatnya.
"kan kamu yang memaksa saya tidur bersama kamu, saya sudah menjaga punya saya, agar tetap suci, tapi dalam semalam kamu mengambil kesucian saya, huhuhuhu,"omelnya panjang lebar seraya menangis, dan tidur membelakangi wanita yang syok melihat reaksinya.
" tapi bapak suka kan, buktinya ngak tidur semalam,"ucapnya, membuat pria yang membelakanginya itu, sedang menahan malu dengan wajah memerah."lagian sok nolak cinta saya, jadinya kan perjaka bapak saya ambil aja,"lanjutnya dengan senyuman bangga, berhasil mengambil keperjakaan pria yang menolaknya.
"saya tidak akan bertanggung jawab," ucapnya membuat wanita di sampingnya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon liyana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
kejadian tragis apa 8 tahun lalu?
"pak, berhenti disini," kata Sandra meminta Bima berhenti di pinggir jalan.
"rumah lo kan, masih jauh dari sini San?" tanya Athera.
"iya, tapi ngak papa, gue bisa pulang sendiri kok,Hati-hati ya pengantin baru," goda Sandra pada keduanya yang saling tatap.
"iya, hati-hati yah," sahut Athera, meninggalkan Sandra yang melambaikan tangannya.
"ngak mau minta saya duduk di depan Mas?" tanya Athera.
"ngak," jawabnya datar.
"kalau gini, kelihatannya ngak kayak suami istri Mas, tapi kayak majikan sama sopirnya," Cetusnya, tak di balas sama sekali oleh Bima.
"Makasih udah bantuin saya tadi," lanjutnya, Bima melirik ke spion mobil dan berdehem. Athera merasa tak nyaman ia maju kedepan dan duduk di samping Bima.
"ngapain duduk disini, di belakang sana," usir Bima.
"kenapa sih, orang mau disini juga,"balas Athera ketus.
Bima diam saja, kepalanya rasanya ingin meledak, bila berdua saja dengan Athera.
"diam terus Mas, ngak punya mulut ya, atau... emang ngak bisa ngomong, MAS BIMAA!"
Bima menutup sebelah telinganya, "APAAA!"
"di ajak ngomong kok ngak nyaut sih," keluh Athera.
"kalau ngak nyaut, artinya orang ngak mau ngomong," ketusnya, Athera menaikkan alisnya dan mengerucutkan bibirnya, pipinya kembung, ia melipat kedua tangannya, dan melihat ke arah luar jendela.
Bima hanya menghela nafas, ia membiarkan Athera yang ngambek. cukup lama tak ada pembicaraan, Bima akhirnya menyerah, "Athera," panggilnya dengan datar, ia melirik Athera, yang masih melihat keluar jendela. tak ada sahutan sama sekali.
"Athera, mama sama papa kamu, ngundang kita buat makan malam bisnis," katanya melirik Athera sekilas, yang diam saja. "Athera, Athera, ATHERA!" teriaknya.
Athera tersenyum tipis,tapi tetap diam,sampai ke apartemen.
dengan raut muka datarnya,ia turun dari mobil, dan berjalan menuju lift, Bima berlari mengejar Athera tapi pintu lift sudah di tutup.
Bima hanya bisa menghela nafas, "seharusnya saya senang, dia menjadi pendiam, tapi kenapa saya merasa resah," gumamnya.
Sedangkan di dalam lift, Athera sedang terkikik "xixixixi, emang enak di diemin, hah, rasain," katanya dengan puas.
pintu lift di buka, menampilkan wajah songong Bima, yang membuka pintu apartemen, Athera melongo, "kok," Athera menunjuk ke arah Bima.
sedangkan Bima sudah masuk ke dalam apartemen, setelah menutup pintu, ia langsung melepaskan jasnya, dan kancing kemejanya, " ssshh panas banget, kenapa juga ada tangga sepanjang itu,"ujarnya langsung ke kamarnya untuk mandi.
sedangkan Athera baru melangkah keluar dari lift, "kok bisa sih, masa iya dia lewat tangga, tapi apa iya secepat ituh," Athera berpikir dengan keras, "kalau dia langsung Mandi, berarti habis naik tangga sih, ngak mungkin juga dia terbang, iya-iya masuk akal itu," Athera langsung masuk ke apartemen, ruang tamu kosong, ia langsung ke kamarnya.
Bima baru selsai mandi, dirinya masih menggunakan handuk di pinggang.
Pintu tiba-tiba di buka secara paksa, membuatnya menabrak dinding, menimbulkan suara yang keras dan menggema.
"Mas, saya cocoknya pakai yang ini atau ini," ujarnya memperlihatkan gaun warna navy sampai lutut, dengan atasannya yang memperlihatkan belahan dadanya,dan gaun merah maroon yang bagian atas nya tertutup dengan lengan panjang, tapi bawahannya, harus pakai celana panjang lagi sih. 😅
"apa kamu tidak punya baju yang pantas?" tanya Bima dengan muka julid.
