NovelToon NovelToon
Andum

Andum

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / Poligami / Pengantin Pengganti / Pernikahan Kilat / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:23.8k
Nilai: 5
Nama Author: Dfe

Farraz Arasy seorang pemuda biasa tapi mempunyai kisah cinta yang nggak biasa. Dia bukan CEO, bukan direktur utama, bukan juga milyarder yang punya aset setinggi gunung Himalaya. Bukan! Dia hanya pemuda tampan rupawan menurut emak bapaknya yang tiba-tiba harus terikat dalam hubungan cinta tak beraturan karena terbongkarnya rahasia besar sang calon istri sebelum pernikahan mereka terjadi!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dfe, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Periksa apa disiksa?

"Tapi aku harus jemput Zea dulu mbak! Periksanya besok aja." Elak Arraz mau membuka pintu mobilnya.

"Kita jemput Zea bareng-bareng. Ayo! Mbak ikut kamu. Abis nganterin Zea pulang, kita bisa langsung tancap gas ke klinik." Fai udah berlari ke sisi bangku penumpang nyincing roknya biar memudahkan gerakannya yang emang sedikit kemayu itu.

"Ngapain sih mbak, ikut mas Delta aja napa? Nggak malu apa satu mobil sama pasangan pengantin baru? Kalo aku sih malu!" Arraz melirik kesal ke bangku penumpang di belakang.

"Udah sih nggak usah banyak omong. Buruan jalanin mobilnya. Ini semua demi kebaikan kamu! Aku nggak bakal sengotot ini kalo kamu bukan adek ku, tau?!" Fai memerintahkan Arraz untuk menjalankan mobilnya.

Udah nggak bisa berbuat apa-apa lagi, Arraz ngalah. Dia lajukan mobilnya bergerak ke arah barat barat laut utara timur laut.

Di jalan sambil mengendarai mobil, Arraz memikirkan bagaimana nasib rumah tangganya nanti.. Punya dua istri tapi status perjaka masih melekat pada dirinya. Yang satu nggak bisa disentuh karena punya penyakit menular seksual, satunya lagi belum cukup umur. Sakno banget dia gaess!

Mobil Arraz sampai di depan sekolah menengah atas Tadinya Mesra, Arraz turun dari mobil. Dia menghampiri istri kecilnya yang sedang duduk sembari mengobrol bersama dua siswa laki-laki yang mungkin adalah teman baru si Zea.

"Ze." Arraz memanggil Zea dengan nada dering.

Zea berjalan mendekati Arraz. Salim. Arraz melongo tapi tetep memberikan tangannya, yang kampret dua orang teman Zea ikut-ikutan salim padanya.

"Ngapain kalian ikutan cium tangan saya?" Tanya Arraz ingin mengeplak kepala pitak dua orang laki-laki yang lalu saling pandang.

"Kan pak Arraz guru di sini." Jawab si paling kurus dari tiga orang remaja yang sedang menatap Arraz bersamaan. Dia kenal Arraz karena ternyata bocah itu tetangga satu kompleksnya.

Mendengar hal itu, Arraz jadi kayak orang ngah ngoh. Dia berdehem menghilangkan kekesalannya. Iya juga ya.. Kan dia guru. Ngapain yang kayak gini kok diambil pusing.

"Tadi gimana pengumumannya? Di terima kan?" Tanya Arraz pada Zea. Sebenarnya dia sengaja mengulur waktu untuk pergi ke klinik.

"Diterima dooong! Aku kan pinter, pak guru!" Zea berbangga diri.

"Alhamdulillah. Ya udah, sekarang pulang ya. Ayo." Ajak Arraz mengusap rambut Zea.

"Lho, Ze.. Tadi katanya mau pulang sama kita." Ini yang ngomong masih orang yang sama, si cungkring.

"Pulang sama mereka? Naik apa?" Tanya Arraz pada Zea.

"Naik motor, pak. Kita boncengan bertiga." Kali ini udah beda lagi yang ngomong, bocahnya rada tinggi, jerawatan khas bocah puber banget, dengan rambut klimis serong ke kiri nutupi jidat separo.

