Aku tau,kamu tau..
komunikasi adalah kunci terjalinnya suatu hubungan bagaimana jika kamu menikahi seorang pria yang sulit di ajak berkomunikasi?
Hubungan yang mulai membaik harus di hancurkan karena rahasia yang mulai terkuak.
Yuk ikuti kisah nisma dan zykra...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Prameswari Ayu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
part 17
Nisma'pov
Sepulangnya dari rumah sakit kami masih sama-sama diam, mas zykra mengantarku ke kamar dan menyuruhku untuk beristirahat setelah itu dia pergi lagi entah kemana. Mengetahui kehamilanku, aku tidak terkejut karena aku sudah memprediksinya dari jauh hari. Hanya saja perasaanku campur aduk antara bahagia dan sedih, aku sedih karena sepertinya suamiku masih marah padaku. Aku jadi kembali menangis mengingat kejadian kemarin, saat menangis, ranjang di sebelahku bergerak dan kurasakan seseorang memelukku dari belakang.
" Maafkan saya , sungguh saya tidak bermaksud melukai perasaanmu." ucap suamiku dengan lirih.
Mendengarnya meminta maaf tangisan ku semakin tersedu.
" Jangan menangis lagi, saya minta maaf " ucap suamiku lagi sambil memelukku dengan erat. Dia berpindah tempat jadi di depanku. Tangannya menyingkirkan rambut yang menutupi wajahku lalu dia menghapus air mataku dan dia kembali berkata.
" Kemarin saya marah, karena kamu pergi tanpa sepengetahuan saya. Saya khawatir karena kamu baru disini dan juga caramu mengendarai motor kemarin yang bisa membahayakan keselamatanmu dan saya juga tahu kemarin kamu kecewa dan marah terhadap saya tapi saya mohon jangan lagi pergi begitu saja." Ucap suamiku menatap mataku dengan matanya yang berkaca-kaca.
Melihatnya seperti itu aku jadi sedih dan ingin menangis lagi tapi sekuat tenaga aku menahan agar air mataku tidak turun. Ternyata di balik sikapnya kemarin yang seperti itu dia khawatir dengan keselamatanku. Aku menatap balik mata suamiku dam berkata.
" Aku juga minta maaf, tidak seharusnya aku pergi sendirian kemarin." aku menarik napas dan melanjutkan
" Aku hanya kesal karena mas aku menunggu lama jadi aku memutuskan pergi sendirian" ucapku sambil kembali menangis karena mengingat kejadian kemarin.
Melihatku kembali menangis suamiku berkata.
" Jangan menangis lagi, kasihan bayi kita." dia mengusap perut bawahku dan bertanya.
" Apa kamu sudah mengetahuinya terlebih dahulu"
Aku hanya mengangguk sebagai jawaban.
" Kenapa tidak memberitahu saya?" dia kembali bertanya.
" Karena aku belum yakin dan mas zykra sangat sibuk". Ucapku sedikit menyindirnya. Mendengar itu suamiku kembali memelukku dan meminta maaf lagi.
Karena rasa penasaranku sedari di rumah sakit aku bertanya pada suamiku.
" Apa mas zy bahagia " aku bertanya padanya .
Mendengar pertanyaanku , mas zykra melepaskan pelukannnya dan menatap mataku dan berkata.
" Pertanyaan apa itu." Aku hanya menatap matanya yang sedikit mengerut. Melihatku hanya menatapnya dia kembali berkata. " Tentu saja aku sangat bahagia karena akan menjadi orang tua."
Aku tersenyum mendengar apa yang suamiku katakan, ternyata perasaanku salah yang mengira bahwa dia tidak bahagia atas kehamilanku. Aku salah lagi menilai raut wajahnya yang sulit di tebak.
Sore itu kami memutuskan untuk berbaikan dan berjanji tidak akan mengulangi kesalahan masing-masing. Karena kabar aku yang masuk rumah sakit, ibu mertuaku sangat khawatir dia datang ke rumah untuk menengokku bersama bagas karena ayah mertuaku sedang berada di luar kota.
Mas zykra menjelaskan aku tidak sakit apa- apa dan memberitahukan kabar bahagia bahwa aku tengah mengandung cucunya saat ini dan dia akan menjadi seorang nenek. Mendengar itu ibu mertuaku sangat bahagia dan bersyukur dia menghampiriku dan berkata.
" Sudah berapa minggu " ucapnya sambil mengusap perut bawahku.
" 5 minggu " jawabku sambil tersenyum.