"apaan sih pak, kulot banget deh, ini itu, Fashion, ngerti," jawabnya dengan sedikit jengkel.
"Fashion sih fashion, tapi, kalau bajunya gitu, mending yang lain deh,"katanya cepat.
"yang mana, kan bajunya buat ketemu mertua," Ucapnya dengan bingung.
"ya, yang pantes lah, masa ketemu mertua pakai baju kurang bahan," ketus Bima.
"ya bantuin dong, jangan cuman ngomel aja," ketusnya.
Bima berjalan ke kamar Athera, diikuti Athera di belakang dengan berlari kecil-kecil mengimbangi langkah Bima yang lebar.
Bima membuka lemari Athera, wajahnya memerah kala pakaian dalaman di dalam sana.
Ia segera menutupnya, dan beralih ke pintu lemari lain, ia menggeser baju-baju itu, dan tangannya berhenti pada Gaun warna peach,yang bagian belahan dadanya tidak terlihat, dan bawahannya yang sampai bawah lutut,terlihat sederhana, namun elegant dan soft.
"pakai yang ini," ucapnya datar dan pergi dari sana.
Athera melihat baju itu, tatapannya berubah sendu, "ini kan punya kakak," gumamnya, dan ia akan memakainya.
Bima sudah siap dengan stylenya, ia melirik jam yang di tangannya tertera jam 8 malam.
Athera keluar kamar, dengan rambut yang bergelombang, dan jepit pita di belakangnya. ia memakai make up natural ala china, dan sepatu hak pendek.
"yok kita berangkat," ujarnya membuat Bima yang awalnya acuh tadi melihatnya, kalau kalian akan menebak Bima terkesima atau kagum, jawabannya salah.
Bima menatapnya datar, tapi di balik wajahnya terdapat ketakutan, sekelabat ingatan 8 tahun lalu, terlintas di benaknya.seorang wanita berusia 24 tahun, sedang berteriak kesakitan di balik pintu besi.
"Mas, ayok," ajak Athera memegang bahu Bima, yang langsung menghindar.
"kamu...Athera?" tanya Bima dengan dingin.
Athera tersenyum, "iya, ini saya Mas kenapa sih?" tanyannya pura-pura tak mengerti, padahal dirinya sengaja, menirukan cara make up kakaknya.
"kamu mirip seseorang," ucapnya pelan.
"Maksud Mas, Anya Felina?"tanyanya Athera memancing Bima.
Bima terkejut sebentar, dan kembali datar, " ek heem, tahu darimana?"tanyanya dengan penuh selidik.
"saya suka nonton, tutorial dia make up di instagram," jawabnya, menunjukkan video yang ia tonton untuk make up."tapi, udah lama dia ngak Update, dia fyp di instagram saya bulan lalu, kenapa yah,"lanjutnya memancing Bima.
"entahlah, ayo... kita berangkat," mereka akhirnya berangkat menuju lokasi.
Selama perjalanan, Bima selalu melirik Athera,"kenapa dia...mirip sekali dengannya, " batin Bima resah, "lain kali, jangan pakai makeup,"
Athera mengernyit kan dahinya,"kenapa?"tanyanya.
"ya pokoknya jangan, saya ngak suka," alibinya, padahal ia takut para pelaku 8 tahun lalu melihat Athera, mereka akan mengira dia adalah Vanya.
"ngak suka, tapi di lirik terus, ya udah deh," katanya dengan lemas, ia melirik Bima, "Tapi saya mau tanya sesuatu boleh,"
"tanya apa?"
"tapi janji dulu, bakalan di jawab secara detail," seru Athera.
Bima diam sebentar, "iya, tapi jangan yang aneh-aneh," ujarnya.
"kejadian tragis apa 8 tahun lalu?"tanya Athera pelan.
jantung Bima rasanya berhenti, badannya seketika gemetar, ia berusaha agar biasa saja, namun gerak-geriknya dapat dilihat oleh Athera.
"sayakan sudah bilang, jangan yang aneh-aneh," jawabnya tegas.
"ini ngak aneh-aneh kok, kan Mas yang bisikin Athera di kampus tadi pagi,"katanya tak ingin Bima menghindari pertanyaannya.
Bima diam saja, samai matanya menangkap mobil yang ia kenal, dengan segera ia menundukkan Athera.
"ada apa?" tanya Athera bingung.
"shuut diamlah, dan turuti saya,"ucapnya dengan tegas, mobil itu menurunkan sedikit kacanya memperlihatkan Mata tegas dengan buku alis yang sedikit memutih, hanya beberapa helai.
Bima pun melakukan hal yang sama, saat pria itu mengangguk, Bima pun mengangguk juga, dan di akhiri dengan klakson mobil.
Athera segera melepaskan tangan Bima di kepalanya, ia menegakkan kepalanya dan melihat ke arah luar jendela mobil.
Bima tentu terkejut, sedangkan pria misterius itu menatap mata Athera, "Bima,"
mohon dukungannya para readers, dengan like, vote, dan bintang limanya🤗