NovelToon NovelToon
Jodoh Di Tangan Semesta

Jodoh Di Tangan Semesta

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Konflik etika / Aliansi Pernikahan / Beda Usia / Keluarga / Karir
Popularitas:8.8k
Nilai: 5
Nama Author: nowitsrain

Anindya Semesta hanyalah gadis ingusan yang baru saja menyelesaikan kuliah. Daripada buru-buru mencari kerja atau lanjut S2, dia lebih memilih untuk menikmati hari-harinya dengan bermalasan setelah beberapa bulan berkutat dengan skripsi dan bimbingan.

Sayangnya, keinginan itu tak mendapatkan dukungan dari orang tua, terutama ayahnya. Julian Theo Xander ingin putri tunggalnya segera menikah! Dia ingin segera menimang cucu, supaya tidak kalah saing dengan koleganya yang lain.

"Menikah sama siapa? Anin nggak punya pacar!"

"Ada anak kolega Papi, besok kalian ketemu!"

Tetapi Anindya tidak mau. Menyerahkan hidupnya untuk dimiliki oleh laki-laki asing adalah mimpi buruk. Jadi, dia segera putar otak mencari solusi. Dan tak ada yang lebih baik daripada meminta bantuan Malik, tetangga sebelah yang baru pindah enam bulan lalu.

Malik tampan, mapan, terlihat misterius dan menawan, Anindya suka!

Tapi masalahnya, apakah Malik mau membantu secara cuma-cuma?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nowitsrain, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Semesta 13.

Genre hidup Malik berubah drastis setelah kedatangan Anindya. Yang tadinya sendu mengharu-biru, mendadak chaotic dan ricuh. Gadis itu sudah sibuk sendiri sejak tiba. Berpindah ke sana kemari, rempong bertanya Oma ingin apa, bahkan lari-larian ke kantin rumah sakit untuk membeli air mineral. Semua dilakukan dengan melupakan satu hal: bahwa ia adalah perempuan yang sedang hamil muda.

Tingkahnya yang seperti balita kebanyakan gula itu sampai membuat mamanya khawatir. Wanita bersahaja yang masih tampak anggun dan cantik di kepala lima itu berkali-kali menegur, menasihati bahwa Merona harus memperhatikan setiap gerakannya karena ada bayi kecil tak berdosa yang sedang tumbuh di perutnya. Malik sih hanya memperhatikan dengan sisi hati terbagi dua. Satu iba pada mamanya Anindya yang khawatir sia-sia, satu lagi sebal karena Anindya jadi mulai drama dengan mengandalkan kehamilan palsunya.

Pertanyaannya kepada Oma belum dijawab. Seolah Malik disuruh mencaritahu sendiri kenapa harus Anindya yang menikah dengannya, apalagi dengan cara tak biasa.

Tapi, semakin Malik perhatikan, dia semakin tidak mengerti. Personality Anindya sama sekali tidak terasa cocok dengannya.

"Duduk." Pusing melihat Anindya yang kembali bergerak terus seperti gasing setelah mamanya pulang, Malik menarik lengan sang gadis hingga jatuh di sofa sebelahnya.

Anindya hendak protes, namun Malik berhasil membungkamnya hanya dengan satu decakan halus.

"Saya pusing, kamu kebanyakan gerak."

"Anin cuma mau bantu ngerawat Oma," sahut sang gadis dengan bibir cemberut.

"Nggak perlu, ada perawat dan dokter yang lebih ngerti."

"Malik." Oma dari atas ranjangnya, menyela.

Malik memutar tubuhnya, setengah mendelik pada Oma. "Jangan belain anak ini lagi," peringatnya. Entah sadar atau tidak, telunjuknya mengarah pada Anindya, hampir menyentuh hidungnya.

"Oma pengen bubur ayam, boleh tolong belikan?"

Kekesalan Malik sirna seketika. Melupakan Anindya, ia bergegas mendekat ke ranjang Oma. "Bubur ayam sama apa? Jus mau? Jus apa?" berondongnya.

"Bubur ayam aja."

"Oke." Malik gercep menyambar dompet dan jaketnya. Kakinya mengayun lebar, hanya untuk berhenti lima langkah di depan pintu. Dia berbalik, memandang Anindya yang masih asyik saja menggembungkan pipi cemberut.

"Kamu mau juga nggak?" tawarnya.

