Bagi Zain, Zara adalah tambang emasnya namun bagi Zara, Zain adalah malaikat pelindungnya. Hubungan mereka yang saling menguntungkan namun tersimpan banyak misteri berupa kebohongan dan pengkhianatan.
Permainan Zain akhirnya berakhir setelah Zara mengetahui bahwa pria yang mencintainya selama ini ternyata hanya seorang penipu yang mengincar hartanya saja namun tidak dengan Zain yang harus berjuang keras untuk meyakinkan Zara kalau dirinya telah berubah dan mencintai Zara dengan tulus.
"Apakah Zara akan menerima begitu saja ketulusan cinta Zain padanya? rahasia apakah yang membuat Zara menggugat cerai Zain? ikuti kisah cinta mereka berdua...!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sindya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
10. Manjanya
Awalnya Zain kaget namun sedetik kemudian ia tersenyum smirk ingin mengerjai istri kecilnya yang tulalit itu.
"Basah...? Coba aku periksa...!" ucap Zain dengan mimik serius.
"Ih, om modus banget. Mau lihat atau mau perkosa?" sungut Zara kesal.
"Perkosa...? Untuk apa perkosa kamu. Kamu kan sudah jadi istri saya yang sah. Sini, mau dilihatin tidak?" bujuk Zain membuat Zara malah merasa ucapan Zain makin merangsang nya.
"Tapi, lihatnya jangan lama-lama ya," ucap Zara dan Zain pun mengangguk karena mendapatkan lampu hijau dari istrinya. Jujur saja saat ini ia kembali merasa deg-degan dan panas dingin saat Zara meloloskan pakaian dalamnya dan menampakkan paha yang putih mulus.
Nafas Zain makin berat dengan tatapan yang sudah berkabut nafsu. Zara memperlihatkan miliknya yang sudah tidak tertutup kain apapun lagi. Merasa malu diperhatikan suaminya, Zara menutup wajahnya dengan dengan kedua tangannya.
"Mau aku obatin sayang?" tanya Zain dengan suara berat. Naluri kewanitaan Zara merasa terdorong menginginkan lebih karena ia merasa bergetar sekaligus mendambakan sentuhan suaminya.
Zara mengangguk dan Zain tidak tinggal diam dan langsung mengeksplor gairahnya untuk menyenangkan wanitanya. Milik Zara yang indah, terawat dan sangat menggiurkan dirinya. Lidah itu menari lincah di kelopak bunga yang masih menguncup itu. Zara mend**h menikmati setiap sentuhan suaminya.
"Akkkh...! Pekiknya dengan suara indah mendayu merdu. Desahan manja yang makin membuat Zain tidak mampu lagi menahan diri untuk memasuki istrinya.
"Buka tanganmu sayang...!" pinta Zain agar Zara melihat penyatuan mereka. Zara memperhatikan milik mereka yang sebentar lagi mau menyatu. Bacaan ilmu biologi yang dialaminya beberapa hari ini membuatnya mengerti bahwa sumber populasi kehidupan manusia terjadi diawali seperti yang akan mereka lakukan saat ini.
Ia ingin menikmati masa dewasanya bersama sang suami. Zara merintih kesakitan namun iapun menahan diri agar suaminya tidak merasa bersalah padanya.
Zain menikmati bagaimana sempitnya bagian inti tubuh istrinya hingga ia merasakan ada yang mengalir dibawah sana yang ia tahu sudah mengambil kesucian istrinya yang dipersembahkan untuknya semata.
"Zara sayang...!" ucap Zain yang mulai permainan itu dengan penuh kelembutan membuat Zara yang kembali merintih namun tidak lagi sakit dan perih seperti tadi namun ia merasakan sesuatu yang membuatnya tidak ingin berhenti. Ia melenguh dan hampir menangis karena terlalu nikmat.
Zara membiarkan tubuhnya dikuasai suaminya karena ia mulai mengerti perlakuan manis itu membuatnya ingin terbang ke nirwana. Setelah beberapa menit mengais kenikmatan akhirnya benih Zain meluncur deras memenuhi rahim istrinya. Peluh membanjiri tubuh mereka. Zara tak mampu lagi menatap wajah suaminya. Matanya begitu berat dan iapun tertidur.
"Terimakasih sayang sudah mengizinkan aku mengobati mu," ucap Zain lalu mengecup lembut bibir merah dan terlihat sedikit bengkak karena ulahnya.
"Akhirnya kita berhasil melakukan bulan madu kita."
Tapi, Zain merasa takut untuk memiliki keturunan dari Zara namun ia teringat cerita Zara jika Zara mengalami kemunduran berpikir bukan faktor genetik atau bawaan cacat dari lahir melainkan karena kecelakaan. Zain memperhatikan wajah Zara yang makin terlihat cantik dan bersinar usai mereka bercinta.
