Wira adalah anak kecil berusia sebelas tahun yang kehilangan segalanya, keluarga kecilnya di bantai oleh seseorang hanya karena penghianatan yang di lakukan oleh ayahnya.
dalam pembantaian itu hanya Wira yang berhasil selamat karena tubuhnya di lempar ibunya ke jurang yang berada di hutan alas Roban, siapa sangka di saat yang bersamaan di hutan tersebut sedang terjadi perebutan artefak peninggalan Pendekar Kuat zaman dahulu bernama Wira Gendeng.
bagaimana kisah wira selanjutnya? akankah dia mampu membalaskan kematian keluarganya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Abdul Rizqi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Surya Murka
Kembali ke depan rumah, seperti yang di ceritakan barusan, Mereka semua saat ini sedang menunggu sosok penting yang hendak berkunjung kemari.
Tidak lama kemudian sebuah mobil SUV tiba di depan rumah milik Surya.
"Bersiap...!!! bersiap...!!!! Tuan Dirga, Tuan Herlambang dan Nona Ratih sebentar lagi datang!" Teriak seorang preman berbadan kekar yang menjaga gerbang rumah.
Sontak semua preman yang sedang merokok, mabuk maupun bermain kartu langsung meninggalkan aktifitas mereka dan berbaris rapih membentuk lautan yang di belah, menyambut kehadiran ketiga sosok penting itu.
Bahkan Surya pada saat ini langsung keluar dari ruang tamu rumahnya untuk menyambut sosok penting yang datang.
Tidak lama kemudian sebuah mobil SUV tiba di depan gerbang, turun dua pria dan satu anak perempuan cantik, mereka bernama Dirga, Herlambang dan Ratih.
Tuan Surya langsung berjalan mendekati ketiga orang ini, "selamat datang di kediamanmu yang kecil ini Tuan Dirga, Tuan Herlambang dan Nona Ratih!" Ucap Surya sambil membungkukkan sedikit badannya.
"Selamat datang Tuan Dirga!"
"Selamat datang Tuan Herlambang!"
"Selamat datang Nona Ratih!"
Seketika itu juga para preman yang berbaris membentuk lautan yang terlibat melakukan hal yang sama seperti yang di lakukan oleh Surya.
Dirga menganggukan kepalanya dengan ekspresi dingin.
"Silahkan Masuk Tuan, Nona." Ucap Surya dengan sopan.
Dirga, Herlambang dan Ratih berjalan dia tas karpet meraka yang sebelum ini telah di siapkan.
Singkat cerita Akhirnya Surya, Dirga, dan Herlambang duduk di ruang tamu. Sementara Ratih terlihat sedang bermain boneka dengan sang sopir di luar rumah.
"Seperti yang aku katakan kemarin, Surya. Untuk sementara waktu Nona Ratih akan tinggal di desa ini." Ucap Dirga setelah itu dia menyeruput kopinya.
Surya tersenyum canggung kemudian menganggukan kepalanya, "tentu saja Tuan Dirga, namun jika saya boleh tahu mengapa Nona Ratih di kirim ke desa?" Tanya Surya dengan ekspresi penasaran.
Dirga tidak menjawab kali ini yang menjawab Herlambang, Herlambang menarik nafas dalam dalam kemudian menjawab pertanyaan Surya, "Patriark Ramon ayah dari Nona Ratih tidak ingin putri kecilnya terjun ke dunia bawah tanah, selama di sekolah Nona Ratih kedapatan sangat semena mena dengan temannya sendiri...
Walaupun dunia bawah tanah sudah sangat melekat di keluarga Damian namun Patriark Ramon tetap pada pendiriannya, dia tidak ingin Nona Ratih terjerumus ke dalam dunia yang penuh darah itu, Patriark Ramon hanya ingin Nona Ratih menjadi wanita baik baik dan menentukan tujuan hidupnya sendiri tanpa kekangan dari keluarga...
Oleh karena itu Nona Ratih sementara ini akan tinggal di desa, Patriark Ramon mengirim Nona Ratih ke desa berharap agar Nona Ratih tidak menjadi anak yang bandel dan sementara bisa merasakan kesusahan orang desa." Jelas Tuan Herlambang.
Surya menggaruk kepalanya dengan bingung, "maaf Tuan Herlambang, Nona Ratih di kirim ke desa ini dengan tujuan nona Ratih bisa merasakan penderitaan orang desa namun justru Nona Ratih akan tinggal di rumah saya, bukankah sama saja Nona Ratih masih merasakan hidup mewah?" Tanya Surya.
Herlambang menggelengkan kepalanya secara perlahan, "Tidak Surya, kami sudah membeli kami sudah membeli rumah serhana di desa ini, aku dan Nona Ratih nanti akan tinggal di sana.
