Andum

Andum

Kenalan dulu

Farraz Arasy seorang pemuda biasa tapi mempunyai kisah cinta yang nggak biasa. Dia bukan CEO, bukan direktur utama, bukan juga milyarder yang punya aset setinggi gunung Himalaya. Bukan! Dia hanya pemuda tampan rupawan menurut emak bapaknya yang tiba-tiba harus terikat dalam hubungan cinta tak beraturan karena terbongkarnya rahasia besar sang calon istri sebelum pernikahan mereka terjadi!

Oh, sebelumnya mari kita berkenalan dengan sosok tinggi 183 cm segenter bambu menjulang ke atas ini dulu kawan!

Namanya Farraz Arasy, biasa dipanggil Arraz dia adalah seorang guru bahasa Jawa di sekolah menengah atas di provinsi yang cukup padat penduduknya. Jawa Tengah!

Namanya Farraz Arasy, lelaki berusia 28 tahun yang masih bujang perjaka. Seenggaknya dalam beberapa hari ke depan, gelar itu masihlah akan bertahan. Karena status bujang plus perjakanya Arraz nanti bakal diganti dengan status laki orang lima hari lagi.

Ya, namanya Farraz Arasy.. Dia akan menikah kurang dari seminggu yang akan datang. Dengan wanita yang dia pacari nggak lebih dari setahun lamanya.

Jika ditanya apa Arraz mencintai calon istrinya atau tidak, tentu jawabannya iya! Adanya rencana pernikahan ini juga karena Arraz yang udah ngebet banget pengen meresmikan hubungannya dengan sang pacar tercinta, Dewi Amora. Biasa dipanggil Dewi. Tapi, Arraz lebih suka memanggil kekasihnya itu dengan nama belakangnya yaitu Amora.

Ting. Satu pesan masuk ke ponselnya Arraz.

(Sayang.. Bisa ke rumah sebentar nggak? Mama papa bawa mobil buat nganterin undangan ke saudara-saudara aku yank. Masalahnya, aku harus benerin gaun aku yang kamu tau apa?? Kekecilan lho bagian lengannya.. Duuuh yaaank.. Ini acara kita tinggal beberapa hari lagi dan gaun aku malah bermasalah kayak gini!)

Arraz tersenyum sambil membayangkan betapa lucunya wajah Amora yang manyun manyun manja sedang melapor padanya tentang gaun pernikahan calon pengantinnya yang katanya kekecilan bagian lengan.

Perasaan waktu fitting beberapa Minggu yang lalu kan udah diukur ya. Kok bisa jadi kekecilan? Apa designer nya salah ukur, atau tubuh Amora nya tersayang terblaem blaem itu yang melebar? Ah.. nggak tau lah!

Ting. Pesan masuk lagi.

(Sayaaaaaang.. Aku nunggu lho ini! Aku nggak suka ya kamu cuekin gini! Cepetan ke sini ah!)

Iyaaaaa.. Semanja itu Dewi Amora kepada Arraz. Dan Arraz pun sudah terbiasa dengan sikap manjawati yang Amora miliki. Tak apa, manja sama pacar sendiri itu halal hukumnya! Kata Arraz sih gitu.

Arraz mengirimkan emoticon jempol dan gambar hati warna merah untuk membalas pesan Amora. Lalu dia masukkan kembali ponselnya ke saku celana.

Nggak pake lama, Arraz ijin pergi keluar sebentar kepada sang ibu tercinta yang sedang menyusun kartu undangan di meja. Ditemani kakaknya Arraz, Fathiya Fairuz atau biasa dipanggil mbak Fai.

"Mau kemana sih Ar? Penting banget apa? Calon manten itu mbok ya jangan keluyuran, pamali tau nggak!" Tegur ibunya.

Ibu perhatikan Arraz yang barusan salim padanya, meminta ijin ingin ketemu temen katanya. Ya Arraz nggak bilang kalo mau ketemu sama calon istrinya, bisa dipukul pakai gayung selusin oleh ibunya jika ketahuan. Karena jelas mereka tak boleh bertemu beberapa hari sebelum pernikahan dilakukan. Kalau kata orang.. Dipingit!