Aku mengobrol dengan ibu mertuaku seputar kehamila sedangkan mas zykra dan bagas pergi ke ruang untuk membahas sesuatu.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Zykra' s pov.
Sepulang dari rumah sakit, setelah mengantar istriku ke kamar untuk beristirahat aku pergi ke ruang kerja, kali ini bukan untuk bekerja tapi untuk menenangkan diri dan berfikir dengan jernih langkah apa yang harus aku ambil agar waktuku lebih banyak untuk istriku yang tengah mengandung dan membutuhkan perhatian extra dariku. Setelah mengetahui kabar kehamilan istriku aku sedikit mengerti dengan sikapnya yang sedikit aneh belakangan ini.
Setelah berfikir aku sadar bahwa aku tidak bisa bekerja double menjadi pemimpin perusahaan dan menjadi pengacara sekaligus untuk saat ini aku harus memilih salah satunya. Dan aku memutuskan untuk menunjuk bagas memimpin perusahaan menggantikanku sementara waktu dan setelah masalah persengketaan itu selesai aku akan lebih fokus pada perusahaanku dan akan vakum menjadi seorang pengacara.
Aku kembali ke kamar untuk melihat keadaan istriku, saat di kamar aku melihat istiku tertidur menyamping, bahunya bergetar aku tebak pasti dia sedang menangis. Aku datang dan memeluknya dari belakang.
"Jangan menangis lagi, saya minta maaf " ucapku dengan lirih di telinganya. Aku meminta maaf padanya atas sikapku yang kemarin membuatnya kesal dan marah. Jujur saja saat aku pergi kemarin aku menghindarinya karena tidak ingin salah bicara yang berujung lebih menyakitinya. Tapi dengan pergi begitu saja aku malah melakukan kesalahan baru, untung saja pagi itu aku pulang, kalau saja aku terlambat sedikit entah apa yang terjadi pada istriku dan calon anak kami.
Sore itu aku mengabari ibuku tentang kondisi menantunya dia tentu saja panik dan langsung datang kerumah di antar oleh bagas adikku karena ayah sedang berada di luar kota, aku sedikit bersyukur karena bagas yang mengantar jadi aku tidak perlu repot yang mendatanginya. Saat datang ku jelaskan kondisi istriku dan ibu sangat bahagia mengetahi nisma tengah mengandung dan dia akan menjadi seorang nenek. Ibu dan istriku mengobrol jadi aku mengajak bagas ke ruang kerja untuk berbicara.
" Bantu aku untuk memimpin perusahaan" Ucapku pada bagas setelah kami berada di ruang kerja.
" Kenapa tiba-tiba" tanya bagas.
" karena aku tidak bisa mengerjakan keduanya secara bersamaan dengan kondisi nisma yang sekarang" jawabku.
" kenapa baru sekarang"
Mendengar bagas terus berkata 'kenapa' aku kesal dan melemparkan bantal ke mukanya dan berkata.
" Jangan bertanya, bantu saja aku"
Dia menangkap bantal yang mengenai wajahnya dan berkata.
" Baguslah jika mas sadar kalau mas itu manusia bukan robot." aku mendelik mendengar apa yang dia katakan.
" Aku bisa membantu mas untuk memimpin perusahaan. Tapi seperti yang mas tahu aku belum bepengalaman dan apakah pemegang saham setuju aku memimpin perusahaan untuk sementara" ucapnya lagi.
" itu urusanku. " jawabku singkat. Pasalnya aku sangat percaya atas kemampuan adikku dan untuk para pemegang saham aku bisa meyakinkan mereka.
Setelah debat yang cukup lama dan tawar menawar tentang syarat yang adikku inginkan aku menyetujuinya dengan terpaksa. Kamu kembali ke ruang keluarga dan mendapati istriku sedang tertidur di sofa dan di samping terdapa ibu yang sedang mengusap kepalanya.
" Tadi dia muntah, mungkin karena kelelahan dia tertidur" ucap ibuku pelan.
Ku tatap wajah istriku yang terlelap, wajahnya yang biasanya berseri sekarang wajah itu terlihat pucat pasi tidak bergairah.
" Tidak usah khawatir, itu biasa di awal kehamilan" ibuku kembali berkata dan kata- kata nya sama seperti dokter yang tadi memeriksa istriku. Enteng sekali mereka memintaku jangan khawatir sedangkan istriku terlihat pucat dan lemas seperti ini. Aku mengangkatnya untuk di pindahkan ke kasur yang berada di kamar kami. Sedangkan ibu dan adikku langsung pulang karena ibu ada urusan mendadak.