Kepala Anindya menoleh cepat, "Mau."

"Lengkap?" tanya Malik lagi.

Tapi jawaban Anindya sungguh di luar nurul. Alih-alih menyebutkan kondimen apa saja yang dimau untuk ada dalam bubur ayam, gadis itu malah berkata ingin ikut.

"Nggak," tolak Malik mentah-mentah.

Membeli bubur ayam akan selesai dalam waktu kurang dari setengah jam. Tapi kalau membawa serta Anindya, dia bisa saja menghabiskan separuh hidupnya untuk berkelana tak tentu arah mengikuti maunya sang gadis. Belum lagi kalau drama hamilnya kambuh. Bisa makin pusing kepala Malik.

"Ayolah, Mas ... Anin mau beli sesuatu di supermarket."

"Bilang aja kamu mau apa, saya belikan."

Anindya menggeleng, "Mau ikut."

"Nggak." Malik tetap pada pendiriannya. "Saya hitung sampai tiga, kalau nggak bilang mau beli apa, saya pergi. Sa--"

"Pembalut!" seru Anindya.

Bibir Malik tertinggal setengah terbuka. Ia menatap Anindya sejenak, lalu menghela napas pelan. "Yang merek apa?" tanyanya tenang.

Anindya tampak terkejut atas respons Malik yang biasa saja. Padahal biasanya para cowok kan paling anti kalau disuruh beli keperluan pribadi perempuan seperti pembalut dan sejenisnya.

"Buruan."

"Nanti saya chat merek sama ukurannya," jawab Anindya. Suaranya mendadak pelan, nyaris seperti berbisik.

Malik tak banyak omong, hanya mengangguk kemudian balik badan dan pergi. Begitu tubuhnya tak lagi nampak, Anindya bangun dari sofa dan berjalan lunglai menghampiri Oma.

"Oma," bisiknya.

"Apa, Sayang?"

"Kok Mas Malik mau-mauan sih disuruh beli pembalut? Emang nggak malu?" tanyanya kepo. Bokongnya baru saja mendarat di kursi samping ranjang.

Bibir Oma perlahan menipis, "Kenapa harus malu? Dia udah terbiasa begitu."

Alis Anindya naik sebelah, "Udah terbiasa?"

Oma hanya mengangguk.

"Terbiasa beliin buat siapa?"

"Mamanya," jawab Oma. Sejenak, wanita itu menatap lurus ke langit-langit kamar. Memutar kembali kilas balik kehidupannya yang dipenuhi warna-warni ketika putrinya masih hidup.

"Jangankan pembalut, Malik juga pernah beliin mamanya tespek di apotek waktu dia masih pakai seragam SMP." Oma tertawa kecil kala ingatan tentang hari itu kembali.

Malik tak sendiri sore itu. Oma ada bersamanya di dalam mobil. Mereka baru pulang dari sekolah, dan Malik tak ragu menawarkan diri untuk turun membeli tespek titipan mamanya. Dia begitu bersemangat untuk punya adik, makanya tak peduli pada tatapan skeptis petugas apotek ketika melayani dirinya. Sekembalinya ke mobil, Malik justru tampak ceria. Tespek di dalam kantong tak diserahkannya pada Oma, malah dipeluk erat-erat seperti sedang membayangkan bahwa itu adalah adik bayi yang ia idam-idamkan sejak lama.

Sayangnya, adik yang dia nanti tak pernah lahir ke dunia.

Anindya termenung sebentar setelah mendengar cerita Oma. Pandanganya kosong tertuju pada pintu kamar rawat, tempat Malik terakhir kali terlihat. Makin besar saja pertanyaannya soal mengapa Malik menolak untuk menikah, bahkan sekadar berkencan pun enggan. Padahal sikap dan sifatnya sudah husband material sekali.

Apa sesungguhnya yang disembunyikan Malik di balik ketenangan yang selalu coba dia tampilkan itu?

...🌲🌲🌲🌲🌲...

Malik tidak berencana memasukkan terlalu banyak barang ke dalam keranjang belanja sejak ia masuk minimarket. Tapi setelah mengambil pembalut titipan Anindya, matanya tak bisa berhenti menangkap benda-benda lain dan tangannya secara impulsif mengambil mereka semua. Dimulai dari minuman kunyit, merembet ke beberapa merek cokelat, es krim, sampai beragam jenis makanan ringan berbagai rasa.

