KETOS ALAY yang sedang mengincar murid baru disekolahnya, namu sitaf pria itu sangat dingin dan cuek, namun apakah dengan kealayannya dia bisa mendapatkan cinta Pria itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayinos SIANIPAR, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
EPISODE 27
KETOS ALAY DAN BAD BOY - Hari Pertama Tanpamu
Senyap, tenang itu kehidupanku saat dulu, namun saat ini aku agak risih dengan itu, aku rindu suara berisikmu itu, hari-hariku sepi tanpa itu.
"Apa sekarang saatnya Hanifah harus menjalani pengobatannya, Gung?"
"Terus gue harus gimana, Sar?"
"Gue juga bingung, Gung, kenapa sih lo itu harus disia-siakan sama Hanifah? Padahal saat dia kayak gini yang ada itu cuma lo," ucap Sarah.
"Cinta itu enggak bisa dipaksa, Sar."
"Andai lo tahu apa yang gue rasa saat ini, Gung," batin Sarah dalam hatinya.
"Maaf ganggu waktunya, tapi saat ini gue mau ngajak ngobrol Agung bentar ya, Sarah," ucap Juan yang menarik paksa Refan.
Di sisi lain, Farel dan Refan sedang mengobrol, entah apa yang mereka obrolin. Namun sepertinya Refan sudah bosan mengobrol dengan kakaknya, dan memilih mencari Sarah. Yah, satu hal yang kalian harus tahu, Refan menyukai Sarah. Entah percintaan apaan ini yang terlalu rumit.
"Ya sudah, Rel, gue mau jumpa sama Sarah dulu?"
"Mau ngapain?"
"Setidaknya gue mau lihat muka dia, biar hati gue adem, enggak kayak di sini."
"Ya sudah sana."
"Apa mungkin Nifa memang masih sayang sama gue? Tapi gue kan sudah jahat banget sama dia, bahkan dulu gue sering bentak dia, astaga Farel, kenapa sih lo sekarang?" ucap Farel pada dirinya sendiri.
Farel, lo itu cowok paling bodoh, karena meninggalkan orang yang benar-benar mencintaimu setulus itu. Yang gue takut saat ini sama lo, karma. Di mana lo mulai suka sama dia tapi dia ada pengganti, atau di mana lo milih Silvi, tapi Silvi enggak setia sama lo. Hati-hati.
"Gung-gung kenapa sih lo sukanya sama Nifa yang enggak pernah memikirkan lo? Dan kenapa gue harus suka sama lo yang enggak pernah memikirkan hati gue?" ucap Sarah sedih pada dirinya, namun tanpa disadari di balik itu semua ada hati yang terluka mendengarnya. Yah, Refan.
"Dan kenapa kamu enggak mikirin hati gue yang terluka mendengarnya di sini, dan lo enggak pernah merasakan apa yang kurasakan, Sar?" ucap Refan dengan suara yang sangat pelan, yang mungkin hanya dirinya yang bisa tahu apa yang diucapkannya.
Cinta tak pernah keliru dalam esensinya, namun acapkali hati tersesat, tak mengerti di mana seharusnya berlabuh. Perasaan, ia bak samudra luas yang sukar diselami; tiada daya untuk memutar haluan arusnya, sebab ia mengalir abadi, tak serupa jarum jam yang bisa diatur sesuka hati.
Bagaimana Cara untuk Melupakan tentang Rasa yang Mulai Tumbuh?
Bukan pada permulaan akhir tercipta, pun bukan sekadar kata menjadi nyata. Laksana rasaku yang dulu tiada, kini bersemi jua. Dan setiap penolakan dalam kata dan suara yang dulu kuucap, kini membawaku mencarimu, lebih dari sebelumnya.
"Pagi yang indah, namun rasanya ada yang menjanggal di hatiku, di mana aku yang merasa kehilangan suara teriakan itu dan suara yang selalu membuatku risau, kini aku mulai merindukannya. Kenapa ini tiba-tiba hadir?" tanya Farel lirih pada hatinya.
"Rel, sekarang apa yang lo rasakan?" ujar Refan sembari merangkul kakaknya itu.
"Maksudnya?"
"Maksud gue, semenjak si cewek alay suara cempreng pergi Kakak merasakan apa?" ujarnya memberi jeda dalam kalimat yang ia lantunkan. "Tenang?" lanjut Refan melantunkan kalimat berikutnya.
"Bukannya gue merasa aman malahan gue rindu sama anak itu."
"Maksud lo apa? Rindu?"
"Entahlah, gue juga bingung," ucap Farel mengakhiri perkataan mereka, dan melanjutkan langkahnya ke kantin.
"Melupakanmu tidak segampang melupakan pelajaran. Melainkan melupakanmu sesusah belajar saat di masa tua."
—#@Hanifah*Ketos#
Hanifa membuatnya di akun sosmednya. Entah siapa yang dia katakan ini, tapi yang kita ketahui yaitu Farel, atau mungkin mantannya?