Mata Arraz mendelik. Apa dia kata? Bonceng tiga?!

"Kalian ini nggak punya SIM, bawa helm juga enggak, motor di modif pake knalpot brong, udah nggak safety sama sekali. Bonceng bertiga itu nggak boleh. Resiko jatuh dari motor lebih banyak. Zea ikut saya saja. Besok-besok kalian kalau mau naik motor harus pakai helm ya." Khas guru sekali cara Arraz memberi penjelasan pada dua bocah calon muridnya.

"Kenapa cuma Zea yang diajak pak, kami kok enggak?" Tanya si cungkring.

"Kalian kan udah bawa motor, ngapain saya ajak kalian pulang bareng?" Kata Arraz mencoba sesabar mungkin ngadepin tingkah polah para ababil (abege labil).

Keduanya manggut-manggut. Arraz langsung menggiring Zea masuk ke dalam mobil. Pintu depan dibukain, bagian atas kap mobil ditutup tangan Arraz agar tidak menghantam kepala Zea. Hal kecil seperti itu tidak semua lelaki mau melakukannya untuk pasangan mereka.

"Lama banget sih! Ini mas Delta udah nyampe klinik tau!" Fai mbecucu manyun nggak ada lucu-lucu nya sama sekali.

"Eh, mbak Fai..." Zea seketika salim pada kakak iparnya. Arraz hanya melirik ke belakang, ke arah kakaknya sebentar lalu fokus mengendarai mobilnya.

"Ini tadi nikahnya udah selesai?" Zea bertanya pada Fai.

"Udah Ze. Kamu ke klinik sekalian ya, nganter Arraz buat diperiksa." Fai bicara. Arraz diam aja. Udah lelah kayaknya dia, jelasin dari Subuh ketemu Isya tapi yang dijelasin ngeyelnya kebangetan. Ya udah.. Pasrah aja udah.

"Pak guru periksa? Kenapa? Pak guru sakit?" Zea mengedipkan matanya beberapa kali. Mirip boneka bayik yang bisa merem melek sendiri itu lho.

"Enggak Zea. Saya nggak sakit. Mbak ipar mu aja yang ngeyelan." Arraz masih fokus pada jalanan.

"Aku kayak gini buat kebaikan kalian juga. Aku kan harus mastiin benar-benar kalo kamu nggak kena jengger ayam kayak si Dewi. Nggak nularin ke Zea juga!" Ketus Fai.

Yang dibahas itu lagi itu lagi. Arraz sampai kesal pada kakaknya ini. Kenapa nggak percaya banget sama adek sendiri?

"Langsung masuk aja. Awas jangan kabur!" Ancam Fai setelah turun dari mobil. Arraz dan Zea juga melakukan hal yang sama.

Arraz masuk ke dalam ruangan yang katanya ruang praktek kakak iparnya. Dr. Eka Djiwa Katon Bagus Delta Wahyu Utama Sp.DVE. Nama itu tertulis apik di papan nama yang ada di meja.

"Nama mas Delta panjang banget. Harusnya jangan dipanggil Delta..." Celetuk Arraz.

"Terus siapa?" Fai sudah pakai sarung tangan.

"Uut."

"Congor mu minta di cor semen tiga roda, ya?" Fai melotot kesal. Arraz tersenyum sesaat lalu melotot.

"Apaan nih? Ngapain mbak ikutan pake sarung tangan gituan?!"

"Ya kan mau periksa kamu!"

"Wegah! Yang bener aja, masa mbak yang periksa?!" Bentak Arraz tak terima onderdilnya di otak-atik kakaknya sendiri.

"Terus?? Kamu maunya diperiksa siapa?? Owh.. Mau sama mas Delta? Ya udah! Mas, sama kamu mas!" Fai melepas sarung tangannya, berjalan keluar ruang kerja suaminya.

"Berbaring di situ, Ar." Perintah Delta.

"Mas, ini beneran aku harus diginiin? Serius mas.. Aku nggak sakit. Anu ku sehat walafiat. Nggak ada kudisnya, kurapnya, apa lagi jengger ayamnya. Nggak ada!" Arraz memelas.