"Aku tidak akan meninggalkanmu, Zara. Cepatlah selesaikan sekolahmu dan kita akan memiliki anak," ucap Zain yang tidak ingin menghalangi cita-cita Zara. Ia akhirnya mengantuk juga dan langsung menarik selimut untuk menutupi tubuh mereka. Ia merangkul tubuh polos istrinya agar tidur di dalam pelukannya.
...----------------...
Sekitar jam 4 subuh, Zara mengerjapkan matanya saat mendengar alarm di ponselnya. Zain juga merasa terganggu dengan deringan ponsel istrinya itu dan Zara langsung mematikannya. Betapa kagetnya Zara saat menyadari dirinya tidak menggunakan apapun.
"Astaghfirullah, kenapa aku bisa begini?" gumam Zara lalu melihat wajah suaminya yang terlihat tenang dan matanya kembali terbeliak melihat tubuh suaminya juga saja sepertinya.
"Apa yang terjadi pada kami?" Zara mulai mengingat sesuatu yang sudah ia lewati bersama suaminya. Iapun membekap mulutnya saat mengingat lagi kejadian semalam.
"Ya Allah. Jadi kami berhasil buat anak? Jadi buat anak seenak itu ya?" Zara tersenyum sendiri membayangkan dirinya menikmati setiap sentuhan suaminya.
"Jadi kepingin lagi? Apakah om suami mau melakukannya lagi. Ah iya kata om suami kalau aku harus minum obat untuk mencegah kehamilan. Tapi mana obatnya?" gumam Zara lalu merasa ingin pipis.
Iapun langsung turun dari tempat tidur seraya meraih piyama tidurnya untuk menutupi tubuhnya yang polos namun sedetik kemudian ia merasa ada yang aneh dibagian inti tubuhnya. Ia mencoba melangkah lagi sambil menahan perih.
"Kenapa langkahku jadi aneh begini? Kenapa rasanya sakit sekali?" Zara tetap melangkah pelan lalu masuk ke dalam kamar mandi untuk mandi besar. Ia ingin menunaikan sholat subuh sesuai jadwal sholat yang disesuaikan waktu di negara tempat mereka datangi saat ini.
Saat Zara mendirikan sholat, Zain baru saja mengerjapkan matanya dan melihat Zara yang tidak pernah absen dalam sholatnya kecuali gadis itu lagi haid. Sementara dirinya sendiri tidak pernah menunaikan kewajibannya sebagai seorang muslim. Mungkin selama ini ia tenggelam dengan dunianya yang gemerlap sampai ia jatuh terpuruk seperti saat ini. Zain segera masuk ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya.
Pagi tiba, Zara sudah terlihat lebih segar. Zain mengajaknya untuk sarapan pagi di restoran hotel.
"Ayo kita ke restoran hotel untuk sarapan...!" ajak Zain.
"Tidak mau keluar. Mau disini saja," tolak Zara dengan wajah merengut sedih.
"Kenapa sayang? Apakah kamu sakit?" tanya Zain sambil menempelkan punggung tangannya di dahi Zara.
"Zara jalannya jadi aneh. Susah langkahnya. Tiap melangkah suka sakit," ucap Zara yang langsung dipahami oleh Zain.
"Astaghfirullah. Maafkan aku sayang. Aku sudah membuatmu sakit. Nanti aku beli cream penghilang rasa sakitnya ya...! tapi ngomong-ngomong bagaimana perasaan kamu setelah kita bercinta?" goda Zain menjahili istrinya.
Zara langsung memukulnya dengan bantal karena pertanyaan Zain membuat bulu kuduknya berdiri. Merasa malu namun hatinya berbunga-bunga kini.
"Dasar suami mesum...!" omel Zara membuat Zain menangkap bantal itu dan langsung menyerang Zara dengan ciuman.
Zara yang takut bakalan diajak lagi bercinta langsung mendorong tubuh Zain." Aku lapar om," ucap Zara menghentikan kegiatan Zain.
"Baiklah kita pesan saja makanannya tidak usah keluar. Tapi setelah makan main lagi ya...!" ajak Zain dengan mimik serius karena ia masih menginginkan Zara.
Zara tersenyum malu namun ia juga memberi syarat." Tidak sekarang karena masih sakit om. Diobatin dulu," rengek nya dan Zain mengangguk setuju.
Zain menghubungi bagian restoran untuk memesan makanan untuk mereka berdua. Zara sibuk melihat beberapa pesan dari sahabatnya yang meminta dibelikan oleh-oleh untuk mereka.
Beberapa menit kemudian keduanya sudah sarapan bersama. Zain menyuapi Zara dengan telaten dan hati Zara begitu terasa hangat dengan perhatian suaminya.
aq pembaca setia author
duh zara seharusnya berfikir jernih kl zain g suka n g sayang sama kamu. nggak mgkin dya mau berusaha mengobati operasi kamu
penasaran dg kehidupan zara selanjutnya