NovelToon NovelToon
Perjodohan Berdarah Menantu Misterius

Perjodohan Berdarah Menantu Misterius

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Romantis / Mafia / Identitas Tersembunyi / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:8.4k
Nilai: 5
Nama Author: Portgasdhaaa

Di dunia yang hanya mengenal terang dan gelap, Laras adalah satu-satunya cahaya yang lahir di tengah warna abu-abu.

Arka, seorang lelaki dengan masa lalu yang terkubur dalam darah dan kesepian, hidup di balik bayang-bayang sistem dunia bawah tanah yang tak pernah bisa disentuh hukum. Ia tidak percaya pada cinta. Tidak percaya pada harapan. Hingga satu pertemuan di masa kecil mengubah jalan hidupnya—ketika seorang gadis kecil memberinya sepotong roti di tengah hujan, dan tanpa sadar... memberinya alasan untuk tetap hidup.

Bertahun-tahun kemudian, mereka bertemu kembali—bukan sebagai anak-anak, melainkan sebagai dua jiwa yang telah terluka oleh dunia. Laras tak tahu bahwa lelaki yang kini terus hadir dalam hidupnya menyimpan rahasia gelap yang mampu menghancurkan segalanya. Rahasia yang menyangkut organisasi tersembunyi: Star Nine—kekuatan yang tak tercatat dalam sejarah, namun mengendalikan arah zaman.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Portgasdhaaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Gerbang Neraka

Malam itu, kediaman keluarga Lim berubah menjadi benteng dalam status siaga.

Halaman yang biasanya sunyi dan berkelas kini dipenuhi pasukan keamanan berseragam hitam lengkap, masing-masing membawa senjata otomatis dan peralatan komunikasi canggih di pundak. Pos jaga tambahan berdiri di berbagai sudut rumah. Drone patroli melayang di langit-langit gedung utama, berputar-putar seperti burung pemangsa yang mengintai.

Bahkan anjing-anjing penjaga dilepaskan untuk berpatroli sepanjang pagar listrik. Seluruh kompleks itu kini berubah menjadi markas militer mini.

Semua itu bermula dari satu paket yang tiba dini hari tadi.

Sebuah kotak kayu yang di dalamnya, tergeletak sebuah nampan berisi empat tangan manusia yang telah terpotong rapi.

Damian Lim mengamuk seketika saat paket itu dibuka.

“Sejak saat itu, kediaman keluarga Lim tak lagi menjadi rumah, melainkan medan perang yang menunggu waktu.”

________

Di pos jaga gerbang utama, dua penjaga tengah duduk santai. Salah satu dari mereka bersandar dengan kaki diletakkan di atas meja, sementara rekannya asyik memainkan ponsel. Seragam mereka memang masih rapi, namun bukan karena disiplin—melainkan karena belum sempat kotor oleh apa pun. Malam-malam sebelumnya selalu tenang, dan mereka berasumsi malam ini pun akan demikian.

“Apa sih, katanya diperketat segala…” gumam penjaga pertama sambil meneguk kopi kaleng. “Tuan Muda terlalu dramatis. Baru dapat paket aneh, langsung ribut menyuruh semua orang siaga penuh.”

Penjaga kedua mendengus pelan. “Paket horor begitu mah udah biasa. Lagian, siapa juga yang mau nyerang rumah macam ini?”

Tawa kecil terdengar dari mereka. Tak ada rasa gentar. Tak ada firasat buruk.

Namun, tak lama kemudian, sesuatu mulai tampak di kejauhan.

Sebuah mobil hitam meluncur pelan dari balik kabut malam. Lampunya menyala redup. Tidak ada plat nomor resmi. Kendaraan itu bergerak nyaris tanpa suara, seperti bayangan yang menyusup perlahan ke dunia nyata.

Penjaga pertama berdiri dengan malas, menggeliat sebentar sebelum berjalan ke tengah jalan dan mengangkat satu tangan.