"Hmm, kamu lagi ngapain sih, Rel?" tanya Silvi yang melihat Farel dari tadi duduk di samping Silvi. Yah, Farel mencarinya di ruang OSIS, dan untungnya ruangan itu hanya ada Silvi. Tepat sekali.
"Sil, lo bisa bantuin gue enggak?"
"Bantuin ngapain?"
"Bantuin gue ngomong sama kakak tiri lo."
"Ini nomor HP-nya lo dan lo bisa ngomongin dia nanti saja," ucap Silvi dengan nada tidak suka.
"Woi, Farel, lo di mana sih, dari tadi gue nyari lo tahu!"
"Kenapa sih, Fan?"
"Lo harus baca postingan ini." Refan menunjukkan tentang yang di-post oleh Hanifa.
"Melupakanmu tidak segampang melupakan pelajaran. Melainkan melupakanmu sesusah belajar saat di masa tua."
—#@Hanifah*Ketos#
"Terus urusannya sama gue apa?" ujar Farel acuh tak acuh membuat adiknya jadi kesal melihatnya.
"Tapi lo tadi bilang kalau lo lagi rindu, jadi gue kasih saja nih, biar hati lo senang."
"Lo pikir gue sedih gara-gara dia, lo enggak lihat siapa di samping gue?" ujar Farel sok-sokan. Yah, dia gengsi mengakui perasaannya ke adiknya itu. Sedangkan Silvi muak dengan kelakuan Farel. Padahal dia tadi ngebet mau ngomong sama kakak tirinya itu.
"Terserah lo saja deh, Rel, lo itu ngeselin," ucap Refan kesal.
"Lo pikir Farel bakalan rindu sama Nifa? Enggak bakalan, Fan, yang ada dia itu senang," ujar Sarah tiba-tiba masuk ke ruang OSIS.
"Jelas," ucap Silvi lantang ke Sarah.
"Capek ngomong sama orang enggak punya hati," ucap Sarah dengan kesal.
Rasanya Sarah ingin sekali menampar Silvi, gadis yang tak tahu diri itu. Namun Sarah juga berpikir, apakah wanita titisan setan ini penyakit Nifa? Atau bagaimana?
"Lo tahu enggak alasan kakak tiri lo milih pergi keluar mau ngapain?" tanya Sarah kesal menatap adik tiri sahabatnya.
"Yah, jelas mau senang-senanglah, waktu Papa balik saja dia minta ikut ke Papa terus, dasar anak manja, bukan cuma itu, dia juga di rumah tahunya nyuruh aku ngerjain tugas dia, bersihkan rumah dan banyak hal sampai aku selalu kecapekan," ujar Silvi sembarangan. Tentu niatnya untuk merusak reputasi Hanifa di sekolah. Sarah rasanya ingin menjambak gadis itu. Namun dihentikan Agung yang tiba-tiba masuk ke ruang OSIS.
"Lo jaga mulut lo ya, gue tahu apa yang terjadi di rumah lo," ujar Agung kesal dan memegang tangan Sarah yang ingin menjambak rambut wanita titisan setan. Silvi tersenyum meremehkan Agung.
"Wah, seperhatian itu kamu ya sama wanita jalang itu, sudah apa yang dilakukan ke lo?" ujarnya tersenyum meremehkan. "Tapi terserah kalian kalau kalian enggak mau percaya," ujar Silvi sembari melangkahkan kakinya yang ingin keluar. Farel menahan pergelangan tangannya agar tidak pergi. Silvi merasa senang, karena Silvi berpikir Farel akan percaya padanya.
Farel meraba tangan Silvi, dan yah, lembut. Sepertinya Sarah dan Agung juga berpikiran yang sama dengan Silvi. Namun seketika ucapan Farel membuat Silvi terdiam dan Agung juga Sarah tersenyum senang.
"Lo bilang mengerjakan rumah? Kok tangan lo halus?" ujarnya dengan mata yang sangat mengintimidasi. Tiba-tiba gerombolan anak OSIS makin ramai masuk ke ruang OSIS. Namun Farel tidak memperdulikan hal itu.
"Gue ingat, waktu gue mengantar Hanifa pulang dia pernah ditampar, dan gue perhatikan besoknya dia datang dengan pipi yang lebam, dan di situ gue belum tahu kalau lo itu saudara tirinya," ujarnya menuding Silvi.
"Yah, maksud lo gue jahatin Nifa gitu di rumah?" ujar Silvi berusaha menyangkal.
"Gue enggak tahu, tapi yang gue tahu dia anak tunggal, bagaimana mungkin anak tunggal bisa ditindas di rumah, kecuali ada orang baru?" Kini mata Farel rasanya panas. Semua orang menatap Silvi dengan tatapan sinis. Silvi melepaskan cengkeraman Farel dan pergi. Sepertinya satu hal yang Farel rasakan yaitu, penyesalan.