"Sebentar kok buk. Nggak ada dua jam udah balik lagi." Ucap Arraz dan berbagai caranya bersilat lidah dengan kearifan lokal yang dia miliki, bisa seluwes itu bicara membohongi ibunya. Dosa kowe Ar!

"Nggak usah aneh-aneh yo ngopo! Ini lho bantuin ibuk nempel-nempelin nama ke undangan ini. Banyak banget kerjaan di rumah yang belum kelar kok kamu malah enak-enakan mau ngelayap! Nggak ada! Duduk, ambil pulpen! Bantuin mbak sini!" Ini suara siapa yang galak banget ini?? Ya salam..

Dia adalah Gusti Diah ayu kanjeng Roro Mendut menul menul Fathiya Fairus! Wanita berkacamata yang adalah seorang bidan di daerahnya itu memang sejutek itu dia. Jangan harap dapet senyuman manis imut kiyut darinya jika sedang serius kayak gini, yang ada hanya muka sangar dengan mata melotot hampir keluar, yang menjadi pemandangan mengerikan bagi siapa saja yang menatapnya.

"Bentar doang ya elah mbaaaak.. Nanti tak beliin es cendol. Mau? Sama alpukat kocok deh. Plus siomay tiga puluh ribu!" Tawar Arraz dengan muka-muka khas tukang suap!

"Nggak ada ya Ar! Yang ada wetengku murus! Mencret mangan opo ae kui mau! Kamu kira aku segragas itu hah?!" (Perutku mules! Mencret makan apa aja itu tadi!)

Arraz tak patah arang. Dia mendekati ibunya. "Kan sebentar doang Buk.. Janji nggak ada dua jam wes! Ya buk ya..."

"Ya udah.. Tapi janji jangan lama-lama! Jangan ketemuan sama Dewi! Nggak boleh! Dan hati-hati nyetirnya."

Akhirnya luluh juga sang ibu. Tapi mbak Fai langsung menatap tak suka ke arah Arraz. "Buuuk.. Kok ya diijinin sih! Lha katanya pamali!" Sengit mbak Fai kesal.

"Biarin aja mbak. Wong ya beberapa hari ini kan dia sibuk ngurus ini itu buat persiapan pernikahan dia. Mungkin emang dia butuh refreshing. Butuh hiburan." Bela ibuk dengan nada lembut nan bijaksana.

"Ya emang itu kewajiban dia to buk! Ini kan dia yang mau nikah! Yang mau kawin! Kita kan cuma bantu-bantu, lha kok malah jadi kayak pembantu gini! Ancen gemblung cah kui!"

Yang di rumah senewen. Yang mau pergi ketemu ayank mesam-mesem. Arraz berlalu begitu saja tak menanggapi apapun ucapan mbaknya. Bukannya apa, sedari tadi ponselnya sudah bergetar getar ria. Menandakan jika ada yang menghubungi dirinya. Tak perlu dilihat pun Arraz bisa tahu jika yang sedang membidik nomernya jadi target utama untuk diteror adalah sang calon bini tercinta. Dewi Amora!

Singkatnya, Arraz sudah sampai di rumah Dewi. Rumah kecil sederhana yang ditinggali Dewi dan kedua orangtuanya. Dewi yang memang sudah menunggu Arraz sejak tadi, langsung menyambut Arraz dengan bergelayut manja di lengan sang calon suami.

"Sayaaaang.. Kenapa lama banget sih ke sininya! Kan aku bete nungguin kamu!" Keluh Dewi dengan wajah dibuat seimut mungkin. Jika sudah begini, Arraz tidak akan bisa menolak apapun keinginan Dewi nantinya.

"Jangan gini.. Nggak enak dilihat orang. Ayo, ke butik sekarang. Takut nggak keburu benerin gaunmu." Arraz mengusap pucuk kepala Dewi pelan lalu merayap ke tangan gadis itu agar melepaskan jeratan erat di lengannya.