"Ya gimana ya Ar, kamu tau sendiri mbak mu kayak gimana. Aku aja nggak berani sama dia. Kamu pokoknya terima beres aja. Wong cuma diperiksa kok. Nggak sakit."

"Bukan masalah sakitnya.. Aaaarrgggghhh! oke. Periksa aja, tapi hanya istri ku yang boleh pegang punyaku!!" Arraz teriak frustasi. Dia asal njeplak sih sebenarnya. Saking kalutnya dia jadi ngomong asal semangapnya aja.

"Ooowh oke. Panggilin istrinya masuk sini, sus." Delta memerintahkan suster untuk memanggil Zea.

"Lho eh, maksudnya nggak gitu!" Arraz menyadari kebodohannya.

"Iya pak dokter." Zea sudah masuk ke dalam ruangan.

"Ze, keluar Ze!" Ucap Arraz menggeleng tak ingin anu nya dipertontonkan di depan Zea.

"Kamu kalo nggak bisa diem gini terpaksa aku iket kamu lho Ar!" Ancam Delta setengah melotot. Kembali Arraz berbaring.

"Ini saya disuruh masuk buat apa ya pak dokter?" Tanya Zea kebingungan.

"Panggil mas Delta aja. Saya kan kakak ipar kamu. Dan.. Ini, saya mau minta tolong sama kamu buat ngecek perkakas milik suamimu. Memeriksa burungnya, serta memastikan jika burung suami kamu baik-baik aja."

"Ya Tuhan." Arraz memejamkan matanya. Ingin rasanya menenggelamkan dirinya sendiri ke perut bumi.

"Periksa burung?" Zea berpikir.

"Mending keluar aja Ze. Ya Allah, mas. Zea masih kecil! Masa mau kamu suruh liatin gituan?!"

"Kamu sendiri yang bilang kalo punya mu hanya boleh dipegang sama istri mu. Udah Ze, sekarang kita mulai aja periksa burung suami kamu. Pakai sarung tangan ini dulu Ze." Zea menerima sarung tangan dari Delta lalu memakainya.

Meski masih bingung dengan apa yang akan dia lakukan. Tapi Zea mode nurut aja.

"Buka celana suami kamu, Zea. Turunkan resletingnya." Delta memberi instruksi.

"Gila!" Arraz menoleh ke arah lain tak ingin melihat apapun yang akan Zea lakukan pada dirinya.

"Turunin dalemannya, Zea." Asli, saat ini Arraz ingin sekali menyumpal mulut kakak iparnya dengan batu bata rasanya.

"Eh. Ini... Kok gini mas dokter?" Zea tertegun kala tangannya menyentuh langsung kepala si bobi (botak biadab) milik suaminya.

"Itu namanya ereksi, Zea. Sekarang keluarkan milik suami kamu dari sarangnya." Delta sih santai ngomongnya. Arraz lho udah ketar-ketir, jantungnya berdetak tak karuan. Zea malah melongo dengan bentukan rudal milik Arraz yang ada di hadapannya. Ini pelecehan nggak sih namanya?

"Begini?" Tanya Zea.

"Edaaan!" Arraz menutupi wajahnya dengan bantal.

"Iya. Gulir ke kiri." Perintah Delta.

"Seperti ini?" Zea tak melepaskan pandangannya dari mainan barunya.

"Iya. Lalu gulir ke kanan."

"Kayak gini, mas dokter?"

"Iya. Tolong keluarkan testisnya." Delta menuliskan sesuatu pada kertas yang dia lapisi papan.

"Tes apa?" Tanya Zea kebingungan.

"Telurnya. Itu ditarik keluar. Biar bisa ngecek apakah telur Arraz baik-baik atau nggak."

"Ya Allah..." Arraz sudah memelas di balik bantal.

"Kayak gini?" Zea benar-benar menarik dua telur yang bersemayam di balik semvak Arraz.

"Aaakkhh.. Pelan Ze." Arraz protes kala merasakan barangnya dibuat mainan Zea.

"Ngapain mendesah gitu?" Delta membetulkan letak kacamatanya. Dia cengengesan sekarang.

"Ini udah belum sih mas? Aku kayak lagi dilecehkan tau nggak?!" Arraz membuka bantal yang sejak tadi menutupi mukanya.

