Xiana Jizzy Ghozaline adalah staff lama di kantor milik Giorgino Dirgantara. Hanya saja selama Xiana bekerja dia belum pernah bertemu dengan Dirga, karena Dirga berada di luar negeri. Dirga yang tidak memiliki kekasih, memaksa Xiana untuk menjadi kekasihnya dengan banyak keuntungan yang akan di terima Xiana. Apakah Xiana akan menyetujui permintaan Dirga atau justru sebaliknya dengan seribu trik Xiana dia akan melarikan diri dari jeratan Dirga
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yayalifeupdate, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Nyaman bersama Xiana
Jadwal rapat Dirga hari ini sangat padat, bahkan setelah jam kerja masih ada janji untuk bertemu koleganya. Xiana yang sudah menyiapkan diri untuk menghadapi hari ini pun sudah siap di ruang rapat. Membagikan proposal dari Departemen Pengembangan kepada pimpinan Direksi yang hadi dalam rapat hari ini.
Xiana duduk di samping Dirga untuk membantunya dalam presentasi dan diskusi tentang pengembangan program kerja yang masih menjadi pro dan kontra di kantor.
Rapat telah selesai, Xiana membawa berkas dan mengikuti Dirga menuju ruangannya.
“Xiana, notulennya 15 menit cukup?”
“Cukup Pak, saya siapkan”
“Oke”
Xiana segera meninggalkan ruangan Dirga dan mengerjakan catatan singkat dari hasil rapat dalam bentuk laporan tentang pokok bahasan dan keputusan rapat yang baru saja di selenggarakan.
“Permisi Pak, silahkan”
“Xiana tolong kopinya”
“Baik Pak”
Xiana meninggalkan ruangan Dirga menuju pantry untuk membuat kopi, kopi hitam tanpa gula yang menjadi favorit atasannya.
Setelah menandatangani berkas, Dirga dan Xiana menuju ruang rapat, untuk kembali rapat dengan departemen lain.
Dirga menatap jam di pergelangan tangannya sudah menunjukan pukul 12.05, lalu menoleh ke arah Xiana yang di tanggapi dengan sigap oleh Xiana karena hawatir Dirga membutuhkan sesuatu.
“Xiana keluar dulu, makan.”
“Pak, tapi kita belum selesai”
“Xiana saya tidak mau kamu sakit”
Xiana terlihat bingung, melirik ke kanan dan ke kiri, lalu Xiana meninggalkan ponselnya dalam mode merekam agar tidak tertinggal pembahasan rapat, lalu ia keluar ruangan untuk makan beberapa keeping biscuit.
Dirga yang melihat ponsel Xiana sedang merekam, dia tersenyum lalu menggelengkan kepalanya.
10 menit Xiana meninggalkan ruangan, dia kembali untuk bergabung dengan tim rapat. Lalu kembali mencatat beberapa poin pentingnya.
Setelah selesai rapat, Dirga meninggalkan ruangannya, Xiana sibuk dengan laporan hasil rapat yang harus ia selesaikan hari ini, belum lagi masih ada rapat lanjutan yang harus di ikutinya.
“Xiana!”
“Apa Tom”
“Gak makan siang dulu?”
“Udah tadi biscuit”
“Mana kenyang”
“Xi, Petra tadi belikan kamu kue, ada di pantry” sahut Aleena
“Kue?”
“Iya, kesukaan kamu”
Tanpa menunggu lama, Xiana bergegas menuju pantry untuk mengambil kue dan memakannya, lalu Xiana kembali ke mejanya untuk bekerja.
“Xi” Bisik Aleena
“Hmm?”
“Ada kemajuan apa dari business trip kemarin?”
“Gak ada len, cuma kerja biasa.”
“Yah, coba kamu lebih agresif”
“Hahhh, gak mau. Udah sana akum akum au kerja len”
“Iya.. Iya..”
Sore ini Xiana tidak mengikuti rapat karena harus mewakili Dirga menuju lokasi proyek untuk meninjau pekerjaan disana, karena sekretaris proyek masih belum mengirim hasil laporan pekerjaannya, jadi Xiana harus turun tangan sendiri.
Xiana mengerjakan beberapa laporan di ruangan sekretaris proyek. Beberapa pekerjaan terbengkalai karena cuaca buruk, estimasi pengerjaan mundur bahkan lebih dari satu minggu, dan biaya otomatis akan membengkak.
“Aduh, kena marah lagi ini” Batin Xiana sambil memijat pelipisnya.
Pukul 16.15 Xiana kembali ke kantor, yang biasanya dari lokasi proyek ke kantor hanya membutuhkan waktu 20 menit, sore ini perjalanan Xiana memakan waktu lebih lama dari biasanya karena ada jalan yang di tutup total, dan di alihkan yang membuat macet dimana-mana.
Xiana sampai kantor pukul 17.45 dan langsung menuju mejanya untuk mengerjakan laporan lain, sementara Dirga masih menemui koleganya di ruang rapat.
Pukul 20.30 Dirga belum juga menunjukan kedatangannya, Xiana yang sudah lelah dan mulai mengantuk sedikit menyenderkan tubuhnya pada kursi, lalu Xiana memejamkan mata sambil menunggu kedatangan Dirga untuk menandatangani berkas-berkasnya.