Dewi geleng-geleng kepala, dia menarik Arraz masuk ke dalam rumah. Tentu Arraz bingung dengan apa yang calon istrinya ini lakukan.

"Lho Mor, kenapa ditutup pintunya? Ini jadi ke butik apa nggak? Kalau nggak aku harus buru-buru pulang Mor. Aku--"

"Aku kangen sayaaang.. Kamu nggak kangen aku apa?? Udah hampir seminggu kita nggak ketemu lho.. Kangeeen...." Ini bicaranya Dewi emang mendayu-dayu seperti itu.

"Iya, aku juga kangen sama kamu. Tapi, sebenarnya kan kita nggak boleh ketemu dulu. Jadi, gaun itu.. Kamu bohong?" Arraz menatap dalam mata Dewi.

"Nggak sayaaang.. Gaunnya emang kekecilan. Tapi, aku udah bawa ke butik sendiri kemarin sore. Aku sengaja minta kamu datang ke sini karena aku pengen ketemu kamu..."

Dewi melingkarkan kedua tangannya di leher Arraz. Karena memang perbedaan tinggi yang signifikan, Dewi bahkan berjinjit untuk bisa melakukan hal tersebut.

Arraz menoleh ke samping, dia tahu Dewi akan menyosor bibirnya. Bukan nggak pernah melakukan kokop-kokopan lambe, tapi Arraz hanya ingin melakukan hal ini nanti.. Nanti jika mereka sudah sah menjadi suami istri! Mau diajak ngokop yang lain juga Arraz siap sedia kalau udah halalan Toyiban!

"Kenapa? Kamu nggak kangen sama aku Ar?"

Dewi melepaskan belitannya di leher Arraz tapi masih mepetin tubuhnya ke tubuh bidang sang calon suami.

"Nggak gini Mor.. Ini salah.."

Arraz bilang 'nggak' tapi dia diam saja waktu tangan Dewi mengusap rahang tegasnya, meluncur ke bawah mengelus lembut bagian leher Arraz, terus meluncur ke bawah ke bagian dada. Dan berputar-putar pelan di sana, lalu bergerak pelaaaan.. Melepas kancing kemeja Arraz satu persatu. Tanpa melepaskan kontak mata di antara mereka.

"Jangan nolak aku yank... Aku butuh kamu... Aku akan kasih apapun yang kamu mau, asal kamu nurut sama aku.. Ya?!"

Dewi berkata seperti seorang penyihir yang memiliki ilmu untuk menghipnotis lawannya. Arraz merinding mendengar suara lirih bercampur tindakan seduktif yang Dewi lakukan pada dirinya.

______

Tenan to.. Kandani ojo lungo ojo lungo, angel cah iki ancen. Wes mbuh kono Ar.. Ra urus!

Terpopuler

Comments

Ⓜ️αɾყσɳσՇɧeeՐՏ🍻¢ᖱ'D⃤ ̐🐊

Ⓜ️αɾყσɳσՇɧeeՐՏ🍻¢ᖱ'D⃤ ̐🐊

woh ... lawane suhu si arraz
ora dungu ngendikane ibuku rasaknoo saiki ketemu calon bini spek kuntilanak hahaahha

2025-06-23

1

༄༅⃟𝐐Loeyeolly𝐙⃝🦜

༄༅⃟𝐐Loeyeolly𝐙⃝🦜

makanya ojo lawan kata ibumu
mana bohongin ibunya, kualat kn kamu

minta di getok mg 🔨🔨🔨🔨

2025-06-24

1

𝐔 𝐏 𝐈 𝐋 𝐈 𝐍

𝐔 𝐏 𝐈 𝐋 𝐈 𝐍

idih, apaan kek gitu..
sabar woy.. itungan hari juga udah bebas jumpalitan lho ahh