"Udah. Kamu bersih. Nggak ada penyakit apapun pada alat reproduksi mu."

"Kan aku udah bilang kalo aku nggak apa-apa!" Arraz bangun. Dia menghadap ke dinding. Membetulkan letak onderdil dan menaikkan resleting celananya.

"Mau tak bantu pak guru?" Tanya Zea polos.

"Nggak usah." Canggung sekali rasanya.

Arraz, Zea dan Delta keluar dari ruang praktek itu beriringan.

"Gimana mas?" Tanya Fai penasaran.

"Aman. Arraz nggak punya jengger ayam seperti yang kamu khawatirkan." Delta ngasih jempol ke arah Fai. Fai tersenyum menepuk pundak adiknya.

"Naaah kalo gitu kan mbak lega. Inget ya Ar, kamu jangan sampai berhubungan badan sama Dewi. Bisa tertular jengger ayam nanti!"

"Bodo lah! Lagian siapa juga yang mau nidurin Dewi?! Ze, ayo pulang." Arraz berjalan sambil menarik tangan istrinya.

"Eh, iya. Maaf mbak, mas. Saya pulang dulu ya." Zea pamitan ala kadarnya pada kedua kakak iparnya.

"Mau main coblos-coblosan lagi kayaknya mereka." Delta menatap punggung Arraz dan Zea makin menjauh.

"Masih siang gini kok masa iya mau tumbuk-tumbukan? Mantenan sama siapa, malam pertama sama siapa. Kasihan ya..." Fai ikutan menatap kepergian Arraz dan Zea.

Bukan itu maksud Delta... Karena tadi ketika Arraz diperiksa, Delta bisa melihat jika milik Arraz mengeluarkan cairan pelumas khas seorang lelaki yang lagi horny. Tapi yang nggak Delta tahu, mau sehorny apapun Arraz, dia nggak bakal bisa melabuhkan pedangnya pada tempat yang tepat!

1
Mrs. Dinold
🤣🤣🤣🤣..bener banget..
Dewi kunti
😂😂😂😂😂 nganti apal
Dewi kunti
Yo gede anu ne kok🤭🤭🤭
99% Menuju Tobat😇
seperti apa?
maaf aku yg polos ini bertanya dengan nada dering selembut2nya.. tolong dijawab, jangan dijokiin😐
Alya Karunia
dari senyum" terus nyengir eh kok bablas ketawa baca bab ini 😄😄
Hikari Puri
akhirnya setelah sekian kali diphp othornya,kelakon jg adegan kokop mengkokopnya🤭🤭
vanilla
kayane udah gak buka lowongan deh Thor...buat gantiin patungnya
vanilla
mungkin rokok...
vanilla
hadeuhhh thorrr...làgi makan pagi inihhh
vanilla
readers kecewa gak jdi kokopan..
Alya Karunia
ga bisa berkata kata lagi sama kelakuan mu Wi Wi 😡
99% Menuju Tobat😇
mungkin tulang patah🤔
𝐙⃝🦜尺o
cinta koq punya selingan, ancen gendheng si dewi
Ⓜ️αɾყσɳσՇɧeeՐՏ🍻¢ᖱ'D⃤ ̐
rai gedeg si Dewi Kunti ini malah buka aib didepan mertua dan emaknya hahhah wes budhe gek akenen megat wae mantu bosokmu iku hahahah
ora mangan nongko keno pulute awakmu arr kuapokkkkk
Dewi kunti
ak Ki gur gemes pingin ngruwes Sik jengger pitik
Mrs. Dinold
semangat semangat yg nulis..,,selalu d tunggu up nya..🥰🥰🥰
🍊 NUuyz Leonal
urat malunya udah di bikin bakso kayak nya si Dewi 🤦🤦🤦
🍊 NUuyz Leonal
kan kan akhirnya kamu membuka bobrok nya kamu sendiri 😏😏
🍊 NUuyz Leonal
ini ternyata maksudnya 😫😫😫
🍊 NUuyz Leonal
Baru tau perumpamaan nya udah di ganti ya🤣🤣🤣
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!