Begitu semuanya dibayar dan dimasukkan ke kantong belanja, dia baru memikirkan semuanya. Mengapa sebanyak itu dibeli? Mengapa juga ia berpikir kalau-kalau Anindya butuh, padahal bukan urusannya sama sekali.

Hampir lima belas menit Malik merenung sambil memandang belanjaannya yang seabrek itu. Bubur ayam Oma juga sudah dingin sepertinya karena dia tinggalkan terlalu lama melamun.

Sedang bergelut dengan pikirannya sendiri, nama Anindya muncul di layar ponsel. Sudah terbayang di benaknya omelan cerewet sang gadis. Pasti repot menanyakan mengapa ia tak kunjung kembali. Apakah jalanan macet atau barang titipannya tak berhasil dibeli.

Karena itu, Malik mengangkat teleponnya dengan malas-malasan. Bahkan tak mau repot menempelkannya di telinga, cukup nyalakan loud speaker dan biarkan ponselnya tetap teronggok di jok penumpang depan.

"Apa?"

"Mas Malik di mana? Kok lama banget?!"

Nah, kan, benar. Coba kalau tadi Malik sedikit rajin dan menempelkan ponsel ke telinga, apa tidak meledak kupingnya mendengar teriakan Anindya?

"Udah di bawah, bentar lagi naik. Kenapa?"

"Oh, ya udah."

Malik melirik layar ponselnya. Ya udah itu maksudnya bagaimana?

"Udah, gitu doang? Kamu nggak perlu sesuatu atau apa, sampai harus telepon saya?"

"Enggak. Cuma mau pastiin aja Mas Malik di mana, takutnya kecantol janda. Kan nggak lucu ya, padahal sebentar lagi kita menikah."

Inhale, exhale. Sambil memejamkan mata, Malik menuntun dirinya untuk tetap sabar dan bersahaja. Kemudian...

"Ngomong sana kamu sama tembok." Malik menekan tombol merah dengan kekuatan penuh di telunjuk. Sehabis itu ia beberes, mengangkut barang belanjaan dan semakin merasa menyesal karena sudah effort.

Bersambung...

1
Zenun
Lebih dulu mengunci😁
Zenun: mengunci pintu
nowitsrain: Mengunci apa tuchh
total 2 replies
Zenun
mending jujur aja lebih bagus
nowitsrain: Oraittttt
nowitsrain: Oraittttt
total 2 replies
kalea rizuky
lanjut donk seruu
nowitsrain: Syap /Scream//Scream/
total 1 replies
kalea rizuky
astaga pasti ngamuk malik/Curse//Curse//Curse/
kalea rizuky
/Curse//Curse//Curse/ astaga Dragon Ball ngakak liat kelakuan anin/Curse//Curse/ setiap novel yg namannya anin pasti kelakuan nya random
nowitsrain: Hmmm sebuah teori konspirasi
total 1 replies
kalea rizuky
Malik abis di cakar meoww/Curse/
nowitsrain: Meow ndutt
total 1 replies
kalea rizuky
caca di anggap abang kayaknya papa anin pengen anak cwok/Curse//Curse/
nowitsrain: Bisa jadii
total 1 replies
Zenun
udah diceramahin duluan sama Malik, auto tercekat
nowitsrain: Mengkicep
total 1 replies
Zenun
mau pura-pura keguguran ya
Zenun
mamam tuh malah mandi di sini 😁
Zenun
Hng.. tak semudah itu
Zenun
Oma takut kamu sakit Anin
Zenun
sekarang kamu bikin Anin minta maaf sama bocil yang dibikin nangis coba😁
nowitsrain: Nggak deh, nggak mau coba-coba.
total 1 replies
Zenun
nyari oren centil
nowitsrain: Oyen bahenoyy
total 1 replies
Zenun
keadilan apa ni yang tegak? 🙊
nowitsrain: Apa ya....
total 1 replies
Zenun
ayo minta maap ndut
Zenun
tuh kan, dia menemukan mbul
Zenun
mungkin ketemu si mbul
Zenun
Bilang aja, Anin balik yik, kasihan dedek bayinya
nowitsrain: Wkwkwk
total 1 replies
Zenun
Abis diserang sama si ndut yang lagi kejar ular😁
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!