2025-06-29

1

lihat semua
Episodes
1 Kenalan dulu
2 Salah siapa?
3 Kok berat gini ya
4 Cosplay jadi cicak, mbak?
5 Miss Syinting
6 Difitnah secara ugal-ugalan
7 Menyelesaikan masalah dengan masalah lainnya
8 Ciyeee yang mau nikah (lagi)
9 Punya bini dua
10 Periksa apa disiksa?
11 Nah lho, ketahuan kan!
12 Pare buatmu
13 Jenggerwati dan batwomen
14 Ke sekolah bareng
15 Perkara wallpaper hape
16 Bocil rasa begal
17 Rencana bocil cerdik
18 Tragedi kabel headset
19 Sarapan penuh kesemrawutan
20 Serepan mu
21 Sepupuan
22 Cemburu ya dek ya?
23 Rahasia pasangan terasi
24 Ditembak mas suami
25 Tidur bersama
26 Debat terbuka
27 Habis debat terbitlah ancaman
28 Mari mas, dedek belain!
29 Resign aja
30 Di tes dulu ya dek ya
31 Kejujuran mereka
32 Cuma tiga detik
33 Banting setir
34 Viral dadakan
35 Tamu rasa babu eh.. Ratu
36 Berikan hakku!
37 Desah yang membelah hati
38 Nemu apa di kamarnya?
39 Bukan sakit biasa
40 Air mata penuh kepalsuan
41 Bukan Shinta mu!
42 Aib yang tercemar tembelek ayam
43 Hancur sehancur hancurnya
44 Menuju hari bahagia
45 Perayaan sederhana untuk mu yang istimewa
46 Penyelamat pentungan, katanya
47 Bantuan mu bikin hati ngilu
48 Dia yang muncul kembali
49 (Dijelasin) Pelan pelan ya dek
50 Si tamu tak diundang
51 Kalah
52 Saling melengkapi ya gini
53 Sakit apa?
54 Kelulusan mu, kebahagiaan ku
55 Remidi yang menguras tenaga
56 Datang untuk pergi
57 Selesai
Episodes

Updated 57 Episodes

1
Kenalan dulu
2
Salah siapa?
3
Kok berat gini ya
4
Cosplay jadi cicak, mbak?
5
Miss Syinting
6
Difitnah secara ugal-ugalan
7
Menyelesaikan masalah dengan masalah lainnya
8
Ciyeee yang mau nikah (lagi)
9
Punya bini dua
10
Periksa apa disiksa?
11
Nah lho, ketahuan kan!
12
Pare buatmu
13
Jenggerwati dan batwomen
14
Ke sekolah bareng
15
Perkara wallpaper hape
16
Bocil rasa begal
17
Rencana bocil cerdik
18
Tragedi kabel headset
19
Sarapan penuh kesemrawutan
20
Serepan mu
21
Sepupuan
22
Cemburu ya dek ya?
23
Rahasia pasangan terasi
24
Ditembak mas suami
25
Tidur bersama
26
Debat terbuka
27
Habis debat terbitlah ancaman
28
Mari mas, dedek belain!
29
Resign aja
30
Di tes dulu ya dek ya
31
Kejujuran mereka
32
Cuma tiga detik
33
Banting setir
34
Viral dadakan
35
Tamu rasa babu eh.. Ratu
36
Berikan hakku!
37
Desah yang membelah hati
38
Nemu apa di kamarnya?
39
Bukan sakit biasa
40
Air mata penuh kepalsuan
41
Bukan Shinta mu!
42
Aib yang tercemar tembelek ayam
43
Hancur sehancur hancurnya
44
Menuju hari bahagia
45
Perayaan sederhana untuk mu yang istimewa
46
Penyelamat pentungan, katanya
47
Bantuan mu bikin hati ngilu
48
Dia yang muncul kembali
49
(Dijelasin) Pelan pelan ya dek
50
Si tamu tak diundang
51
Kalah
52
Saling melengkapi ya gini
53
Sakit apa?
54
Kelulusan mu, kebahagiaan ku
55
Remidi yang menguras tenaga
56
Datang untuk pergi
57
Selesai

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!