Tujuan kami ke rumahmu hanya ingin kamu dan seluruh pasukan premanmu melindungi kami dari segala macam bahaya!" Ucap Tuan Herlambang.
Surya tersenyum, "ternyata seperti itu Tuan, saya pasti akan melindungi Tuan Herlambang dan Nona Ratih sebisa saya.. Tidak ada yang bisa macam macam dengan anda di sini, karena saya sendiri memiliki jimat pemberian Tuan Dirga!" Ucap Surya dengan ekspresi bangga sambil melihat sebuah gelang hitam yang melingkar di pergelangan tangan kanannya.
Ya mengapa semua warga desa dan para preman segan dengan Surya karena Surya memiliki jimat pemberian Dari Dirga, jimat itu juga yang membuat Surya di keroyok 30 orang namun 30 orang itu yang justru di larikan ke rumah sakit.
Tuan Herlambang menganggukan kepalanya, kemudian baik Tuan Herlambang maupun Surya memandang. Dirga yang sibuk mengamati foto keluarga besar yang terpajang di dinding ruang tamu.
"Maaf Tuan Dirga, apa ada yang salah dengan foto keluarga saya?" Tanya Surya dengan hati hati.
"Siapa wanita yang berdiri di samping anakmu itu Surya?" Tanya Dirga sambil menunjuk Foto Suanggi.
"Ah ya! Aku hampir lupa, dia adalah Suanggi Tuan. Dia adalah menantu saya sekaligus istri dari Darmaji." Jawab surya sambil tersenyum.
Kemudian Surya berucap, "saya akan memanggil dia dahulu Tuan. Berani sekali dia tidak keluar dan menyambut kehadiran anda."
Surya hendak melangkahkan kakinya, namun sebelum itu terjadi Dirga berucap, "Tidak perlu Surya." Ucap Dirga.
"Kenapa Tuan? Bukankah sangat tidak sopan tidak menyambut tamu sepenting anda." Tanya Surya.
"Karena menantu tuamu itu sudah kabur." Jawab Dirga santai.
"Ka-- kabur? Maksud anda bagaimana Tuan? Tunggu dulu! Apa yang anda maksud dengan wanita tua? Bukankah Suanggi masih sangat muda dan sangat cantik?" Tanya Surya dengan bingung.
Dirga tersenyum tipis, "ternyata kamu sungguh naif Surya, asal kamu tahu menantumu menggunakan susuk jarum emas, sebuah susuk yang mampu menipu mata manusia biasa.
Manusia biasa yang melihat rupa menantumu akan mengira dia adalah wanita yang sangat cantik, namun apabila yang melihat rupa Suanggi adalah orang yang memiliki kesaktian tinggi wujud aslinya akan terlihat yaitu nenek tua kurus!" Jelas Dirga.
Surya dan herlambang kaget bukan kepalang mendengar penjelasan Dirga.
"Bajingan! jadi selama ini aku di tipu oleh wanita jalang itu!" Ucap Surya dengan geram.
Dirga kemudian menatap Herlambang, "urusan kita sudah selesai di sini, ayo kita pergi!" Ucap Dirga.
Herlambang menganggukan kepalanya.
Sebelum pergi Dirga menatap Surya, "ingat Surya, kamu harus benar benar menjaga nona Ratih! Karena sedikit saja nona Ratih terluka kamu akan menanggung amarah Patriark Ramon! Aku sendiri tidak mungkin berada di desa ini, karena aku memiliki banyak tugas. Oleh karena itu kamu harus bisa melindungi Nona Ratih apapun yang terjadi! Camkan itu!" Ucap Dirga kemudian ia dan Herlambang langsung berjalan pergi.
Tubuh surya masih mematung di kursi, dia sama sekali tidak menyangka selama ini telah di tipu oleh Suanggi.
Surya teringat ketika dahulu Darmaji mengenalkan Suanggi dengan dirinya, Surya sempat terpesona dengan kecantikannya, hingga membuat Surya menodai Suanggi sebelum pernikahan Darmaji dengan Suanggi tiba.
Hal itulah yang membuat Surya sangat menyesal, alih alih menyesali anaknya yang telah menikah dengan Suanggi, justru Surya lebih menyesali dirinya yang telah menodai seorang nenek tua buruk rupa!
Surya menjadi geram sekali saat ini, dia menggertakan giginya sambil mengepalkan kedua tangannya.
"Akan aku bunuh wanita buruk rupa itu!" Batinnya.
Setelah kepergian mobil SUV itu Surya keluar dari rumah, dia membagi dua kelompok premannya.
Satu mencari Suanggi yang kabur dan satu lagi melindungi Nona Ratih dari segala macam bahaya.