Bagaimana cinta tak sedalam ini,,karena hatiku sudah kuserahkan kepadamu,,
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Neisa Krestianningrum, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
# 2.
Perlahan lahan pria matang itu mendekat, duduk disamping Ara. Dilihatnya wajah pucat pasi, mata sayu dan tatapan yang kosong.
"Si..siapa anda ?" tanya Ara dengan gugup .
"Maaf" hanya kata itu yang terlontar dari pria matang dihadapannya.
Ara sudah menduga bahwa pria matang berkacamata ini adalah orang yang menabraknya,
"Maafkan aku" katanya sambil tertunduk, " ini semua salahku" setitik air mata jatuh membasahi pipinya.
"Ijinkan aku bertanggung jawab padamu".
"Tidak perlu, anda tidak perlu bertanggung jawab padaku" jawab Ara dengan nada tegas.
"Aku bisa sendiri, walaupun aku sebatang kara aku tidak perlu bantuan anda".
"Tapi siapa lagi yang akan menjagamu?" aku akan tetap berada disamping walaupun kamu menolak".
"Aku akan menjagamu, aku janji akan membuatmu sembuh".
Entah perkataan pria matang itu membuat Ara bimbang, disisi lain ia juga sudah tidak punya siapa siapa disisi lain pria ini berjanji membuat dirinya sembuh .
"Ya aku akan sembuh biarlah pria ini yang menjagaku, untuk sementara waktu" katanya dalam hati.
"Baik, aku menerima tawaranmu" seraya menatap pria matang didepannya.
"Terimakasih" kata pria matang berkacamata itu.
"Tapi, kita harus menikah terlebih dahulu, agar aku bisa menjagamu, aku tidak mau kamu dicap sebagai wanita simpanan , aku tahu kamu wanita baik baik, aku tidak akan menuntut apapun darimu," terang Bastian.
"Apa apaan ini" batin Ara, dadanya kembang kempis menahan emosi.
"Mau tidak mau Ara pun menyetujui syarat yang diajukan oleh pria matang itu, apa boleh buat andaikan orang tuanya masih hidup, ia tak mau menjadi istri pria matang itu.
"Maaf, kenalkan nama ku Sebastian edward" ucapnya seraya tangannya menjulurkan tangannya"
"Kamu bisa panggil saya Bastian" tambahnya dengan senyum tipis.
" Arasha " sambil menerima uluran tangan Bastian.
Babak baru pun akan dimulai, Ara tak pernah membayangkan secepat ini ia akan menikah. Entah bagaimana kehidupannya nanti ia pun tidak tahu, yang pasti ia ingin cepat sembuh dan berjalan kembali.
Sedangkan Bastian sendiri entah apa yang ada dibenaknya saat ini, yang dia tahu ia hanya ingin melindungi gadis itu, gadis yang diam diam mencuri perhatiannya.
"Baik, setelah kamu keluar dari rumah sakit ini, kita akan menikah. Kamu bisa tinggal bersamaku, disana ada yang akan menjagamu" ujarnya sambil menatap lekat gadis itu.
Ara sudah diperbolehkan pulang oleh dokter, badan Ara sudah sehat hanya saja kakinya yang tidak bisa digerakkan, dan untuk perawatan selanjutnya Ara harus melakukan terapi agar bisa berjalan kembali.
"Saya terima nikahnya Arasha binti Kusmananto dengan seperangkat alat sholat dan uang tunai 50 juta rupiah dibayar tunai " kata Bastian lantang dan tegas.
"Gimana para saksi ?" tanya pak penghulu.
"Sah sah sah" kata para saksi.
Tak ada binar bahagia diraut wajah Ara, semuanya terjadi begitu cepat, andaikan ia menikah dengan seseorang ia cintai pasti ia akan bahagia. "Ayah, ibu, aku sudah menikah", batinnya.
Pernikahan ini hanya dilakukan akad saja, sesuai dengan permintaan Ara, ia tak ingin pesta yang megah dan ramai.
Ara memakai kebaya warna putih kulit putih bersihnya begitu kontras, siger yang ada dikepalanya menambah keanggunan dan kecantikannya.
Setelah acara akad nikah selesai, Ara kembali ke kamarnya dengan diantar bibi murni.
Bastian menyusul sang istri ke kamar, dibukanya pintu bercat coklat itu, " oh rupanya kamu disini ? Aku cari cari dibawah tidak ketemu" ucapnya sembari memandangi wajah ayu sang istri.
"Iya , aku ingin segera ke kamar", ucap Ara pelan.
" Maaf, aku harus memanggil anda apa ? tanya Ara ragu tak berani menatap kedua mata suaminya.
"Panggil saja aku Bastian", ujar pria matang itu.
"Ba,,baik aku akan mengingatnya, bisakah kau memanggilkan bibi, aku mau mengganti bajuku" kata Ara sambil menyeka peluh yang membasahi dahinya
"Kebaya ini sangat cantik tapi aku tidak nyaman memakainya berlama lama" ucapnya dalam hati.
"Aku ada disini, aku ini suamimu, kenapa tidak meminta tolong kepadaku saja hmm ?" bisiknya ditelinga Ara lalu menatapnya.
Ara merasa grogi ditatap suaminya itu, hembusan nafas Bastian begitu terasa diwajahnya, cepat cepat ia memundurkan kursi rodanya.
"Tidak, bibi saja yang menggantinya !" tolak Ara.
"Iya iya sebentar aku panggilkan bibi.." balasnya.
"Bi...bibi cepetan ke atas, Ara pengen ganti baju !" teriak Bastian.
"Iya den" kata bibi murni seraya mendekat.