Elang Langit Perkasa, sifat yang dimiliki Elang sangat sesuai dengan namanya. Bebas, kuat dan juga pantang terkalahkan. Dan yang membuatnya semakin brutal karena terlahir di keluarga Mafia.
Dari sekian banyak wanita yang mendekatinya, hanya seseorang yang bisa mencuri hati Elang, Raysa Putri Ayu. Wanita yang dia temui di waktu yang salah, wanita yang menyelamatkan nyawanya. Tapi untuk mendapatkan Raysa tidak semudah membalikkan telapak tangan, butuh perjuangan ekstra dan juga air mata.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon MJ.Rrn, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Putuskan dia
“Kamu mau membawa aku kemana?” Tanya Raysa ketika memperhatikan jalanan yang mereka lewati mulai sepi dan hanya beberapa kendaraan yang berpapasan dengan mereka.
“Aku akan membawamu ke suatu tempat yang sangat rahasia.” Jawab Elang santai.
“Rahasia? Maksudnya apa?”
“Tempat yang aman dan tidak akan diketahui banyak orang, kamu orang pertama yang aku ajak kesini. Bahkan orang tua dan adik aku saja belum.”
“Adik, kamu punya?” Tanya Raysa penasaran, Elang menganggukkan kepala.
“Aku punya adik perempuan.” Jawab Elang menghentikan mobilnya di depan sebuah gerbang yang tinggi dan juga kokoh.
Elang tidak perlu membunyikan klakson untuk meminta penjaga membuka pintu, begitu mereka melihat mobil Elang pintu pagar itu langsung terbuka secara otomatis.
Raysa terpana begitu mobil Elang kembali melaju masuk, dia tidak menyangka akan melihat semua ini. di bagian tengah terdapat sebuah bangunan rumah yang didominasi oleh jendela kaca, di sisi kiri dan kanan jalan masuk terdapat halaman yang sangat luas yang ditanami dengan pohon-pohon yang rindang. Raysa kembali terbelalak ketika Elang melihat garasi yang terletak di sebelah kiri bangunan, beberapa unit mobil mewah dan motor besar berjejer rapi disana.
“Ayo turun.” Ajak Elang setelah berhenti didepan pintu rumah, Raysa menganggukkan kepala dan sangat penasaran dengan isi di dalam rumah itu, dia yakin pasti semua perabotan di dalamnya juga mewah dan mahal.
Elang menempelkan telapak tangan di mesin sensor dan seketika pintu rumah itu terbuka dengan sangat lebar.
“Silahkan masuk tuan putri.” Ucap Elang mempersilahkan Raysa masuk duluan, Raysa menganggukkan kepala kembali melangkahkan kakinya masuk.
Raysa kembali terpana, suasana didalam rumah sangat nyaman, walau didominasi jendela kaca tapi tidak terasa panas ataupun gerah. Setelah melihat sebuah foto yang terpajang di dinding, barulah Raysa menyadari kalau rumah ini adalah kediaman milik Elang.
“Jadi ini rumah kamu?” Tanya Raysa, Elang menganggukkan kepala.
“Jadi kamu tinggal disini?”
“Belum, aku hanya sesekali mengunjungi.” Jawab Elang.
“Pasti rumah ini didesain secara khusus?”
“Tidak, aku sendiri yang men desainya.” Jawab Elang, Raysa menatap kagum ke arah pria itu.
Rumah ini di bangun Elang selama dia berada di Swiss, dia meminta bantuan Gavin dan Nando sahabatnya untuk mencarikan lahan dan juga memantau masa pembangunan. Elang menghabiskan semua tabungannya untuk rumah ini, Elang berharap suatu saat nanti ketika dia menikah, dia mempunyai tempat yang aman untuk keluarganya. Makanya dia sengaja mencari tempat yang jarang dikunjungi oleh banyak orang.
“Ada tempat yang ingin sekali aku perlihatkan, kamu pasti suka.” Ucap Elang, pria itu meraih tangan Raysa dan menariknya semakin masuk kedalam.
Raysa ternganga melihat pemandangan di depannya, dia merasa melihat surga dunia dalam sekejap.
Mereka berdua saat ini berdiri di balkon belakang rumah, di lahan belakang terdapat kolam yang sangat luas dan yang paling menakjubkan adalah pemandangan di depan mereka, dimana lautan luas terpampang nyata di depan mata.
“Kenapa bisa ada laut?” Tanya Raysa heran, Elang langsung tertawa renyah.
“Karena memang posisi daerah di pesisir pantai dan ujuang jalan yang kita lewati tadi adalah pantai.” Jawab Elang menggelengkan kepala menyentuh kepala Raysa gemas.
“Benarkah? Aku tapi aku tidak mendengar suara deru ombak.”
“Coba kamu pejamkan mata dan dengarkan pelan-pelan.” Balas Elang, Raysa segera melakukannya dan perlahan dia mulai mendengar suara deru ombak.
“Aku dengar.” Teriak Raysa kegirangan, Elang kembali tertawa lepas melihat tingkah Raysa yang sangat menggemaskan.
Setelah puas menikmati pemandangan Raysa dan Elang memutuskan untuk duduk bersantai di sofa yang terletak di balkon dan hembusan angin membuat mereka nyaman.