Dirga menuju kursi Xiana, memperhatikan sekretarisnya yang sedang tertidur karena menunggunya. Berkas sudah siap di meja Dirga, Xiana hanya menunggu berkas tersebut di tanda tangani oleh Dirga.
Karena tidak ingin mengganggu Xiana, Dirga segera masuk dan menandatangi berkas tersebut dan mengembalikan ke meja Xiana.
Dirga kembali mendekat ke arah Xiana, karena melihat rambut Xiana menutupi sedikit dari wajah Xiana, Dirga menyingkapkan rambut sekretarisnya agar tidak mengganggu pandangannya ketika memperhatikan Xiana.
Xiana membuka matanya, melihat Dirga sedang bersandar di kursi yang jaraknya sangat dekat dengan Xiana.
“Sudah bangun?”
“Maaf Pak, say-“
“Gak apa-apa Xiana, saya tau kamu Lelah”
“Pak Dirga terimakasih berkasnya, mari Pak saya bantu bersiap untuk pulang”
“Saya tidak ingin pulang”
Xiana kebingungan menterjemahkan kalimat Dirga yang enggan untuk pulang.
“Tapi Pak Dirga harus istirahat”
“Xiana, saya tau ini sedikit konyol untuk kamu. Tapi saya merasa nyaman disini bersama kamu”
Degg!
“Xiana, tahan diri jangan terbawa arus” Batin Xiana.
“Pak Dirga perlu apa? Mungkin saya bisa membantu?”
“Kamu”
“S-saya?”
“Hmm”
Xiana yang kebingungan meremas lututnya, karena saat ini Xiana benar-benar tidak memahami kalimat dari atasannya yang ‘ingin bersamanya’ dan ‘menginginkannya’.
“Pak, jujur saya belum paham dengan maksud Pak Dirga”
“Temani saya mala mini Xiana”
“P-pak”
“Bukan, jangan salah paham dulu. Saya hanya membutuhkan seseorang di samping saya saat ini”
“Mungkin Bapak lagi banyak pikiran, gak apa-apa mungkin Bapak mau cerita” Batin Xiana.
“Baik Pak, mari.”
“Kemana?”
“Mencari tempat yang nyaman untuk Pak Dirga”
Dirga mengikuti Xiana turun, kemudian mereka meninggalkan kantor dan menuju ke rumah Xiana.
“Di sini saja Pak, supaya saya bisa take care Pak Dirga”
Dirga yang masih bingung hanya mengikuti Xiana masuk, lalu duduk di ruang tamu yang tidak terlalu luas namun terasa sangat nyaman, rumah yang di tempati Xiana memiliki nuansa hangat, membuatnya nyaman ketika masuk ke dalam rumah.
“Pak Dirgga, silahkan ini honey lemon hangat. Bisa membantu Pak Dirga untuk rileks”
“Terimakasih Xiana”
“Sama-sama Pak. Saya tinggal dulu gak apa-apa? Saya bantu siapkan makanan”
“Xiana, tidak perlu repot-repot”
“Tidak Pak, hanya sebentar. Pak Dirga nikmati saja dulu honey lemonnya”
“Hmm terimakasih Xiana”
Xiana menuju dapur untuk memasak hidangan makan malam, bukan hidangan mewah, hanya udang saos padang, dan udang telur asin.
“Pak Dirga, mari kita makan dulu”
Dirga yang merasa canggung, hanya bisa mengikuti permintaan Xiana, Dirga juga memperhatikan meja makan Xiana yang minimalis, dan hanya cukup untuk empat orang saja.
“Kamu sering masak Xiana?”
“Kalau ada waktu saja Pak”
“Silahkan di coba Pak, tapi ini tidak akan se enak makanan yang biasa di sajikan di rumah Pak Dirga”
“Terimakasih Xiana, sudah repot memasak untuk saya”
Dirga mencicipi masakan Xiana,dan merasa jika rasa ini sangat cocok di lidah Dirga, bahkan Dirga tidak segan untuk memuji masakan Xiana.
Xiana hanya tersipu malu saat mendengar pujian tersebut, Xiana yang sudah jarang memasak ternyata masih bisa membuat hidangan dengan rasa yang bisa di terima oleh atasannya.
“Siapa yang mengajari kamu memasak Xiana?”
“Ibu, Pak. Dulu sering bantu Ibu, jadi sedikit tahu soal cara memasak”
“Hmm ini enak Xiana, sangat enak”
“Terimakasih Pak”
“Mulai besok, saya minta kopinya di ganti dengan honey lemon”
“Baik Pak, akan saya bantu siapkan”
Dirga sangat menikmati makan malamnya dengan Xiana, dia juga berada di rumah Xiana hingga larut malam, lalu mereka menuju ruang tamu untuk membicarakan tentang pekerjaan, hingga tanpa sadar Xiana tertidur di samping Dirga. Lalu Dirga mengarahkan kepala Xiana ke dadanya, dan Dirga ikut memejamkan matanya.
double m ya tor😅