 
                            Di tengah kekacauan ini, muncullah Black Division—bukan pahlawan, melainkan badai yang harus disaksikan dunia. Dipimpin oleh Adharma, si Hantu Tengkorak yang memegang prinsip 'hukum mati', tim ini adalah kumpulan anti-hero, anti-villain, dan mutan terbuang yang menolak dogma moral.
Ada Harlottica, si Dewi Pelacur berkulit kristal yang menggunakan traumanya dan daya tarik mematikan untuk menjerat pemangsa; Gunslingers, cyborg dengan senjata hidup yang menjalankan penebusan dosa berdarah; The Chemist, yang mengubah dendam menjadi racun mematikan; Symphony Reaper, konduktor yang meracik keadilan dari dentuman sonik yang menghancurkan jiwa; dan Torque Queen, ratu montir yang mengubah rongsokan menjadi mesin kematian massal.
Misi mereka sederhana: menghancurkan sistem.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Saepudin Nurahim, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Penjara Jendela Hati
Saat mobil berhenti di lobi bawah tanah, mereka disambut oleh seorang wanita muda berseragam Kementerian Luar Negeri RI yang dimodifikasi menjadi tactical gear berwarna abu-abu.
"Selamat datang kembali, Bu Menteri," sambut wanita itu, Faizah, dengan senyum tenang. "Dan selamat datang, para tamu istimewa." Tatapannya yang cerdas dan waspada menyapu keempat anggota Black Division.
Aditya Rahmansyah langsung ambruk. "Aku... aku butuh istirahat. Hari ini aku melucuti pakaian, mengemudi di belakang teroris, dan sekarang, aku di goa antah berantah. Call me when the world is safe," ujarnya dengan humor garing sambil berjalan ke area lounge.
Puja Fernando mengangguk, lalu berbalik ke Black Division. "Faizah akan memandu kalian. Ini adalah Sektor E-12. Rumah baru kalian. Ikuti saya."
Mereka berempat mengikuti Puja ke lobi utama. Lobi itu luas, dihiasi baja hitam dan lampu biru-putih yang memancarkan estetika cyberpunk militer.
Faizah memulai penjelasan saat mereka berjalan. "Sektor E-12 pada awalnya adalah Proyek Whistleblower, yang didanai secara rahasia oleh Menteri Pertahanan dan Bu Puja dua tahun lalu. Fungsinya adalah titik aman untuk mengumpulkan bukti korupsi elite, jika Presiden di masa depan bertindak di luar amanahnya. Namun, ancaman Rhausfeld membuatnya berevolusi. Kini, ini adalah pusat Operasi DARMASAKTI—melawan ancaman global yang mengendalikan pejabat elit Indonesia."
Saat mereka melewati lorong kaca transparan, Adharma melihat pemandangan di baliknya. Itu adalah unit isolasi, dan di dalamnya, ada sosok-sosok yang dikenalinya.
"Menarik," kata Adharma, suaranya diwarnai ejekan. "Jadi, Kementerian Luar Negeri kini menjalankan penjara pribadi untuk 'Monster'? Kedengarannya seperti pekerjaan yang pantas untuk The Closer."
Harlottica, The Chemist, dan Gunslingers hanya terkekeh pelan mendengar ejekan Adharma pada superhero pelindung bumi itu.
"The Closer dan Vanguard memang bertanggung jawab atas pengamanan awal," jelas Faizah. "Tempat ini juga berfungsi sebagai penampungan dan penjara isolasi. Pahlawan kalian menolak membunuh, jadi kami 'menampung' mereka. Beberapa sudah bertobat dan menjadi bagian dari tim Protokol."
Mereka tiba di area Penampungan Anti-Hero. Adharma tiba-tiba berhenti.
Di balik kaca, seorang pria berotot dengan kulit hijau pucat tengah membersihkan senjata stun canggih.
"Darakala," desis Adharma, nada terkejut yang tertahan.
"Halo, Darma," balas pria itu dengan seringai. Darakala, musuh lama Adharma yang menggunakan kekuatan racun, kini mengenakan seragam kru Sektor E-12. "Jadi, kau juga akhirnya menyerah pada birokrasi, kawan?"
Darakala menjelaskan bahwa setelah dikalahkan Vanguard, dia memilih bertobat dan bekerja untuk Protokol. Dia bertugas meracik bahan kimia dan menjaga keamanan area ini.
Di lorong berikutnya, Harlottica yang diam terpaku.
Di sana, seorang wanita yang mengenakan bodysuit hitam dengan kristal hitam di wajah dan tubuhnya sedang duduk di meja kerja.
"Mawar Hitam," bisik Harlottica, trauma lama kembali.
Mawar Hitam, villain mutant buatan dengan kekuatan kristal hitam, yang dulunya pernah diubah prinsipnya oleh Harlottica sendiri, menoleh. "Tika. Masih hidup? Senang melihatmu."
"Kau tahu, Mawar, aku lebih suka melihatmu di penjara daripada di seragam kementerian yang menjijikkan ini," balas Harlottica, mencoba menutupi keterkejutannya dengan sarkasme.
Mawar Hitam hanya tersenyum tenang. "Aku membuat upgrade armor untuk kru di sini. Kau dan aku, kita sama. Hanya alat yang mencari tujuan. Aku sudah mendapatkannya."