“Mereka tadi itu siapa?” Tanya Raysa yang kembali penasaran dengan kejadian di Mall.
“Lihat itu, sunsetnya cantik ya?” Ucap Elang mengalihkan pertanyaan, Raysa langsung menatap tajam ke arahnya dan Elang kembali tertawa.
“Jawab pertanyaan aku bukan bahas yang lain.” Balas Raysa kesal.
Elang membalas tatapan Raysa, dia gemas melihat wajah Raysa yang cemberut.
“Aku dan mereka ada masalah perebutan wilayah.” Akhirnya Elang menjawab pertanyaan Raysa.
“Wilayah mana?”
“Wilayah perbatasan selatan dan timur.”
“Aduh pusing aku, maksudnya apa kakak?”
“Dengar baik-baik ya. Ada sebuah wilayah yang posisinya di antara perbatasan daerah selatan dan timur. Kata penguasa selatan milik mereka, kata penguasa timur juga milik mereka. Makanya terjadilah perebutan kekuasaan yang tak kunjung menemukan jalan keluar. Sama-sama ingin memiliki.” Ucap Elang menjelaskan, Raysa akhirnya menganggukkan kepala mengerti.
“Kenapa tidak di lepaskan saja, memangnya kakak bagian mana?”
“Ya tidak lah, malah harus mendapatkannya biar kita tidak dipandang sebelah mata.”
“Tapi kan jadinya seperti ini, harus bertaruh nyawa.”
“Kakak akan baik-baik saja, tidak akan sampai meninggal.” Ucap Elang tertawa.
“Jadi kenapa tadi mereka menyerang kakak?”
“Karena kakak berada di wilayah mereka, salah kamu juga sih.” Jawab Elang mencubit hidung Raysa.
“Salah aku? Kenapa jadi aku yang salah?” Tanya Raysa heran.
“Kenapa kamu mendatangi mall disana, Mall itu ada di bagian timur. Padahal banyak Mall besar di bagian selatan.” Jawab Elang menyandarkan tubuhnya dan masih menatap kedua mata Raysa.
“Oh..jadi daerah bagian selatan milik kakak. Makanya kalau di daerah ini kakak aman dan tidak akan ada yang mengusik.”
“Pintar, sekarang kamu sudah paham.” Jawab Elang menganggukkan kepala.
“Aku paham tapi aneh saja, masa zaman sekarang masih ada yang seperti itu. Pakai istilah kepemilikan segala, padahal negara yang sama dan presidennya juga sama.” Ucap Raysa menggelengkan kepala heran dan mengalihkan pandangannya menatap kedepan.
“Kakak juga menjalani apa yang sudah menjadi tradisi keluarga kakak.” Balas Elang yang masih menatap wajah Raysa dan menikmatinya.
Sore berganti malam, langit sudah menjadi gelap dan sunset perlahan menghilang. Raysa dan Elang masih di posisi yang sama, duduk berdampingan tapi sama-sama saling diam.
Ting…sebuah notifikasi pesan masuk ke dalam ponsel Raysa, ketika Raysa akan membacanya Elang langsung mengambil paksa.
“Kak.” Tegur Raysa tidak suka, tapi Elang tidak peduli dan tetap membaca pesan itu.
“Ray, kamu kapan pulang? Aku sudah dirumah kamu. Tadi papa dan mama bertanya kenapa aku pulang sendiri, lalu aku menjawab seperti yang kamu katakan. Walau sedikit janggal, tapi aku berusaha memahaminya. Mungkin ini resiko aku pacaran dengan seorang dokter muda, bahkan disaat bersamaku kamu tetap harus menyisihkan waktumu untuk pekerjaan. Aku kecewa, aku sedih dengan tindakan yang kamu ambil, bukan aku tidak mengizinkan kamu pergi. Tapi..apa salahnya kamu mengatakan langsung dan tidak membiarkan aku menunggu lama. Maaf kalau perkataan aku ini membuat kamu sedih atau marah, aku hanya ingin menyampaikan perasaanku saja. Sampai bertemu di rumah, jangan kemalaman.”
Elang tertawa membaca pesan dari Angga dan memberikan kepada Raysa, Raysa juga segera membacanya.
“Bagaimana kalau kita menginap disini?”
“Jangan aneh-aneh deh kak, ini saja aku sudah merasa bersalah.” Tolak Raysa.
“Kamu tinggal bilang di rumah sakit ramai.”
“Kak, aku tidak mau ya.” Ucap Raysa kesal, Elang hanya membalas dengan senyuman.
“Kak, aku mau pulang sekarang.” Pinta Raysa dengan wajah memelas.
“Karena dia?”
“Kak aku mohon mengertilah, Angga dan keluarganya kembali besok.” Jawab Raysa.
“Setelah itu putuskan dia, biar dia tidak kembali lagi kesini.”
“Apaan sih kak, aku dan dia..”
“Tidak akan pernah terjadi Raysa, kamu milik aku.” Sela Elang memotong perkataan Raysa, Raysa terdiam mendengarnya.
“Kak…”
“Ayo pulang, aku antarkan sekarang.” Balas Elang segera berdiri, wajah pria itu langsung berubah kesal dan marah.
Bersambung...