“Hei! Ini kawasan pribadi! Mau apa malam-malam begini? Putar balik, bro!” serunya dengan nada santai. Senyum tipis bahkan masih menghiasi wajahnya, seolah yakin bahwa pengemudi mobil itu hanya orang mabuk yang salah alamat.

Mobil itu berhenti. Diam.

Tidak ada respons.

Penjaga tersebut mulai merasa janggal. Ia pun berjalan mendekat dengan sedikit kewaspadaan, satu tangan mulai bergerak ke arah senjata di pinggang. Ia mengetuk kaca jendela dengan ujung tongkat baja.

“Kau tuli? Ini area tertutup! PUTAR—”

Ssstkt!

Sebuah suara aneh, seperti bisikan angin, menyelinap ke telinganya. Penjaga itu tiba-tiba terdiam. Matanya membelalak. Lehernya menegang. Tubuhnya kemudian ambruk ke tanah.

Penjaga kedua tersentak kaget, langsung berdiri sambil berteriak, “Penyerang! Keamanan, aktifkan—!”

Namun ia tak sempat menyelesaikan kalimatnya.

_____

Pintu mobil terbuka perlahan.

Dua sosok keluar bersamaan.

Valentia melangkah lebih dulu, mengenakan mantel panjang berwarna putih dan sarung tangan hitam. Di tangan kirinya tergenggam sebuah jarum suntik tipis yang ujungnya masih meneteskan cairan bening.

“Ara~ Aku tidak menyangka efeknya secepat ini...” gumamnya ringan sambil melirik ke arah Arka yang keluar dari sisi lain mobil.

Arka tidak menjawab. Tatapannya lurus ke arah bangunan utama keluarga Lim. Wajahnya dingin.

Suara alarm mulai terdengar dari menara pengawas. Penjaga-penjaga lainnya bermunculan dari berbagai penjuru.

Valentia mendesah malas. “Yah... mulai ribet deh~”

Arka bergumam pelan.

“Pixie...mulai.”

BRAK! BRAK! BRAK!

Tiga dentuman keras bergema hampir bersamaan.

Bukan suara tembakan, melainkan beberapa ledakan yang terkendali.

Valentia menyeringai puas. “Ara~ Aku tidak menyangka kamu menyiapkan sesuatu yang megah, Pixie~”

Suara anak kecil terdengar dari ear-com di telinganya, lembut dan riang:

“Hehehe, aku bosan… jadi aku install mainan. Boom~”

Dalam sekejap, seluruh sistem keamanan kediaman Lim runtuh layaknya istana pasir dihantam ombak.

Gerbang baja elektronik mengeluarkan suara benturan logam sebelum akhirnya tersendat—lalu terbuka sepenuhnya. Listrik utama padam. Beberapa lampu cadangan menyala setengah, menciptakan kilatan merah samar yang justru menambah kesan mencekam. Drone-drone pengintai di udara berputar-putar kacau, lalu menabrak satu sama lain sebelum jatuh dalam ledakan kecil yang tidak mematikan, namun cukup membuat siapa pun kehilangan fokus.

Di ruang pengawas pusat, monitor utama menampilkan satu pesan tunggal dengan font besar berwarna pink:

____________________________________________

[SYSTEM ERROR – Mode Pertahanan: DIBATALKAN.]

Alasan: Papa Bos belum memberikanku es krim :<

____________________________________________

Seorang operator berteriak panik.

“Siapa yang mengganti protokol keamanan utama jadi... ini?!”

Seorang teknisi lain membanting headset-nya. “Seluruh firewall-nya diacak! Kita bahkan nggak tahu siapa nama kita sekarang!”

_______

Di halaman utama, penjaga mulai bergerak. Senjata otomatis diarahkan ke segala arah. Tapi tidak ada instruksi pasti, tidak ada komando. Hanya suara alarm dan bayangan dua sosok yang kini berjalan melewati gerbang dengan tenang—seolah kekacauan itu hanyalah pemandangan jalan pagi hari.