Perbincangan singkat namun intens itu memberi dampak besar. Black Division menyadari bahwa tempat ini adalah tempat bertobat dan rekonsiliasi yang aneh.
"Jadi, ini adalah tempat kita, Darma," kata Harlottica, kembali ke mode sarkasmenya. "Penjara yang menyamar sebagai Base. Aku harap WiFi-nya cepat."
"Aku tak menyangka Pemerintah punya fasilitas seperti ini," kata Adharma, melepas topengnya. "Terlalu canggih untuk korupsi biasa."
"Rasionalitasnya tinggi," kata Gunslingers, memindai teknologi di sekitarnya. "Anggaran tersembunyi. Fasilitas stealth tingkat tinggi. Ini membuktikan bahwa krisis global ini telah dicurigai oleh beberapa elit di Pemerintah Indonesia."
Mereka berempat akhirnya duduk di ruang konferensi sederhana. Puja dan Faizah berdiri di hadapan mereka.
"Jadi, kalian sudah melihat masa depan kalian," ujar Puja, menyilangkan tangannya. "Bertobat, atau tetap teroris. Sekarang, mari kita bahas masa depan kalian."
"Semua teknologi ini, dari sistem pertahanan, stealth, hingga unit isolasi yang kalian lihat," kata Puja. "Semuanya adalah kreasi satu orang. Dia adalah salah satu alasan utama mengapa Protokol ini memiliki kekuatan untuk melawan GATRA."
Puja memberi isyarat ke pintu. "Melly. Silakan."
Pintu terbuka, dan masuklah seorang wanita berpenampilan industrial-punk yang brutal. Torque Queen (Melly Elizabeth Rahardian). Ia mengenakan jumpsuit bengkel yang dimodifikasi dan Eksoskeleton GearSpine di punggungnya. Kacamata las transparan melingkari dahinya.
"Jadi, ini geng monster yang akan kuubah jadi Alat Tempur Terbaik," kata Melly, suaranya karismatik dan sarkastis.
Gunslingers, yang melihat detail mekanik Melly, terkejut. "GearSpine? Teknologi piston real-time?"
"Hei, Gunslingers," sapa Melly, seringai menghiasi wajahnya. "Masih memakai barang rongsokan dari Batara Raya? Aku pikir kau sudah pensiun dari dunia senjata buatan tangan." Gunslingers dan Melly, sama-sama berasal dari Batara Raya, jelas memiliki sejarah.
Di sudut ruangan, terdengar melodi biola yang indah namun gelap. Seorang wanita dengan gaun gothic dan masker perak duduk di depan keyboard portabel.
"Itu Nadira," bisik Faizah. "Symphony Reaper. Dia menjaga ketertiban. Musiknya bisa membuat narapidana yang tidak mau bertobat tenggelam dalam trauma mereka sendiri. Jadi, jangan coba-coba membohonginya."
Adharma, Harlottica, The Chemist, dan Gunslingers saling pandang. Mereka baru saja menemukan bahwa Sentral Raya, yang mereka kira mereka kuasai, menyimpan lebih banyak orang aneh daripada yang mereka kira.
Setelah perkenalan yang intens, Puja meminta mereka berempat duduk di meja bundar.
Kali ini, giliran Puja yang mengintimidasi. Ia mencondongkan tubuhnya ke depan.
"Kesepakatan adalah janji, Adharma," ujar Puja, suaranya rendah dan penuh bahaya. "Kalian setuju mengikuti perintahku. Aku percaya pada kalian, buktinya aku rela melucuti pakaian di Distrik 16 untuk membuktikan integritasku."
"Tetapi kalian," lanjut Puja, matanya mengunci Adharma, "bisa mengkhianatiku kapan saja. Senjata baru, fasilitas, jaminan keamanan... semua ini membuat kalian lebih berbahaya."
Puja berbalik ke Torque Queen. "Melly, bawa gelang-gelangnya."
Melly berjalan ke brankas, dan kembali dengan baki logam berisi enam gelang pergelangan tangan yang ramping, berwarna hitam dengan aksen baja metalik.
"Gelang apa ini, Nyonya Menteri?" tanya The Chemist, rasa ingin tahu ilmiahnya mengalahkan rasa frustrasinya.
"Gelang ini adalah ciptaan Melly," jelas Puja. "Bukan pelacak. Bukan bom. Ini adalah alat pengikat. Gelang ini akan dipasang di pergelangan tangan kalian berempat, satu di pergelangan tanganku, dan satu lagi di pergelangan tangan Melly."
Puja menatap mereka, tatapannya menembus topeng dan baju besi.
"Jika kalian ingin menghancurkan Rhausfeld, kalian harus bekerja sama. Ini adalah janji. Sebuah pengingat yang konstan." Puja Fernando tersenyum tajam.
"Pertanyaannya, Black Division, bukan seberapa kuat kalian, tetapi: Sejauh mana kepercayaan kalian bisa bertahan?"
Adharma dan yang lain memandangi gelang itu, kebingungan dan kecurigaan menyelimuti wajah mereka. Apa maksud sebenarnya dari 'gelang pengikat' ini?
Bersambung.....