Valentia berjalan paling depan. Mantelnya berkibar ringan saat ia menarik satu jarum lagi dari lengan bajunya.

Penjaga pertama yang mendekat tidak sempat bicara.

Ssstkt! — jarum itu melesat, menancap ke sisi lehernya. Tubuhnya langsung goyah dan tumbang tanpa suara.

Tiga penjaga berikutnya datang bersama. Satu menarik senjata, dua lainnya mencoba mengepung dari sisi kanan.

Valentia bergerak cepat—namun tidak tergesa. Ia menyemprotkan gas dari alat semprot tipis di pergelangan tangannya. Kabut tak berwarna menyebar sekejap.

Penjaga pertama terbatuk, lalu memegangi wajahnya sebelum jatuh tersungkur. Dua lainnya sempat mundur satu langkah… sebelum ambruk hampir bersamaan.

Arka masih berjalan di belakangnya.

Langkahnya tenang dan berirama. Tidak sekalipun tangannya menyentuh senjata. Matanya lurus ke depan, menuju bangunan utama yang menjadi pusat kekuasaan keluarga Lim. Tidak satu pun penjaga berani mendekatinya langsung—seolah hawa yang keluar dari tubuh pria itu cukup untuk menghentikan nyali siapa pun yang menatap terlalu lama.

Di telinganya, sambungan komunikasi aktif.

“Papa Bos~ Aku ubah sistem keamanan mereka jadi pemutar musik. Tapi aku bosan… Boleh aku nonton kartun sekarang?”

Arka menjawab singkat, “Setelah ini selesai.”

“Hmm... baiklah. Tapi jangan lupa dengan es krimku.”

Klik.

Sambungan terputus.

Valentia menoleh sedikit ke belakang, lalu tersenyum samar. “Sampai sekarang aku masih tidak yakin... siapa yang sebenarnya lebih berbahaya. Kau, atau bocah itu.”

Arka tidak menjawab.

Namun langkah kakinya semakin mantap.

Kini mereka telah melintasi setengah halaman.

Penjaga-penjaga di depan mulai ragu. Beberapa sudah melangkah mundur. Beberapa lainnya membeku. Tak satu pun dari mereka dilatih untuk menghadapi jenis serangan seperti ini—serangan yang datang dengan keyakinan total, tanpa perlu banyak peluru, tanpa perlu teriakan.

Valentia menarik napas dalam-dalam. “Aku suka tempat seperti ini. Banyak yang sombong, banyak yang mudah dikalahkan.”

Arka akhirnya bersuara—dingin, tegas.

“Jangan buang waktu.”

Valentia mengangguk. “Heh~”

Dan mereka pun melanjutkan perjalanan menuju pintu utama.

Langkah demi langkah.

 

1
Marga Saragih
/Drool//Drool//Drool//Drool//Drool/
Marga Saragih
hhh tarik napas
Marga Saragih
/Hammer//Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm/
Marga Saragih
oh ternyata
Marga Saragih
😰😰😰😰😰😰😰😰
Marga Saragih
napas dulu
Marga Saragih
balas dendam yang mengerikan
Marga Saragih
bocil ni bos senggol dong /Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm/
Marga Saragih
tegang banget
Marga Saragih
keren abis
Marga Saragih
baper abis
Marga Saragih
/Drool//Drool//Drool//Drool//Drool//Drool/
Marga Saragih
lucu juga senyum sendiri
Marga Saragih
siapa arka sebenarnya?
Marga Saragih
menguras emosi
Marga Saragih
/Good//Good//Good//Good//Good//Good/
Marga Saragih
gemes thor
Hamdan Almahfuzd: Kok gemes😭 perasaan aku bikin adegan horor deh🙄
total 1 replies
Marga Saragih
/Sob//Sob//Sob//Sob//Sob/
Marga Saragih
/Ok//Ok//Ok/
Marga Saragih
kayanya Arka mafia
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!